Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak terjatuh pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta) akibat adanya perselisihan dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China. Selain itu, ekspektasi kenaikan pasokan negara-negara anggota organisasi eksportir minyak (OPEC) juga ikut membebani harga minyak.
Mengutip Reuters, Rabu (20/6/2018), harga minyak mentah Brent berjangka tergelincir 26 sen dan menetap di USD 75,08 per barel. Sementara untuk harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS turun 78 sen atau 1,2 persen dan menetap di USD 65,07 per barel.
Rusia berencana untuk mengusulkan meningkatkan produksi kepada negara-negara OPEC dan beberapa negara di luar OPEC yang pada 2016 lalu sepakat untuk menahan produksi.
Advertisement
Baca Juga
Dalam wawancara kepada wartawan sebelum berlangsungnya KTT OPEC di Wina, Menteri Energi Rusia Alexander Novak mengusulkan penambahan produksi sebesar 1,5 juta barel per hari.
Komentar terbaru dari Novak bahwa mereka ingin menambah produksi 1,5 juta barel per hari memberikan tekanan yang signifikan kepada harga minyak.
OPEC dan beberapa negara di luar OPEC sejak awal 2017 memang sepakat untuk menahan pasokan. Pada Jumat nanti mereka akan melakukan pertemuan di Wina untuk membahas apakah akan meningkatkan produksi kembali dan jika disetujui maka akan ada hitungan berapa banyak peningkatan produksi tersebut.
Iran yang menjadi salah satu negara yang akan ikut dalam KTT di Wina mengatakan sangat sulit untuk bisa mencapai kesimpulan dalam KTT tersebut. Akan ada perbedaan kepentingan antara Arab Saudi sebagai produsen minyak terbesar di OPEC dan Rusia sebagai produsen minyak terbesar di luar OPEC.
Kedua negara tersebut memang terus mendorong untuk meningkatkan produksi minyak global karena sudah terlihat adanya peningkatan permintaan secara global.
Perang Dagang
Analis dari hedge fund energi Again Capital LLC, New York, John Kilduff, menjelaskan bahwa peningkatan ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dengan China juga ikut mempengaruhi harga minyak dunia.
Kedua negara terus saling mengancam untuk mengenakan tarif perdagangan yang tinggi akan barang ekspor termasuk juga minyak. Impor minyak AS telah melonjak sejak 2017 dengan nilai hampir USD 1 miliar per bulan.
Saham China jatuh ke titik terendah dalam hampir satu tahun sementara Wall Street juga tertekan dengan ketiga indeks berada di posisi merah.
"Harga minyak AS lebih rentan terhadap berbagai isu dibanding dengan Brent karena perbedaan harga antara kedua patokan tersebut lebih dari USD 10 per barel." jelas Jim Ritterbusch, Presiden Ritterbusch and Associates di Galena, Illinois.
Sementara itu, cadangan minyak mentah AS turun lebih dari yang diperkirakan minggu lalu. Persediaan minyak mentah turun 3 juta barel dalam seminggu hingga 15 Juni menjadi 430,6 juta, dibandingkan dengan ekspektasi analis untuk penurunan 1,9 juta barel.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Advertisement