Antisipasi Gangguan Penerbangan, Kemenhub Awasi Aktivitas Anak Krakatau

Kemenhub belum mendapat laporan Notam khusus penutupan bandara dari AirNav Indonesia selaku pengatur lalu lintas udara.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 02 Jan 2019, 09:30 WIB
Diterbitkan 02 Jan 2019, 09:30 WIB
Penampakan jejak abu vulkanis Gunung Anak Krakatau yang tertangkap kamera satelit NASA pada 24 September 2018 (NASA)
Penampakan jejak abu vulkanis Gunung Anak Krakatau yang tertangkap kamera satelit NASA pada 24 September 2018 (NASA)

Liputan6.com, Jakarta - Di penghujung 2018, bencana tsunami menerjang pesisir selatan Provinsi Lampung dan pesisir barat Pulau Jawa. Ratusan jiwa melayang dan banyak korban terluka akibat gelombang tsunami yang disebabkan longsornya Gunung Anak Krakatau.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi telah menaikan status Gunung Anak Krakatau menjadi level III Siaga. Erupsi dan semburan abu vulkanik yang dikeluarkan berpotensi membawa dampak terhadap operasional penerbangan di wilayah tersebut.

Namun, hingga kini Selasa (1/1), Ditjen Perhubungan Udara belum mendapat laporan Notam khusus penutupan bandara dari AirNav Indonesia selaku pengatur lalu lintas udara.

Pengalihan dan reroute penerbangan sempat dikeluarkan pihak Airnav Indonesia melalui NOTAM A5440/18 perihal Penutupan dan Reroute akibat sebaran abu vulkanik dari Gunung Anak Krakatau, tetapi hanya beberapa saat saja seiring dengan menurunnya aktivitas gunung tersebut.

Dalam hal koordinasi dan komunikasi penanganan abu vulkanik, Dirjen Perhubungan Udara, Polana B. Pramesti, mengatakan bahwa Direktorat Navigasi Penerbangan telah membangun sistem informasi, yakni I-WISH (Integrated Webbased aeronautical Information System Handling).

Dalam sistem ini, stakeholder menyampaikan informasi yang dikuasai terkait tugas dan fungsi serta kewenangannya dalam hal penanganan abu vulkanik, atau yang lebih dikenal dengan CDM (Collaborative Decision Making).

Polana pun meminta jajarannya untuk intensif memonitor secara berkala sebaran abu vulkanik Gunung Anak Krakatau dan selalu berkoordinasi dengan pihak terkait.

“Operasional di bandara terdekat masih berjalan normal, tapi saya tetap minta untuk memonitor selalu informasi yang disampaikan, baik dari PVMBG, BMKG, maupun dari source lainnya juga aplikasi I-WISH. Selanjutnya, Airnav agar mendistribusikan informasi tersebut melalui NOTAM kepada airlines dan bandara," kata Polana, dikutip dari keterangan tertulis, Rabu (2/1/2019).

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Cuaca di Sekitar Gunung Anak Krakatau Diprediksi Berawan

Penampakan Volume Gunung Anak Krakatau yang Menyusut
Pengamatan Gunung Anak Krakatau dilihat dari Dusun Tiga Regahan Lada, Pulau Sebesi, Lampumg Selatan, Senin (31/12). Pengamatan PVMBG, tinggi gunung dari permukaan air laut hanya tersisa 110 meter. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Sebeumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) terus memantau kondisi di daerah Banten, terutama yang terdampak tsunami Selat Sunda akibat erupsi Gunung Anak Krakatau.

Melalui website www.bmkg.go.id, cuaca di daerah terdampak tsunami Selat Sunda di sekitar Gunung Anak Krakatau yaitu Carita, Pandeglang, dan Serang pada hari ini, Selasa (1/1/2019) berawan. Meskipun, ada pula yang diprediksi hujan.

Daerah Carita, pada siang, malam, hingga dini hari akan mengalami hujan lokal. Kemudian Pandeglang akan berawan sepanjang hari ini. Sementara Serang, pada siang hari hujan ringan, malam cerah berawan, dan dini hari berawan.

BMKG juga menuliskan peringatan dini soal potensi angin kencang yang akan terjadi di seluruh wilayah Banten.

"Peringatan Dini! Waspada potensi angin kencang hampir di seluruh wilayah Banten," tulis BMKG.

Sementara itu, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho mengungkapkan aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau terus turun sejak 28 Desember 2018.

Hal ini, kata Sutopo, berdasarkan rekaman seismograf yang didapat BNPB.

"Rekaman seismograf tanggal 31 Desember 2018 pukul 06.00 hingga 06.00 WIB, tercatat 4 kali gempa (letusan) dengan amplitudo 10 mm hingga 14 mm dan durasi 36 detik hingga 105 detik," kata Sutopo di kantor BNPB, Jakarta, Senin, 31 Desember 2018.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya