Hiruk Pikuk Politik Tak Ganggu Penjualan Ponsel di Indonesia

Pertumbuhan penjualan ponsel diperkirakan mencapai 20 persen pada 2018.

oleh Septian Deny diperbarui 10 Agu 2018, 16:11 WIB
Diterbitkan 10 Agu 2018, 16:11 WIB
Ilustrasi ponsel
Ilustrasi ponsel (iStock)

Liputan6.com, Jakarta - Kondisi di tahun politik dan perkembangan situs jual-beli online (e-commerce) diyakini tidak berdampak besar bagi bisnis ritel telekomunikasi.

Bahkan pelaku bisnis yang bergerak di sektor ini terus menambah jumlah gerainya guna memenuhi permintaan ponsel yang semakin meningkat. 

General Manager Ritel Telesindo Shop, Fendy mengatakan, hingga paruh pertama tahun ini, pertumbuhan penjualan ponsel di gerai ritel offline masih cukup baik.

"Pertumbuhan bisnis ritel telekomunikasi masih cukup bagus. Kami optimis pertumbuhan penjualan berada di angka 20 persen tahun ini," ujar dia di dalam keterangan tertulis Jakarta, Jumat (10/8/2018).

Meski kondisi di dalam negeri diperkirakan akan mengalami gejolak, khususnya karena adanya Pemilihan Presiden (Pilpres) di tahun depan, Fendy meyakini hal tersebut tidak akan memberikan pengaruh yang signifikan pada bisnis ritel telekomunikasi.

"Dengan hiruk pikuk politik mungkin ada sedikit dampaknya, tapi tidak terlalu besar. Karena untuk produk telekomunikasi saat ini cenderung sudah menjadi kebutuhan primer. Jadi sudah beralih dari yang sebelumnya kebutuhan tersier," ujar dia.

Selain itu, persaingan ketat dengan e-commerce juga diyakini masih akan dimenangkan oleh gerai ritel offline. Sebab untuk produk ponsel, masyarakat masih dominan untuk membelinya secara langsung, ketimbang melalui marketplace.

"Memang perkembangan online juga naik cukup drastis, tetapi tidak sampai menurunkan penjualan dari kami sendiri. Di ritel kami juga terus ada peningkatan, tidak ada masalah sama sekali," kata dia.

Fendy bahkan mengungkapkan, pihaknya masih terus akan menambah gerai ritelnya. Setelah membuka gerai terbarunya di Central Park, Jakarta Barat, Telesindo masih akan membuka 10 gerai lagi hingga akhir tahun ini.‎

"Kami terus membuka toko karena melihat potensi itu. Karena konsumen tetap butuh pelayanan, touch and feel serta butuh bertanya. Kemarin kami sudah membuka 5 store. Dan kami mau membuka 10 toko lagi sampai akhir tahun. Ada di Bogor, Bekasi dan ada beberapa di luar kota," tutur dia.

 

JK: Pemilu Tak Bikin Ekonomi Sulit

Wapres Jusuf Kalla menerima kunjungan Presiden Zanzibar Ali Mohamed Shein (Merdeka.com/ Intan Umbari)
Wapres Jusuf Kalla menerima kunjungan Presiden Zanzibar Ali Mohamed Shein (Merdeka.com/ Intan Umbari)

Sebelumnya, Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) optimistis ekonomi pada masa pemilihan umum (Pemilu) 2019 tumbuh optimal. Salah satunya disumbang oleh pertumbuhan konsumsi. Hal ini sesuai dengan pengalaman pada pemilu-pemilu sebelumnya.

"Pada tahun 2004 konsumsi naik, tahun 2014 juga naik lumayan, jadi pemilu tidak bikin ekonomi sulit. Mencetak kertas suara, mencetak baliho, itu rezeki," ujar Wapres JK saat memberi paparan di Acara Business Lunch di Hotel Arya Duta, Jakarta, Kamis 2 Agustus 2018.

Namun demikian, untuk investasi, pengusaha masih akan menunggu dan melihat bagaimana kebijakan pemerintah. Oleh karena itu, dia mengajak seluruh pihak untuk berjuang keras mengingat Indonesia sudah tertinggal dari Thailand dan Vietnam.

"Investasi kita masih berjuang keras harus kejar Thailand, Vietnam, makanya kita perlu kepastian. Makanya tugas media memberikan suasana. Jadi isu bad news is good news jangan dipakai sebagai pokok. Jadi berita baik ya berita baik," ujar JK.

Jusuf Kalla menambahkan, investasi yang tidak banyak terganggu ketika masa pemilu adalah investasi infrastruktur. Sementara, investasi industri umumnya akan lebih banyak menunggu karena dipengaruhi juga oleh faktor global.

"Investasi Infrastruktur saya kira tidak terpengaruh, yang terpengaruh investasi di bidang industri, tapi ini juga dipengaruhi oleh trade war, kebijakan The Fed," ujar dia.

 

 Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya