Mentan Angkat Bicara soal Masih Adanya Impor Pangan

Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman menanggapi pernyataan capres Prabowo Subianto yang mengkritik langkah pemerintah Jokowi-JK soal impor

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 19 Feb 2019, 15:39 WIB
Diterbitkan 19 Feb 2019, 15:39 WIB
(Foto: Liputan6.com/Maulandy R)
Menteri Pertanian Amran Sulaiman (Foto: Liputan6.com/Maulandy R)

Liputan6.com, Pamekasan - Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman menanggapi pernyataan Calon Presiden (Capres) Prabowo Subianto yang mengkritik langkah pemerintah Jokowi-JK lantaran banyak impor sejumlah bahan pangan seperti jagung dan beras.

Dia menuturkan, itu merupakan ungkapan yang keliru, sebab pemerintah kini sudah banyak mengekspor bahan pangan ketimbang mengimpornya. "Kita sudah ekspor kok diceritakannya impor," kata dia di Pamekasan, Jawa Timur, Selasa (19/2/2019).

Meski beberapa waktu lalu pemerintah masih mendatangkan segelintir produk pangan dari luar negeri, ia meneruskan, jumlahnya sudah banyak dikurangi. Sebagai contoh, sebutnya, yakni produksi jagung untuk pakan ternak yang 2018 lalu alokasi impornya telah jauh menipis.

"Ini yang masalah impor khususnya jagung, memang terjadi penurunan drastis seperti disampaikan pak Presiden (Jokowi). Itu berkurang lebih dari 3 juta ton jadi 180 ribu impor di tahun 2018," ungkap dia.

Impor jagung untuk pakan ternak ini, ia melanjutkan, bahkan telah dihentikan untuk di Surabaya dan sekitarnya, dan lebih mengandalkan produksi lokal dari petani jagung di Madura.

"Dulu kita impor jagung dari Argentina dan Amerika (Serikat) masuk ke Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya. Alhamdulillah sekarang kami berterimakasih kepada petani jagung di Madura ini, karena bisa menyuplai Jawa timur ini, khususnya Surabaya," tutur dia. 

"Dan kita impor jagung tidak masuk lagi, jangan cuma impor. Tahun lalu kita ekspor 380 ribu ton ke Filipina dan negara lainnya. Doakan ekspor tahun ini meningkat," dia menambahkan.

Adapun secara target, Amran berharap, jumlah produksi jagung nasional yang bisa diekspor  bisa meningkat pada 2019. "Doakan mudah-mudahan kita bisa ekspor 500 ribu ton," kata dia.

 

Prabowo Heran RI Surplus tapi Impor Beras, Jokowi Beberkan Data

Pasokan Melimpah dan Stok Gudang Penuh, Operasi Pasar Tidak Perlu
Bulog tak perlu melakukan operasi pasar beras. Karena jika stok beras di pasar berlebih, akan beresiko bagi petani.

Sebelumnya, Calon Presiden (Capres) Prabowo Subianto mempertanyakan mengapa di jaman Pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) banyak sekali melakukan impor beras. Kegiatan impor dikatakan tidak mendukung petani dalam negeri.

"Jokowi waktu menjabat presiden bilang tidak akan impor komoditas pangan ternyata 4 tahun menjabat banyak sekali impor pak, ada datanya semua ini. Terus terang saja ini sangat memukul kehidupan para petani kita," ujarnya di Jakarta, Minggu (17/2/2019).

Jokowi membantah jika tidak ada surplus beras. Pemerintah melakukan impor untuk stabilitas pangan dan dapat dikeluarkan di waktu-waktu khusus seperti halnya bencana.

"2014 kita impor 3,5 juta ton jagung, 2018 kita hanya impor 180 ribu ton. Artinya petani jagung kita produksi 3,3 juta ton sehingga impor itu sekarang dipastikan berkurang. Ini tidak mudah seperti membalikan tangan sehari butuh waktu panjang," ujarnya

Dia menambahkan, Indonesia bahkan telah terbukti meningkatkan produksi berasnya sejak tahun 1984.

"Di bidang beras sejak 2014 sampai sekarang impor kita turun dan produksi beras kita tahun 1984 swasembada memang sebanyak 21 juta ton produksi beras. Namun sekarang produksi kita mencapai 33 juta ton. Konsumsi kita itu saat ini 29 juta ton, artinya ada stok atau surplus sebanyak 2,8 juta ton. Kita itu surplus," ujar dia.

"Jadi kenapa kita impor? Ya untuk menjaga ketersediaan stok, stabilitas, harga untuk punya cadangan bencana gagal panen," ia menambahkan.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya