Ini Dia Bahan Bakar B100 Produksi Badan Litbang Kementan

Penggunaan B100 pun lebih murah, ramah lingkungan dan dapat menyejahterakan petani sawit.

oleh Septian Deny diperbarui 21 Feb 2019, 18:29 WIB
Diterbitkan 21 Feb 2019, 18:29 WIB
Bahan bakar B100 hasil produksi Kementerian Pertanian. Dok Kementan
Bahan bakar B100 hasil produksi Kementerian Pertanian. Dok Kementan

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Balai Penelitian Tanaman Industri Penyegar, Badan Litbang Pertanian memproduksi bahan bakar Biodiesel B-100 atau 100 persen Biosolar. Biodiesel B100 adalah satu bahan bakar yang tidak lagi menggunakan minyak berbasis fosil tapi dari yang lebih terbarukan seperti jagung, kelapa sawit atau lainnya.

"Impian Indonesia ciptakan biodisel terwujud, dari CPO (Crude Palm Oil) menjadi B100. Harapan Bapak Presiden, Kementan yang pertama wujudkan. Ini bahan bakar 100 persen CPO. Biofuel yang 100 persen dari CPO, dengan rendemennya 87 persen. Semua tidak ada campuran. B100 ini inovasi dari Badan Litbang Pertanian," ujar Menteri Pertanian Amran Sulaiman dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (21/2/2019).

Dia menjelaskan bahan bakar B100 ini memiliki keunggulan yakni lebih efisien 40 persen dibanding bahan bakar fosil. Faktanya dengan menggunakan bahan bakar fosil sepert solar, 1 liternya hanya dapat menempuh jarak 9,4 kilometer (km). Sedangkan dengan menggunakan B-100 dapat menempuh jarak 13 km per liter.

Selain itu, penggunaan B100 pun lebih murah, ramah lingkungan dan dapat menyejahterakan petani sawit serta dengan menggunakan B100 dapat menghemat devisa.

"Kita punya CPO 38 juta ton. Kita ekspor 34 juta ton. Bisa bayangkan kita bisa menghemat berapa triliun. Ini adalah energi masa depan indonesia," kata dia.

Ke depan, lanjut Amran, B100 ini akan diproduksi untuk digunakan masyarakat umum. Namun demikian, hal ini membutuhkan waktu dan kerja keras dan bersama semua pihak.

"Kita optimalkan CPO. Produksi CPO kita 46 juta per tahun. Kita yang mensuplai dunia. Kita ekspor 34 juta," lanjut dia.

 

 

 

Residu

(Foto:Liputan6.com/Ilyas I)
Peluncuran perluasan penerapan Biodiesel 20 persen (Foto:Liputan6.com/Ilyas I)

Sementara itu, Peneliti Utama Bidang Ekofisiologi Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar Kementan, Dibyo Pranowo mengatakan dari seluruh analisis, hanya satu determinan yang perlu di kaji kembali, yaitu karbon residu yang dihasilkan dari B100 CPO Sawit. Sedangkan 19 determinan lainnya sudah lolos uji.

"Sampai sekarang ini sudah memproduksi hampir 2 ton dengan menggunakan Reaktor Biodiesel ciptaan sendiri. Produksi ini merupakan penyempurnaan parameter dengan metode Dry Oil. Dalam 1 bulan ini, percobaan telah dilakukan dengan pengaplikasian B100 CPO Sawit untuk bahan bakar kendaraan. Kendaraan yang dipergunakan adalah Hilux," jelas dia.

Dia menyebutkan kendaraan Double Cabin yang sudah menempuh jarak 1.600 km menggunakan bahan bakar B100 CPO Sawit. Tidak lama lagi, setelah 2.000 km akan membongkar mesin kendaraan tersebut untuk meneliti karbon residu yang ditimbulkan.

"Ada beberapa bahan Biodisel, misalkan dari kemiri sunan, nyampulung, pongamia, kelapa, kemiri sayur, termasuk dari biji karet," ungkap dia.

Menurut Dibyo, penggunaan CPO sawit merupakan yang terbaik sampai saat ini. Pasalnya, di lihat dari skala jumlah industri sawit yang sudah siap dan juga pasokan yang melimpah.

"Teknologi B100 menjadi teknologi bahan bakar terbaru yang akan menjadi alternatif untuk Indonesia di masa depan. Pemerintah berusaha mendorong hal ini melalui Kementerian Pertanian," tandas dia.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya