Singapura dan Filipina Minati Produk Rumput Laut dari Sumba Timur

Banyak petani sudah beralih untuk melakukan budi daya rumput laut di wilayah pesisir dan semuanya difasilitasi pemerintah.

oleh Arthur Gideon diperbarui 18 Sep 2018, 10:46 WIB
Diterbitkan 18 Sep 2018, 10:46 WIB
Kisah Petani Rumput Laut Lombok
Perairan di Lombok Timur,NTB adalah surga bagi rumput laut. Di salah satu sudut, Iskandar Ismail tengah memeriksa rumput-rumput kenyal itu. (Mevi Linawati/Liputan6.com)

 

Liputan6.com, Jakarta - Singapura dan Filipina berminat membeli hasil olahan rumput laut atau chips dari Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT).

"Selama ini hasil pengolahan rumput laut di Sumba Timur hanya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, tetapi saat ini sudah ada permintaan juga dari Singapura dan Filipina," kata Bupati Sumba Timur, NTT, Gidion Mbilijora kepada Antara, Selasa (18/9/2018).

Pabrik pengolahan rumput laut di Sumba Timur yang dikelola perusahaan daerah PT Algae Sumba Timur Lestari (Astil) di Desa Tanamanang itu hanya menghasilkan alkali treated cottonii (ATC) atau chips.

Produk ini, kata dia, selama ini dikirim luar daerah seperti Jakarta, Surabaya, dan Mataram.

Gidion mengatakan kehadiran pabrik pengolahan rumput laut di daerah itu telah memberikan dampak positif terhadap perekonomian masyarakat lokal, khususnya petani yang berada di pesisir pantai.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Beralih Fungsi

20160416-Rumput-Laut-Balikpapan-Fery-Pradolo
Petani mengangkut rumput laut dari kapal di kawasan Kelurahan Manggar, Balikpapan Timur, Jumat (15/4). Nelayan yang tergabung dalam Kelompok Tani Sumber Laut Berjaya, Manggar mampu memproduksi 15 ton/bulan. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Saat ini, kata dia, banyak petani lahan pertanian sudah beralih fungsi untuk melakukan budi daya rumput laut di wilayah pesisir dan semuanya difasilitasi pemerintah.

"Dampaknya sangat bagus. Banyak masyarakat yang sudah beralih menjadi pembudi daya rumput laut karena 1,5 bulan sudah bisa panen dan menghasilkan uang," katanya.

Apalagi, menurut Gidion, hasil produksinya sudah memiliki pasar tetap. Petani tidak perlu lagi mencari pasar untuk menjual hasil produksi mereka, dia menambahkan.

"Saya tidak bisa menghitung berapa ton produksi rumput laut, tetapi yang pasti ekonomi masyarakat, khususnya masyarakat di pesisir sudah mulai tumbuh dengan baik karena usaha budi daya rumput laut," katanya.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya