Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah akan memanfaatkan Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia di Bali untuk menarik lebih banyak investasi ke Indonesia.
Oleh karena itu, dalam ajang tersebut, pemerintah akan menawarkan investasi dengan nilai total mencapai USD 42 miliar.Â
Staf Khusus Kementerian BUMN, Sahala Lumban Gaol mengatakan, pemerintah telah menyiapkan buku untuk yang berisi potensi investasi dan akan ditawarkan kepada para investor yang hadir. Buku tersebut akan diberikan saat sesi terkait investasi.
Advertisement
Baca Juga
"Jadi Kementerian BUMN nanti akan membuat suatu yang tadi saya katakan buku untuk investasi. Kita tawarkan disitu sebesar USD 42 miliar investasi opportunity. Tapi nilai project totalnya sekitar USD 86 Â miliar. Jadi ini kita akan sampaikan juga ini pada saat kita akan bagikan bukunya pada saat seminar mengenai investasi itu," ujar dia di Kantor Kementerian Pedagangan, Jakarta, Senin (17/9/2018).
Dia menuturkan, di dalam buku tersebut menawarkan 79 proyek dari 22 BUMN, seperti PLN, Waskita Karya, Jasa Marga, Angkasa Pura II . "Jadi mereka akan multi melakukan one to one meeting. Jadi kalau tadi kita melihat Waskita arahnya ke mana? Jalan tol. Kemudian kalau PLN arahnya ke listrik, Jasa Marga, Angkasa Pura II itu Udara," kata dia.
Sahala berharap, tawaran investasi ini mendapatkan sambutan yang baik dari para investor yang hadir. Namun detailnya akan disampaikan saat ajang pertemuan tersebut berlangsung.
"Jadi ke situ dia, spesifiknya nanti kita akan bagikan pada saat yang akan datang. Semua sudah  ada lengkap deskripsi project-nya dan akan dibagikan nanti kepada investor. Kita betul-betul menawarkan sesuatu yang sudah lengkap informasinya, sehingga investor itu bisa benar-benar lihat prospect opportunity yang kita tawarkan," ujar dia.
Â
Bali Bisa Seperti Davos
Sebelumnya, penyelenggaraan Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia akan membuat Bali dikenal sebagai lokasi pertemuan berkelas internasional.
Hal ini sama seperti Davos, Swiss, yang sering menggelar pertemuan internasional. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas, Bambang Brodjonegoro mengatakan, saat ini Davos telah dikenal sebagai lokasi langganan penyelenggaraan ajang pertemuan internasional, salah satunya World Ekonomic Forum (WEF) yang dilaksanakan setiap tahun.Â
"Salah satu contohnya adalah World Economic Forum di Davos, kota kecil di Swiss yang dia setiap tahun jadi host pertemuan internasional. Ini memunculkan efek jejaring, efek kompetensi sebagai penyelenggara event internasional, efek infrastruktur dan image effect yang menunjukkan kemampuan negara sebagia tuan rumah yang sangat capable jadi tuan rumah mega meeting," ujar dia di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Senin 17 September 2018.
Pada awal pertemuan WEF di 2001, jumlah pesertanya hanya 4.600 dengan 200 pertemuan. Namun sebagai tuan rumah, Davos mampu mengantongi 22,7 juta Swiss Franc yang terdiri dari dari 15,7 juta Swiss Franc secara langsung dan 7 juta Swiss Franc dari dampak tidak langsung.
"Biaya penyelenggaraan WEF yang sebesar 2-2,5 juta Swiss Franc tertutup oleh keuntungan ekonomi yang tercipta. Ini hanya dari pertemuan yang berlangsung selama 1 minggu," kata dia.
Hal yang sama juga diharapkan terjadi pada Bali usai menyelenggarakan Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia. Total dampak langsung terhadap ekonomi Bali akan mencapai Rp 5,9 triliun yang di antaranya berasal dari investasi infrastruktur yang mencapai Rp 3 triliun dan belanja wisatawan mancanegara dan domestik sebesar Rp 1,1 triliun.
‎"Bali bukan tempat asing mega meeting di 2013. Bali pernah di tuna rumah APEC. Di situ terjadi pertumbuhan ekonomi tertinggi di Bali. Yang mendapat dampak positif terbesar yaitu hotel dan restoran, transportasi dan konstruksi," ujar dia.
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Â
Advertisement