China Targetkan Ekonomi Tumbuh 6,5 Persen pada 2018

China tetap pertahankan ekonomi tumbuh 6,5 persen pada 2018 menunjukkan China kurangi risiko terhadap sistem keuangan dan utang yang cepat.

oleh Agustina Melani diperbarui 05 Mar 2018, 12:15 WIB
Diterbitkan 05 Mar 2018, 12:15 WIB
20151020-Ekonomi-Nasional-Kuartal-III-2015-Jakarta
Ilustrasi pertumbuhan ekonomi (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Beijing - China mempertahankan pertumbuhan ekonomi 6,5 persen pada 2018. Angka ini sama dengan target pertumbuhan ekonomi 2017.

Perdana Menteri China Li Keqiang menuturkan, hal itu disampaikan dalam sambutannya dalam pembukaan pertemuan parlemen tahunan pada awal pekan ini. Target pertumbuhan ekonomi China itu tidak berubah meski ekonomi China tumbuh 6,9 persen pada 2017. Pertumbuhan tersebut bahkan melebihi target pemerintah.

Hal ini menunjukkan Beijing tetap fokus mengurangi risiko terhadap sistem keuangan dari pertumbuhan utang yang cepat. Sebelumnya, sumber Reuters menyatakan kalau China akan mempertahankan target pertumbuhannya di sekitar 6,5 persen. Ekonom memperkirakan, momentum pertumbuhan ekonomi akan melemah pada 2018.

Hal ini karena pemerintah mengendalikan utang perusahaan menyebabkan biaya pinjaman lebih tinggi. China juga mengurangi polusi dan memperlambat pasar properti akan menekan industri berat dan real estate. Selain itu, ada gesekan perdagangan dengan Amerika Serikat juga menjadi risiko yang dihadapi China pada 2018.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

Ekonomi China 2
China | Foto: The China Times

Selanjutnya

Li menambahkan, China akan memperbaiki pengawasan terhadap shadow banking, teknologi keuangan dan perusahaan induk di sektor keuangan.

Selain itu, China juga meningkatkan kontrol risiko di lembaga keuangan. Sambil mempertahankan kebijakan fiskal proaktif, Li menuturkan, China akan pangkas target defisit anggaran menjadi 2,6 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) 3 persen pada 2017.

Penurunan target defisit anggaran merupakan yang pertama pada tahun-tahun sebelumnya. Ini menunjukkan Beijing akan lebih waspada terhadap pengeluaran fiskal karena China meningkatkan pertarungannya melawan risiko keuangan.

Li menuturkan, pihaknya akan menjaga kebijakan moneternya yang netral, dan menegaskan kembali posisi pihak yang berwenang. "China akan menjaga kebijakan moneter tidak terlalu longgar dan terlalu ketat, dan akan menjaga likuiditasnya tetap stabil," ujar dia, Senin (5/3/2018), seperti dikutip dari laman CNBC.

Li juga mengharapkan pertumbuhan masuk akal untuk jumlah uang beredar M2 dan pembiayaan sosial pada 2018. Namun dia tidak menyebutkan target. Total pembiayaan sosial tumbuh 12 persen pada 2017 sejalan dengan target.

Namun, pertumbuhan uang beredar M2 melambat menjadi 8,2 persen. Di bawah target 12 persen. ANZ memperkirakan, kedua target itu akan ditetapkan di level 10 persen atau lebih rendah pada 2018.

China juga menetapkan indeks harga konsumen sekitar tiga persen. Hal ini sesuai diperkirakan banyak pelaku usaha. Adapun stabilitas akan menjadi semboyan pada 2018.

Ini karena Presiden China Xi Jinping mengejar visinya mengubah China menjadi negara sejahtera pada 2020 dan menjadi kekuatan kuat pada 2050. Menjelang pertemuan Kongres Rakyat Nasional (NPC) pada 2018, pihak berwenang meningkatkan tindakan keras terhadap konglomerat besar usai melakukan develaraging keuangan yang membuat pembiayaan menjadi berisiko.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya