Wall Street Merosot Usai Tarif Impor Barang China-AS Berlaku

Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau disebut wall street melemah usai penerapan tarif perdagangan Amerika Serikat dan China.

oleh Agustina Melani diperbarui 25 Sep 2018, 05:00 WIB
Diterbitkan 25 Sep 2018, 05:00 WIB
Perdagangan Saham dan Bursa
Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau disebut wall street melemah usai penerapan tarif perdagangan barang impor Amerika Serikat dan China.

Hal tersebut meredam harapan untuk resolusi dan investor juga menunggu kenaikan suku bunga jelang pertemuan bank sentral AS atau the Federal Reserve.

Pada penutupan perdagangan saham Senin (Selasa pagi WIB), indeks saham Dow Jones melemah 181,45 poin atau 0,68 persen ke posisi 26.562,05. Indeks saham S&P 500 tergelincir 10,3 poin atau 0,35 persen ke posisi 2.919,37. Indeks saham Nasdaq bertambah 6,29 poin atau 0,08 persen ke posisi 7.993,25.

Tujuh dari 11 sektor saham utama S&P 500 melemah usai tarif AS atas barang impor China senilai USD 200 miliar berlaku. Hal tersebut juga dilakukan pemerintahan China.

"Investor mulai melihat langkah China demikian pula AS. Ini merupakan risiko umum, orang menjadi sedikit lebih hati-hati," ujar Chief Investment Officer Advisor Alliance, Chris Zaccarelli, seperti dikutip dari laman Reuters, Selasa (25/9/2018).

Pada pekan lalu, wall street menguat seiring investor yakin AS dan China akan kembali bernegosiasi soal perdagangan. Akan tetapi, kedua belah pihak masih bertahan dengan posisinya saat ini. “Tidak akan terkejut jika kami mengambil keuntungan dari pekan lalu,” ujar Zaccarelli.

Sektor saham industri yang menanggung beban perang dagang, menjadi salah satu hambatan terbesar di indeks saham S&P 500. Sektor saham industri melemah 1,3 persen.

Sementara itu, sektor saham yang sensitif dengan suku bunga yaitu sektor saham konsumen merosot 1,5 persen. Sektor saham properti susut 1,9 persen usai di bawah tekanan menjelang pertemuan the Federal Reserve yang dimulai pada Selasa. Diperkirakan the Federal Reserve menaikkan suku bunga.

Persentase keuntungan terbesar dialami sektor saham energi. Hal tersebut seiring harga minyak menguat ke level tertinggi dalam empat tahun yang mencapai posisi di atas USD 80 per barel. Hal itu didorong Arab Saudi dan Rusia mengesampingkan setiap peningkatan langsung meski Presiden AS Donald Trump meminta untuk meningkatkan pasokan global.

Selain itu, sektor saham teknologi naik 0,3 persen. Kenaikan sektor saham teknologi didorong saham Apple menguat 1,4 persen usai produknya terhindar dari tarif baru di China. Saham Facebook menguat 1,5 persen di wall street.

 

Sentimen Lainnya Bayangi Wall Street

Perdagangan Saham dan Bursa
Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Sentimen lainnya pengaruhi wall street didorong investor yang terguncang oleh laporan kalau Wakil Jaksa Agung Rod Rosenstein akan berhenti.

Namun, wall street stabil usai Gedung Putih mengumumkan pertemuan antara Trump dan Rosenstein yang awasi penyelidikan khusus terhadap peran Rusia dalam pemilihan presiden yang dimenangkan Trump pada 2016.

Adapun volume perdagangan saham tercatat sekitar 6,96 miliar di wall street. Angka ini lebih tinggi dari rata-rata perdagangan dalam 20 sesi terakhir sekitar 6,65 miliar saham.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya