Liputan6.com, New York - Harga minyak mentah dunia tergelincir mengikuti Wall Street yang juga turun lebih dari 1 persen. Investor pasar energi mewaspadai kenaikan pasokan minyak mentah, meskipun ketegangan antara Arab Saudi dan Iran memberikan dukungan terhadap harga.
Melansir laman Reuters, Selasa (20/3/2018), harga minyak mentah Brent turun 16 sen atau 0,2 persen menjadi USD 66,05 per barel. Sementara minyak mentah AS West Texas Intermediate (WTI) turun 28 sen, atau 0,5 persen menjadi USD 62,06 per barel.
Baca Juga
"Pasar ekuitas tentu menjadi faktor pendorong di balik penurunan harga minyak hari ini," kata Brian LaRose, Analis Teknik United-ICAP di Jersey City.
Advertisement
Indeks utama Wall Street turun lebih dari 1,5 persen karena investor khawatir tentang potensi perang dagang dan turunnya saham teknologi yang dipicu saham Facebook.
Phil Flynn, Analis Price Futures Group di Chicago mengatakan, harga minyak bergerak mengikuti ekuitas. Permintaan yang kuat, bagaimanapun, mencegah harga minyak meluncur lebih jauh.
“Kami terus berbicara tentang semua produksi minyak serpih ini, tetapi itu tidak benar-benar muncul sebanyak itu dalam pasokan global, "kata Flynn.
Namun, kenaikan jumlah rig di Amerika pada minggu lalu tetap menjadi tantangan potensial bagi harga minyak. Negara ini tercatat menambahkan empat rig minyak pada pekan lalu, sehingga jumlah totalnya menjadi 800, jelas Baker Hughes pada hari Jumat.
"Pada tingkat harga minyak saat ini, aktivitas pengeboran di AS cenderung meningkat lebih lanjut," menurut Analis Commerzbank dalam sebuah catatan.
Produksi minyak mentah AS telah meningkat lebih dari seperlima sejak pertengahan 2016, menjadi 10,38 juta barel per hari (bpd).
Penyebab Lain
Harga minyak juga naik setelah Pangeran Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman mengatakan bahwa kerajaan tersebut akan mengembangkan senjata nuklir jika saingan beratnya Iran melakukannya.
"Minggu ini akan ada ... harga dari beberapa risiko geopolitik dengan putra mahkota akan melakukan kunjungan ke Amerika Serikat yang kemungkinan akan memberikan banyak berita utama terkait Iran dan kesepakatan (sanksi)," jelas Analis Petromatrix, Olivier Jakob.
Ini mengacu pada pakta Iran yang telah menghapus sanksi bagi negara itu sebagai imbalan atas pembatasan program nuklirnya.
Presiden Donald Trump telah sering mengkritik kesepakatan tersebut yang bisa meningkatkan kemungkinan bahwa Amerika Serikat dapat menghentikan soal penghentian sanksi ini.
Inggris, Prancis dan Jerman telah mengajukan sanksi baru dari Uni Eropa baru kepada Iran atas program rudal balistiknya dan perannya dalam perang Suriah.
Advertisement