Ini Strategi Pemerintah Kurangi Pengangguran pada Lulusan SMK

Hal ini sejalan dengan tingkat pengangguran terbuka (TPT) yang turun menjadi 5,34 persen pada Agustus 2018.

oleh Merdeka.com diperbarui 08 Nov 2018, 19:11 WIB
Diterbitkan 08 Nov 2018, 19:11 WIB
20160223-Ilustrasi-Pengganguran-iStockphoto
Ilustrasi Tidak Bekerja atau Pengangguran (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah tengah berupaya menekan tingkat pengangguran di Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan jumlah pengangguran pada Agustus 2018 berkurang sebanyak 40 ribu jiwa. Hal ini sejalan dengan tingkat pengangguran terbuka (TPT) yang turun menjadi 5,34 persen pada Agustus 2018.

Lalu bagaimana upaya yang dilakukan pemerintah dalam menjaga tingkat pengangguran di sektor Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)?

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy mengatakan, untuk menekan angka pengangguran di Tanah Air khususnya pada lulusan SMK, pihaknya sudah menyiapkan beberapa strategi. Salah satunya dengan meningkatkan kualitas belajar mengajar.

Dia mengatakan, dengan kualitas pembelajaran yang baik maka siswa akan memperoleh keterampilan dasar, kemampuan untuk berpikir kritis. Selain itu siswa juga akan memahami nilai-nilai dan karakter untuk menjadi warga yang produktif dan pembelajar.

“Kemudian kedua, upaya percepatan melalui penargetan dan strategi kompensasi kepada anak-anak miskin untuk mengurangi ketimpangan akses ke pendidikan yang berkualitas di daerah secara sistematik, sehingga mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil, dan harmonis,” kata dia dalam diskusi Forum Merdeka Barat mengenai Pengurangan Pengangguran, di Kantor Bappenas, Jakarta, Kamis (7/11/2018).

Strategi selanjutnya, dengan memperkuat pelatihan vokasi dan life skill di semua tingkat. Ini dilakukan untuk mengembangkan angkatan kerja yang fleksibel dan terlatih dengan atribut personal, keterampilan dasar, dan kompetensi TIK.

Sehingga vokasi yang dicanangkan para lulusan SMK siap kerja mendukung pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional.

Di sisi lain, upaya pengembangan visi dan pola pikir guru dan tenaga pendidik, juga menjadi penting guna menuju peningkatan kualitas pendidikan yang kreatif dan berkesinambungan. Kemudian stragi lain yakni dengan mewujudkan pemeritah yang terintegrasi untuk peningkatan capaian pendidikan.

“Sedangkan strategi terakhir adalah merintis kemitraan baru dengan penyelenggara pendidikan, baik perusahaan publik maupun swasta untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui kinerja berbasis pembiayaan dan akuntabilitas yang lebih baik,” pungkasnya.

Muhadjir menyebut secara prosentase tingkat pengangguran terbuka pun terus menurun bagi lulusan SMK. Tercatat, jika pada 2016 sebesar 9,84 persen, pada 2018 menjadi 8,92 persen.

“SMK merupakan tingkat pendidikan yang persentase penurunan pengangguran terbukanya selalu turun setiap tahunnya,” ujarnya.

Capaian tersebut, tentu saja tidak terlepas dari kuatnya komitmen pemerintah untuk mengurangi pengangguran. Termasuk, melalui Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 9 Tahun 2016 Tentang Revitalisasi SMK dalam Rangka Peningkatan Kualitas dan Daya Saing Sumber Daya Manusia Indonesia.

 

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Menteri Hanif: Penurunan Angka Pengangguran Belum Sesuai Harapan

20160223-Ilustrasi-Pengganguran-iStockphoto
Ilustrasi Tidak Bekerja atau Pengangguran (iStockPhoto)

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah pengangguran berkurang sebanyak 40 ribu dalam satu tahun terakhir. Hal ini sejalan dengan tingkat pengangguran terbuka (TPT) yang turun menjadi 5,34 persen pada Agustus 2018.

Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri mengatakan, meski tren pengangguran pada Agustus 2018 telah mengalami penurunan, namun angka tersebut belum cukup menunjukkan pencapaian yang diharapkan oleh pemerintah.

"Kalau kita bicara masalah pengangguran harus kita katakan bahwa capaian yang ada belum sesuai yang kita harapkan. Namun kita harus jujur dan objektif dari data BPS dari waktu ke waktu terus turun," kata Hanif dalam diskusi Forum Merdeka Barat mengenai Pengurangan Pengangguran, di Kantor Bappenas, Jakarta, Kamis (7/11/2018).

Hanif mengatakan, apabila dilihat dari tingkat pengangguran terbuka angka 5,34 persen menjadi terendah selama masa reformasi. Sebab, berdasarkan catatan sejak 2015 angka pengangguran tercatat sebanyak 6,18 persen. Kemudian terus menurun pada 2016 menjadi 5,61 persen dan 2017 mencapai 5,50 persen.

"Pada sebelum-sebelum ini lebih tinggi. Jadi ini saya katakan ini adalah angka pengangguran terendah sejak terjadi reformasi," imbuhnya.

Hanif mengatakan, tingkat pengangguran di perkotaan selalu lebih tinggi dibandingkan pedesaan. Namun trennya secara umum relatif menurun meskipun tingkat pengangguran di desa tercatat mengalami peningkatan sedikit bila dibanding periode sebelumnya.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya