Rhenald Kasali: Unicorn Tarik Uang Asing Masuk ke Indonesia

Unicorn dapat menguntungkan negara karena investasi yang dibuat.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 19 Feb 2019, 18:45 WIB
Diterbitkan 19 Feb 2019, 18:45 WIB
Ilustrasi Startup, Perusahaan Teknologi, Cloud, Komputasi Awan
Ilustrasi Startup, Perusahaan Teknologi, Cloud, Komputasi Awan. Kredit: Freepik

Liputan6.com, Jakarta - Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) Rhenald Kasali membantah pernyataan calon presiden (Capres) nomor urut 2, Prabowo Subianto yang menyebut uang dari unicorn kabur ke luar negeri. Sebaliknya, yang justru masuk ke Indonesia.

"Enggak dong, Duit masuk ke dalam negeri. Orang mereka investasi ke Indonesia," ujar Rhenald Kasali saat berbincang dengan Liputan6.com, Selasa (19/2/2019.

Perihal banyaknya investor asing yang menanamkan modal di startup lokal, Rhenald menjelaskan hal itu akibat paradigma investor generasi lama yang sinis dengan startup. Sementara investor asing lebih berani investasi.

Para investor generasi lama ini harus membuka mata bahwa zaman sudah berganti, ada masanya ketika dunia bisnis dikuasai perusahaan besar. Sekarang, platform digital mulai memimpin.

"Global brand telah berubah menjadi platform bukan lagi korporasi. Era 80-an perusahaan-perusahaan terbesar di dunia itu tambang seperti Exxon, BP, Petrogas. Tahun 2000-an perusahaan tambang batu bara, dan sebagian perusahaan konsumsi massal. Tahun 2015 ke sini penguasa dunia itu namanya platform," tegas Rhenald.

Regulasi khusus

Rhenald menilai pemerintah telah menjalankan peran yang kondusif dengan menjadi mentor yang baik, memberi ruang yang friendly untuk menjadikan industri bagi kaum muda yang berpartisipasi dengan menjadi pioner dalam bidang startup.

"Fintech juga dibuka. Online Business juga diberi ruang. Perkantoran berbagi juga diberi kesempatan. Tapi yang masih perlu adalah pembiayaannya. Juga perlu diwaspadai tekanan-tekanan dari para pelaku usaha lama yang tersaingi," ungkap dia.

Untuk itu, lanjut Rhenald, pemerintah perlu membuat regulasi yang lebih bersahabat agar startup lokal bisa kian berkembang.

"Kita perlu regulasi tentang ekonomi platform, pembiayaan atau investasi inovatif berbasiskan intangibles (harta-harta nontangible), ketentuan mengenai sharing resources atau orkestrasi aset, perkantoran berbagi, pembebasan izin bagi perguruan tinggi untuk membuka program study IT, logistik online, insentif untuk usaha-usaha Big Data dan pembuatan sensor dan lain-lain," papar dia.

 

 

Menkominfo Targetkan 1 Startup Unicorn dan Decacorn Indonesia di 2019

Startup
Ilustrasi Startup (iStockPhoto)

Menteri Komunikasi dan Infomatika (Menkominfo) Rudiantara menargetkan di 2019 setidaknya ada start-up lagi yang menyandang predikat unicorn. Untuk diketahui, saat ini sudah ada empat startup unicorn yang ada di Indonesia, yakni Traveloka, Go-Jek, Bukalapak, dan Tokopedia.

Selain itu, Rudiantara juga menuturkan pihaknya optimistis ada satu startup dengan status decacorn lahir di Indonesia. Status decacorn sendiri ditujukan untuk start-up dengan nilai valuasi di atas US$ 10 miliar.

"Tahun ini, kita harus targetnya tambah satu unicorn dan bonusnya ada satu yang jadi decacorn. Alhamdullilah, nanti juga ada decacorn yang sebentar lagi jadi, tunggu satu lagi ronde pendanaan," tuturnya saat ditemui usai konferensi pers Piala Presiden Esports 2019 di Jakarta, Senin, 28 Januari 2019.

Adapun salah satu kandidat startup yang akan menyandang decacorn adalah Go-Jek. Alasannya, seperti dikutip dari Tech Crunch, dengan pendanaan terbaru dari Google, Tencent, dan JD.Com, valuasi Go-Jek diperkirakan mencapai US$ 9,5 miliar.

"Kehadiran startup unicorn dan decacorn menunjukkan betul-betul Indonesia pusat ekonomi digital di Asia Tenggara," tuturnya menjelaskan. Sementara untuk status unicorn, Rudiantaramemprediksi akan disandang dari startup edukasi atau kesehatan. 

Sebelumnya, Rudiantara menyebut perkembangan ekonomi digital di indonesia sangat pesat. Pada 2018, porsi ekonomi digital terhadap PDB Indonesia diperkirakan mencapai 8,5 persen. Angka ini naik dibandingkan kontribusi tahun 2017 yang saat itu 7,3 persen.

Untuk mendorong terus berkembangnya ekonomi digital ini, Kominfo bersama dengan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) telah mempermudah prosedur lahirnya startup.

"Kita itu tidak menerapka regulasi untuk startup, istilahnya biarkan mereka berkembang dulu baru kita tata. Jangan belum apa-apa udah disuruh ini itu, itu justru akan mempersulit mereka," ujarnya bulan lalu.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya