Penumpang Gugat Rp 11,25 Miliar, Ini Tanggapan Bos Garuda Indonesia

Direktur Utama PT Garuda Indonesia Tbk, Pahala Mansyuri, tak mau komentar banyak terkait kasus gugatan yang diajukan seorang penumpang.

oleh Liputan6.com diperbarui 14 Apr 2018, 10:47 WIB
Diterbitkan 14 Apr 2018, 10:47 WIB
Dirut Garuda Indonesia Sambangi KPK
Dirut Garuda Indonesia, Pahala N. Mansury (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Sentul - Direktur Utama PT Garuda Indonesia Tbk, Pahala Mansyuri tak mau komentar banyak terkait kasus gugatan yang diajukan seorang penumpang. Tak tanggung-tanggung, maskapai pelat merah tersebut dituntut hingga Rp 11,25 miliar.

"Kami tentunya masih dalami. Kami lakukan komunikasi dengan penumpang tersebut,” ucap Pahala saat ditemui dalam acara family gathering BUMN di Taman Budaya, Sentul, Jawa Barat (14/4/2018).

Ditanya lebih lanjut terkait evaluasi internal Garuda Indonesia, Pahala enggan berkomentar dan lebih memilih meninggalkan wartawan untuk bergabung dalam acara family gathering.

"Saya tidak bisa komentar soal itu. Yang penting kami lakukan komunikasi soal itu, itu dulu ya,” kata dia singkat.

 

Reporter: Idris Rusadi Putra

Sumber: Merdeka.com

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Garuda Indonesia Digugat

Garuda Indonesia landing mulus di Bandara Blimbingsari Banyuwangi, dari Soekarno Hatta Tangerang, Jumat 8 September 2017.
Garuda Indonesia landing mulus di Bandara Blimbingsari Banyuwangi, dari Soekarno Hatta Tangerang, Jumat 8 September 2017.

Sebelumnya, seorang penumpang maskapai Garuda Indonesia, Kosmariam, melayangkan gugatan senilai Rp 11,25 miliar. Sebab, ia mengalami kejadian tak mengenakan saat menumpang pesawat dengan nomor penerbangan GA264,  Jakarta-Banyuwangi, 19 Desember 2017.

Kosmariam ketumpahan air panas saat pramugari memberikan makanan kepada penumpang sebanyak dua gelas. Akibatnya, dada, leher serta tangan Kosmariam melepuh.

Ia menuntut maskapai pelat merah itu Rp 11,25 miliar. Rp 1,25 miliar atas kerugian material, dan senilai Rp 10 miliar ganti rugi imaterial.

Melalui kuasa hukumnya, David Tobing, Kosmariam telah mengajukan gugatan tersebut ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dengan nomor perkara 215/PDT.G/2018/PN.JKT.PST pada Rabu, 11 Maret 2018.

Gugatan Rp 11,5 miliar ini menurut Kosmariam merupakan hal yang wajar. Kosmariam yang mengaku cucu dari Pakubuwono IX ini merasa dirugikan dalam banyak hal.

"Satu bulan saya enggak ngapa-ngapain. Hanya tidur, duduk. Saya enggak bisa nyuci, harus menyuruh orang. Itu kerugian buat saya juga, selama berbulan-bulan juga harus sewa sopir, biasanya saya selalu membawa mobil sendiri," ujar Kosmariam di kawasan Jakarta Pusat, Jumat 13 April 2018.

Kosmariam mengaku, usai ketumpahan air panas, pramugari Garuda Indonesia langsung meminta maaf. Sang pramugari sempat menangis dan meminta agar Kosmariam memaafkannya.

"Saya langsung dikasih gel. Cuma dikasih gel sama pramugari. Padahal masih ada satu jam lagi penerbangan," kata dia.

Kuasa hukum Kosmariam, David langsung menceritakan kronologi kejadian kliennya ketumpahan air panas. Menurut David, awalnya kliennya hendak berangkat menuju Bali untuk sebuah pekerjaan.

