Luhut: Pertemuan IMF Tak Mewah, Bos Bank Dunia Saja Kita Suruh Naik Taksi

Menko Luhut mengaku heran jika ada yang mengatakan pelaksanaan IMF-World Bank Annual Meeting terkesan mewah.

oleh Merdeka.com diperbarui 13 Okt 2018, 20:19 WIB
Diterbitkan 13 Okt 2018, 20:19 WIB
Melebihi Target, Pertemuan IMF-Bank Dunia Diikuti 34 Ribu Peserta
Ketua Panitia Nasional Penyelenggara Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia Luhut Binsar Panjaitan memberi keterangan di Bali, Senin (8/10). Menurut Luhut, jumlah peserta IMF dan World Bank telah melebihi target. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan membagikan salah satu cerita menarik yang dia dapat sepanjang IMF-World Bank Annual Meeting di Nusa Dua, Bali.

Pengalaman menarik tersebut dia alami, ketika mendampingi Presiden Bank Dunia, Jim Yong Kim dari Bandara Internasional Ngurah Rai menuju hotel tempat Jim menginap.

Mantan Kepala Staf Kepresidenan ini pun mengaku sempat bercerita kepada Jim Yong Kim terkait kritik yang diterima panitia, salah satunya mengenai penggunaan 400 mobil Mercedes yang dianggap mewah.

"Saya kan dampingi Jim Kim dari Bandara ke Hotel. Dia tanya saya jelasin. Dia tanya Apa ada masalah Luhut?, saya bilang tidak ada. Paling ada sedikit-sedikit. Orang kritik kita soal mobil mewah," kata dia, dalam konferensi pers, di Art Bali, Sabtu (13/10/2018).

"Dia tanya Mobil mewah mana? Ini yang kamu naik ini. Ini Mercedes Jim, dia bilang 'I don't know'. Ada dua tipe yang kami pakai 2013, 2015," lanjut Luhut.

Hal lucu kemudian muncul setelah Luhut 'buka kartu' soal mobil 'mewah' yang tengah mereka tumpangi. Kepada Presiden Jim, Luhut mengatakan mobil yang mereka gunakan biasa digunakan sebagai taksi.

"But Jim this is a cab (Jim ini taksi). Dia bilang apa? Terus dia ketawa. Jadi Anda bayangkan. Presiden Bank Dunia kami suruh naik taksi hanya tidak ada namanya (label) taksi di situ," kisahnya.

Atas dasar itulah, dia mengaku heran jika ada yang mengatakan pelaksanaan IMF-World Bank Annual Meeting terkesan mewah. "Jadi orang bilang mewah-mewah, aneh," ujar dia.

"Anggaran (IMF-World Bank Annual Meeting) di pagu Rp 855 miliar. Sampai hari ini Rp 566 miliar, tapi kita mungkin masih turunin. Mungkin akan di bawah Rp 500 miliar," tandasnya.

Reporter: Wilfridus Setu Embu

Sumber: Merdeka.com

 

* Update Terkini Asian Para Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru di Sini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Anggaran Pertemuan IMF-WB Dikritik, JK: Masa Kampanye Apa Saja Disalahkan

Wakil Presiden Jusuf Kalla
(Dari kiri) Kepala BNPB Willem Rampangilei, Sekjen PBB Antonio Guterres, CEO Bank Dunia Kristalina Georgieva dan Wakil Presiden Jusuf Kalla menemui korban terluka akibat gempa dan tsunami di Palu, Sulteng, Jumat (12/10). (Liputan6.com/HO/Tim Media Wapres)

Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) menilai munculnya kritik terhadap acara pertemuan tahunan IMF-World Bank Group 2018 di Nusa Dua Bali yang memakan biaya penyelenggaraan sebesar Rp 830 miliar merupakan hal yang wajar di tahun politik.

"Ya kalau namanya masa kampanye apa saja salahkan," kata JK di Kantornya, Jalan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, pada Selasa 9 Oktober 2018.

JK menjelaskan biaya tersebut dianggarkan untuk perbaikan infrastruktur di Bali. Tidak hanya itu, dia juga menegaskan pemerintah tidak melupakan kejadian di Lombok, melainkan hal tersebut berjalan beriiringan dengan menyelesaikan persoalan para korban gempa bumi di Lombok, NTB.

"Kedua-duanya jalan (penyelesaian di Lombok, NTB). Biaya itu yang dianggarkan kurang lebih Rp 800 miliar. Sebagian besar itu untuk perbaikan infrastruktur yang ada di Bali. Yang jalan, underpass, perbaikan bandara," ungkap JK.

Sedangkan kata JK, 15.000 peserta, mulai dari makan hingga menginap di hotel menggunakan biaya sendiri. Dia menjelaskan acara IMF dihadiri banyak pengusaha kaya dari negara anggota yang memiliki banyak manfaat di Indonesia.

"Semua biaya sendiri, makan bayar sendiri, hotel bayar sendiri, yang diperbaiki itu perbaikan infrastruktur dan pelayanan kesehatan. Dibanding dengan makna atau manfaat itu jauh lebih besar dibanding biaya yang dikeluarkan," ungkap JK.

JK menjelaskan salah satu manfaat yang didapat dari acara tersebut untuk Indonesia yaitu perputaran uang yang ada di Bali.

"Kan orang mengatakan tamu itu rejeki. Mereka kan belanja, apa, tinggal di hotel, dan ada pajaknya. Dan hotel sekarang mahal. Tiba-tiba Rp 10 juta semalam. Itu pajaknya 10 persen. Pajak saja sejuta. Jadi itu akan kembali lewat lain, lewat pajak, lewat keuntungan orang bekerja," papar JK.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya