Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali melemah pada perdagangan Kamis ini.
Mengutip Bloomberg, Kamis (23/8/2018), rupiah dibuka di angka 14.620 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.574 per dolar AS.
Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.620 per dolar AS hingga 14.630 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 7,93 persen.
Advertisement
Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.620 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan patokan pada 21 Agustus lalu yang ada di angka 14.568 per dolar AS.
Research Analyst FXTM Lukman Otunuga menjelaskan, Bank Indonesia sudah menaikkan suku bunga sebanyak empat kali dalam tiga bulan guna menolong rupiah.
Baca Juga
Walau begitu, faktor eksternal seperti ekspektasi kenaikan suku bunga AS dan ketidakpastian pasar secara umum tetap sangat membebani rupiah.
"Rupiah bertahan di dekat level terendah tiga tahun," jelas dia.
Ia melanjutkan, secara umum dolar AS menguat terhadap mayoritas mata uang dunia, termasuk rupiah, di tengah masih adanya kekhawatiran investor terhadap krisis Turki, dan ketegangan dagang global.
"Berbagai faktor fundamental untuk apresiasi dolar AS masih tetap ada, ditambah ekspektasi kenaikan suku bunga AS tahun ini tetap tinggi, sehingga dolar AS cenderung terapresiasi," katanya.
Kendati demikian, lanjut dia, sentimen beli terhadap dolar AS dapat tertahan menyusul Presiden AS Donald Trump yang meningkatkan kritik terhadap bank sentral Amerika Serikat (the Fed).
Ia menambahkan Bank Indonesia (BI) juga sudah meningkatkan suku bunga acuan guna menjaga fluktuasi nilai tukar rupiah. Pada 14-15 Agustus 2018 memutuskan untuk menaikkan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI 7DRR) sebesar 25 bps menjadi 5,50 persen.
* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini
Pasangan Capres dan Cawapres Harus Fokus Stabilkan Rupiah
Kondisi ekonomi Indonesia yang diterjang ketidakpastian global harus jadi perhatian para Calon Presiden (Capres) dan pasangan masing-masing. Program ekonomi yang tepat sasaran dan bisa mengakomodir kepentingan nasional Indonesia harus diutamakan.
Beberapa yang patut diparhatikan lebih adalah menjaga nilai tukar rupiah dan menjaga neraca perdagangan agar tidak mengalami defisit.
Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Assyifa Szami Ilman mengatakan, nilai tukar rupiah yang telah tertekan kurang lebih 7 persen sejak awal tahun memberikan dampak yang cukup serius bagi perekonomian.
BACA JUGA
Walaupun lemahnya angka ini dinilai baik untuk meningkatkan ekspor dengan memberikan harga jual yang lebih kompetitif, pelemahan ini nyatanya juga memberikan dampak yang cukup serius pada industri yang berorientasi pada impor bahan produksi.
Lemahnya nilai tukar rupiah mengakibatkan turut melemahnya daya beli mata uang terhadap input yang diperlukan untuk proses produksi. "Dimana 90 persen impor merupakan barang kapital yang merupakan bagian dari input yang membuat harga jual tinggi," jelas dia dikutip dari keterangan tertulis, Rabu (22/8/2018).
Selain itu, komoditas pangan yang ada di Indonesia juga tidak terlepas dari produk impor. Pembiaran kondisi ini pada akhirnya akan memengaruhi harga produk dan memicu inflasi domestik.
”Kebijakan yang perlu diambil oleh pemerintah adalah dengan mendorong investasi asing langsung (foreign direct investment) yang relatif lebih stabil dan juga diiringi dengan pengurangan ketergantungan terhadap investasi portofolio,” tambah dia.
Advertisement