Lantaran tak dapat tiket menuju Bali, Kosmariam memilih keberangkatan ke Banyuwangi. Ia berencana tiba di Bali dengan menggunakan jalur darat dan air dari Bayuwangi.

Di dalam pesawat menuju Banyuwangi, Kosmariam duduk di kursi terdepan dan berada di pinggir kabin bersama rekannya. Pada saat pemberian makanan dan minuman, Kosmariam tertidur.

"Jadi temannya itu meminta dua teh panas. Entah bagaimana pramugarinya itu memberikan teh panas melalui atas kepala Ibu Kos (Kosmariam)," kata David.

David mengatakan, lazimnya seorang pramugari memberikan makanan dan minuman melalui depan. Lantaran sang pramugari memberi minuman melalui atas kepala, alhasil tubuh bagian dada, leher dan tangan Kosmariam terkena air panas.

"Menurut keterangan teman Ibu, pramugarinya sedang mengobrol. Itu (pesawat) baru terbang. Ibu Kos duduk di depan. Jadi air sedang panas-panasnya," kata David.

Cuaca pada saat pemberian makanan dan minuman sedang baik. Tidak ada getaran yang terjadi di dalam sebuah pesawat. David berpendapat kejadian tersebut murni kesalahan pramugari yang tak fokus memberikan minuman panas.

Usai terkena air panas, Kosmariam langsung meminta selimut. Kosmariam langsung membuka bajunya lantaran merasakan panas di tubuhnya. Selimut dia jadikan penutup tubuhnya.

"Ibu membuka bajunya agar tidak lengket, setelah ketahuan ternyata payudaranya sudah melepuh. Kulit luar copot," kata dia.

 

 


Selanjutnya

Garuda Indonesia Airbus A330
Pesawat Airbus A330 yang dipesan Garuda Indonesia tiba di Bandara Soekarno Hatta pada 23 Juli 2009. (AFP / Arif Ariadi)

Saat tiba di Bandara Blimbingsari, Kosmariam mengaku langsung dijemput oleh kru Garuda dan siap jika Kosmariam membutuhkan ambulans. Namun Kosmariam lebih memilih naik bus bandara.

Kosmariam langsung dilarikan menuju sebuah rumah sakit di Banyuwangi. Menurut Kosmariam, rumah sakit tersebut terlalu kecil dan hanya menggunakan obat-obatan generik.

Segala bentuk pembiayaan menurut Kosmariam dilakukan oleh pihak Garuda Indonesia. Termasuk pembiayaan saat Kosmariam berobat di Jakarta.

Namun Kosmariam melihat tak ada tindakan yang lebih dari pihak Garuda kepada dirinya. Kosmariam mengaku dirinya seperti dijadikan pengemis oleh pihak Garuda Indonesia.

"Kalau mau berobat, saya harus menelepon orang Garuda, tidak ada inisiatif dari pihak Garuda untuk menghubungi langsung, atau bertanya soal keadaan saya," kata Kosmariam.

Hal tersebut salah satu yang menjadi alasan Kosmariam mengajukan gugatan ke PN Jakarta Pusat. Gugatan dia ajukan lantaran ingin pihak Garuda memberikan pelayanan yang terbaik untuk pelanggan seperti dirinya di kemudian hari.

"Setelah digugat, baru deh mereka menghubungi saya lagi," kata Kosmariam.

Meski sudah berbulan-bulan insiden itu terjadi, hingga kini Kosmariam mengaku masih merasakan sakitnya tersiram air panas. Apalagi di bagian yang terkena.

"Luka hingga kini masih berwarna merah dengan tepian hitam, masih pedih kalau terkena keringat atau sabun dan kadang gatal yang amat sangat. Kata dokter itu proses penyembuhan," imbuh Kosmariam.

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya