Bedanya Tekanan Rupiah terhadap Dolar AS pada 2018 dan 2015

Saat ini investor dan pelaku pasar asing cenderung menunggu nilai tukar rupiah bergerak stabil terhadap dolar Amerika Serikat

oleh Bawono Yadika diperbarui 05 Jul 2018, 14:34 WIB
Diterbitkan 05 Jul 2018, 14:34 WIB
(Foto: Liputan6.com/Bawono Y)
Head of Intermediary Business PT Schroders Invesment Management Renny Raharja (Foto:Liputan6.com/Bawono Y)

Liputan6.com, Jakarta - PT Schroder Investment Management Indonesia menyatakan, saat ini investor dan pelaku pasar asing cenderung menunggu nilai tukar rupiah bergerak stabil terhadap dolar Amerika Serikat

Executive Vice President Intermediary Business PT Schroder Investment Management Indonesia, Renny Raharja mengatakan, investor asing asing menunggu kepastian dari nilai tukar rupiah RI saat ini.

"Saat ini memang asing lebih menunggu kepastian apakah nilai tukar rupiah kita confident atau tidak ya," tutur dia di Jakarta, Kamis (5/7/2018).

Renny menambahkan, kenaikan suku bunga yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI) lebih berupaya untuk menjaga stabilitas nilai tukar bukan untuk penguatan rupiah.

"Pressure dari kondisi ekonomi global di luar negeri membuat rupiah sulit untuk menguat. Jadi BI memang mengusahakan rupiah ini untuk stabil bukan menguat," kata Renny.

Mata uang India dan Filipina, menurut Renyy paling turun tajam imbas dampak kenaikan suku bunga Amerika Serikat. Akan tetapi, bursa saham India dan Filipina masih positif.

"Indonesia memang di atas Filipina dan India. Kita turun (nilai tukar) sebesar 5,71 persen, sedangkan Filipina turun 6,74 persen dan India yang sebesar 7,15 persen," ujar dia.

Adapun laju indeks India year-to-date (YTD) positif 3,74 persen, kemudian JCI dan LQ 45 Indonesia turun sebesar 11,40 persen dan 17,92 persen.

"Jadi sebetulnya tahun 2013 dan 2015 Indonesia juga pernah mengalami pelemahan nilai tukar ini, tapi yang membuat tahun ini jadi berbeda karena diikuti harga minyak dunia yang terbilang tinggi," ujar Renny. 

Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) melemah ke posisi 14.387 per dolar Amerika Serikat pada 5 Juli 2018 dari periode Rabu 4 Juli 2018 di posisi 14.343. Sejak awal tahun, rupiah sudah melemah 6,23 persen terhadap dolar Amerika Serikat.

 

Aksi Ambil Untung Bawa Rupiah Menguat

Rupiah Menguat 12 Poin atas Dolar
Papan index menunjukan harga dolar AS yang berada di penukaran mata uang, Jakarta, Kamis (13/4). Nilai tukar rupiah terpantau menguat 0,09% atau 12 poin ke Rp13.263 per dolar AS di pasar spot. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada perdagangan Rabu pekan ini.Masalah perang perdagangan global masih sangat mengganggu penguatan rupiah.

Mengurip Bloomberg, Rabu 4 Juli 2018 rupiah dibuka di angka 14.350 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.397 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.327 per dolar AS hingga 14.370 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah mengalami pelemahan 5,8 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.343 per dolar AS, juga menguat jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 14.418 per dolar AS.

Research Analyst FXTM Lukman Otunuga menjelaskan, rupiah berpotensi terus menguat karena aksi ambil untung dolar AS. Namun kenaikan nilai tukar rupiah sepertinya akan dibatasi oleh sejumlah faktor eksternal.

"Masalah perang perdagangan global masih sangat mengganggu sentimen dan membuat pasar menghindari risiko," jelas dia. Oleh karena itu, mata uang pasar berkembang termasuk rupiah mungkin akan terus tertekan.

Perlu dicatat pula bahwa faktor penggerak fundamental di balik apresiasi dolar AS yang agresif masih terus ada. Koreksi teknikal yang saat ini dialami dolar AS dapat memberi peluang baru bagi investor untuk mengangkat harga lebih tinggi lagi.

 

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya