Cadangan Devisa Turun, Ini Kata Menko Darmin

Cadangan devisa setara dengan pembiayaan 7,7 bulan impor atau 7,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.

oleh Liputan6.com diperbarui 09 Mei 2018, 19:31 WIB
Diterbitkan 09 Mei 2018, 19:31 WIB
Ilustrasi Cadangan Rupiah.
Ilustrasi Cadangan Rupiah.(Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Liputan6.com, Jakarta Bank Indonesia (BI) mencatat posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir April 2018 sebesar USD 124,9 miliar. Angka ini turun USD 1,1 miliar dari posisi akhir Maret 2018 sebesar USD 126,0 miliar.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution, menilai penurunan cadangan devisa akibat BI banyak melayani penukaran rupiah ke dolar.

"Setiap kali asing menjual SUN (Surat Utang Negara) atau sahamnya dia pasti cari dolar karena dia mau bawa uangnya keluar, satu. Kedua, ini bulan-bulannya orang bagi dividen. Emang dividen dibawa dalam rupiah? Enggak, dia perlu dolar," kata Menko Darmin di Rokan Hilir, Riau, Rabu (9/5/2018).

Menko Darmin menjelaskan, saat banyak yang mau menukar dividen atau menjual SUN otomatis permintaan dolar meningkat drastis.

"Nah kalau permintaan dolar naik, supply-nya tidak naik, rupiahnya tertekan. Jadi, itu rumus yang sangat sederhana dan jelas. Nah, kalau itu berlangsung berhari-hari, BI itu tidak punya jalan lain kalau dia tidak menaikkan kurs ya dia sediain valasnya yang orang mau, dia keluarin tuh cadangan devisanya," kata dia.

Namun, Menko Darmin menegaskan cadangan devisa yang turun adalah kondisi normal. Sebab, fungsi dari cadangan devisa untuk menstabilkan rupiah saat sedang terdepresiasi.

"Bukan bencana, memang cadangan devisa gunanya apa? Memang mau dipelihara supaya tumbuh gede? Untuk mengamankan rupiah kalau dia tertekan," dia menandaskan.

Reporter: Yayu Agustini Rahayu

Sumber: Merdeka.com

 

Posisi Cadangan Devisa

Ilustrasi Cadangan Rupiah.
Ilustrasi Cadangan Rupiah.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Agusman, mengatakan posisi cadangan devisa setara dengan pembiayaan 7,7 bulan impor atau 7,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor.

"Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan," ujarnya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (8/5).

Penurunan cadangan devisa pada April 2018 terutama dipengaruhi oleh penggunaan devisa untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah dan stabilisasi nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang masih tinggi.

"Ke depan, Bank Indonesia memandang cadangan devisa tetap memadai didukung terjaganya keyakinan terhadap prospek perekonomian domestik yang membaik dan kinerja ekspor yang tetap positif," dia menjelaskan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya