Liputan6.com, Jakarta Harga minyak mentah dunia naik hampir 2 persen setelah usulan pembicaraan perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan Cina meredakan beberapa kekhawatiran tentang perlambatan ekonomi global.
Namun kenaikan harga minyak masih dibatasi laporan peningkatan tajam dalam persediaan produk olahan di AS.
Melansir laman Reuters, Sabtu (5/1/2019), harga minyak mentah berjangka Brent LCOc1 naik USD 1,11, atau 1,98 persen, menjadi USD 57,06 per barel. Sementara harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS naik 87 sen menjadi USD 47,96 per barel, atau 1,85 persen.
Advertisement
Baca Juga
Setelah kedua tolok ukur minyak dunia tersebut turun tajam pada tahun lalu, harga kembali membukukan kenaikan pada minggu pertama 2019, meskipun data baru-baru ini menambah kekhawatiran tentang perlambatan ekonomi global. Brent meningkat sekitar 9,3 persen untuk minggu ini, sementara WTI naik sekitar 5,8 persen.
Harga minyak mendapat dukungan dari komentar kementerian perdagangan China, yang mengatakan Beijing akan mengadakan pembicaraan perdagangan dengan AS pada 7-8 Januari. Berita itu membantu meningkatkan sentimen di seluruh aset berisiko termasuk ekuitas AS dan pasar minyak.
Washington dan Beijing telah berada pada tensi perang dagang hampir sepanjang tahun lalu. Kondisi ini mengganggu aliran barang bernilai ratusan miliar dolar dan menghambat pertumbuhan. Sektor jasa China juga memperluas ekspansi, melawan tren data ekonomi yang suram.
"Data China baru-baru ini tidak mengkonfirmasi tren malapetaka dan kesuraman," kata Olivier Jakob, analis minyak di Petromatrix. "Dan Anda mendapat pemotongan OPEC."
Rencana pembicaraan China-A.S meningkatkan saham Asia, Eropa. Keluarnya laporan pekerjaan AS yang kuat juga menambah optimisme pasar yang lebih luas.
Meskipun ada beberapa kekhawatiran dari sisi permintaan, minyak telah menerima dukungan karena pemangkasan pasokan diumumkan oleh koalisi global produsen yang dikenal dengan OPEC +.
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak, Rusia dan non-anggota sepakat pada bulan Desember untuk mengurangi pasokan sebesar 1,2 juta barel per hari (bph) pada tahun 2019. Bagian OPEC dari pemotongan itu adalah 800.000 barel per hari.
Sebuah survei Reuters menemukan jika pasokan OPEC turun 460.000 barel per hari pada bulan Desember.
Fokusnya sekarang adalah pada apakah produsen memberikan pembatasan lebih lanjut pada bulan Januari untuk mengimplementasikan kesepakatan sepenuhnya.
Irak mengatakan pada hari Jumat bahwa negara itu berkomitmen untuk kesepakatan dan akan mempertahankan produksi minyaknya di 4,513 juta barel per hari untuk paruh pertama tahun 2019.
Harga minyak sempat turun setelah data dari Administrasi Informasi Energi AS menunjukkan peningkatan tajam inventaris produk. Ini seiring langkah penyuling menggenjot tingkat kapasitas pemanfaatan USOIRU = ECI menjadi 97,2 persen, tingkat tertinggi pada periode tahun ini.
"Pasokan bensin di musim dingin bisa mendekati level yang memberatkan jika Gulf Coast tetap meningkat pada kecepatan penuh," kata Jim Ritterbusch, Presiden Ritterbusch and Associates, dalam sebuah catatan.
Perusahaan energi AS pada minggu ini, memotong rig minyak untuk pertama kalinya dalam tiga minggu, sehingga jumlahnya berkurang menjadi 877, kata perusahaan jasa energi General Electric Co (GE.N) Baker Hughes.
Beberapa analis memperkirakan penurunan pertama rig ini pada 2019 menjadi indikator produksi masa depan, dalam tiga tahun.