Konsumsi Solar Subsidi Capai 82 Persen hingga 15 Oktober

Kuota solar bersubsidi ‎yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN)2018 sebesar 14,6 juta kilo liter (kl).

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 16 Okt 2018, 18:44 WIB
Diterbitkan 16 Okt 2018, 18:44 WIB
Pemerintah Subsidi Solar
Sejumlah kendaraan mengisi bahan bakar minyak (BBM) di SPBU Kuningan Jakarta, Sabtu (5/5). Penambahan subsidi solar akan berkisar Rp 500 hingga Rp 1.500 per liter. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta Badan Pengatur Kegiatan Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) mencatat, konsumsi solar bersubsidi hingga 15 Oktober 2018 sudah mencapai 82 persen dari kuota yang ditetapkan pada tahun ini.

Kepala BPH Migas Fanshurullah Asa mengatakan, dari kuota solar bersubsidi ‎yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN)2018 sebesar 14,6 juta kilo liter (kl), saat ini sudah terpakai 12 juta kl atau 82 persen dari kuota.

‎"Sampai Oktober 12 juta dari 14 juta sekian. Jadi baru 82 persen," ujar Ata Fanshurullah, di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (16/10/2018).

Meski saat ini kuota solar subsidi sudah terpakai 82 persen, tetapi konsumsinya sampai akhir tahun diprediksi tidak akan melebihi dari kuota yang ditetapkan.

Bahkan PT Pertamina (Persero), operator yang ditunjuk sebagai penyalur solar subsidi memperkirakan konsumsi solar tahun ini di bawah kuota.

"‎Kita kasih ke Pertamina kan 14,6 juta. Pertamina bilang akan jaga di bawah 14,5 juta," tuturnya.‎

Fashurullah pun membantah telah terjadi kelangkaan solar subsidi di sejumlah daerah. Untuk menjaga agar penyaluran solar subsidi ‎tepat sasaran, lembaganya telah menggandeng aparat kemanan untuk mengawasi.

"BPH kan sudah buat MoU sama kepolisian. Kita kerja sama sama mereka, sampai polsek-polsek untuk mengawal ini. Kalau perlu polisi tungguin," tandasnya.

 


Harga Pertamax di Jakarta Naik Rp 900 per Liter

Pemerintah Subsidi Solar
Sejumlah kendaraan mengisi bahan bakar minyak (BBM) di SPBU Kuningan Jakarta, Sabtu (5/5). Penambahan subsidi solar akan berkisar Rp 500 hingga Rp 1.500 per liter. (Liputan6.com/Johan Tallo)

PT Pertamina (Persero) menaikkan harga Pertamax Cs dan Solar nonsubsidi. Khusus di Jakarta, kenaikan harga Pertamax Cs kurang lebih Rp 1.000 per liter.

External Communication Manager Pertamina Arya Dwi Paramita mengatakan, kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) tersebut untuk Pertamax, Pertamax Turbo, Dexlite, Pertamina Dex, dan Biosolar non subsidi.

"Sedangkan harga BBM Premium, Biosolar bersubsidi dan Pertalite tidak naik," k‎Ata Arya, di Jakarta, Rabu (10/10/2018).

Kenaikan ini berbeda beda untuk setiap daerah. Sebagai contoh di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya, harga Pertamax Rp 10.400 per liter, Pertamax Turbo Rp 12.250 per liter, dan Pertamina Dex Rp 11.850 per liter.

Jika dibandingkan dengan harga sebelumnya, kenaikan ini cukup besar. Untuk Pertamax kenaikannya mencapai Rp 900 dari harga awal Rp 9.500 per liter.

Sedangkan untuk Pertamax Turbo kenaikannya mencapai Rp 1.550 dari harga sebelumnya Rp 10.700 per liter. Untuk Pertamina Dex kenaikannya mencapai Rp 1.350 dari harga sebelumnya Rp 10.500 per liter.

Meskipun telah mengalami kenaikan, harga Pertamax CS masih jauh lebih murah jika dibandingkan dengan harga BBM yang dijual oleh Shell.

Perusahaan minyak asal Belanda tersebut menjual BBM jenis Super dijual Rp 10.500 per liter, V-Power Rp 12.350 per liter dan Diesel Rp 11.950 per liter.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya