Indonesia Masuk 3 Besar Negara yang Warganya Buang Air Besar Sembarangan

Buang air besar sembarangan akan membawa dampak negatif secara jangka panjang.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 15 Mar 2019, 13:49 WIB
Diterbitkan 15 Mar 2019, 13:49 WIB
Minim Tempat MCK, Warga Kramat Pulo Cuci Pakaian di Pinggir Jalan
Warga mencuci pakaian di pinggir jalan kawasan Kramat Pulo, Senen, Jakarta, Kamis (27/12). Meski hanya menggunakan pompai air manual, warga Kramat Pulo mengaku nyaman mencuci di pinggir jalan karena gratis. (Merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadi‎muljono menyatakan, Indonesia menjadi salah satu negara di dunia yang masyarakatnya buang air besar sembarangan.

Basuki mengat‎akan, di dunia ada tiga negara yang masyarakatnya masih membuang air besar sembarangan. Ketiga negara itu adalah Indonesia, Nigeria, dan India. Kondisi ini tentunya menjadi perhatian pemerintah untuk memperbaiki sanitasi masyarakat.

Buang air besar sembarangan yang dimaksud Basuki bukan di sungai atau tempat yang terdapat air, tetapi di halaman rumah ‎dan kotorannya dibuang sembarangan.

"Bukan di sungai, tapi di halaman. Nyusun sewu, mohon maaf. Ada yang buang air di kasih kresek dan dibuang ke pohon dan dimakan burung," kata Basuki, saat menghadiri program ‎Sinergi untuk Rakyat, di Desa Sindangsari, Kabupaten Serang, Banten, Jumat (15/3/2019).

Buang air besar sembarangan akan membawa dampak negatif secara jangka panjang, sebab akan mencemari air dan tanah. Sehingga dikhawatirkan generasi ke depan akan mengalami keterbelakangan.

"Ini bukan untuk kita, tapi untuk anak-anak kita. Khususnya untuk air bersih dan sanitasi. Supaya kita enggak stunting. Kalau di sungai mengalir ya, kalau di halaman itu sembarangan. Itu meresap mengotori air tanah. Kalau sudah dikotori itu tidak bisa dibersihkan," katanya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Modal Utama Kurangi Kemiskinan, Pemda Diminta Fokus Bangun MCK

Minim Tempat MCK, Warga Kramat Pulo Cuci Pakaian di Pinggir Jalan
Warga menggunakan pompa air manual saat mencuci pakaian di pinggir jalan kawasan Kramat Pulo, Senen, Jakarta, Kamis (27/12). Para ibu ini mengaku harus bayar jika ingin buang air di WC umum yang berada di pemukiman. (Merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Sebelumnya, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani menganggap Indonesia menjadi salah satu negara yang tertinggal dalam penyediaan layanan dasar, terutama Mandi, Cuci, Kakus (MCK). Padahal, kata dia, seharusnya masalah pemenuhan kebutuhan dasar tersebut menjadi fokus dan alokasi anggaran utama di masing-masing pemerintah daerah (pemda).

"Indonesia termasuk sangat tertinggal dalam pembangunan MCK. Orang kota itu kebutuhan biasa, tetap tidak terjadi di semua desa, di semua rumah di sana, kita perlu membangun itu," jelas dia di di kantornya, pada Kamis, 2 Maret 2017. 

‎Pemenuhan kebutuhan dasar itu, menurut Sri Mulyani, menjadi modal utama dalam mengurangi angka kemiskinan di Indonesia.

"Kalau keluarga enggak ada MCK atau air bersih, tidak mungkin anaknya sehat. Kalau tidak sehat, tidak mungkin jadi warga yang produktif. Kalau tidak produktif itu tidak hanya menjadi beban keluarga, tapi juga negara," ucap dia.

Pada 2017, dana tranfer ke daerah mencapai Rp 764 triliun, atau meningkat jika dibandingkan 2016 yang sebesar Rp ‎623 triliun. Sri Mulyani berharap anggaran itu bisa dibelanjakan lebih efektif demi pemenuhan kebutuhan dasar di beberapa wilayah Indonesia.

Seiring kenaikan dana transfer daerah tersebut, Sri Mulyani juga meminta manajemen pengelolaan dan perencanaan di daerah untuk terus diperbaiki. Dengan begitu, dana transfer ke daerah bisa kredibel dan efektif dalam mengurangi kemiskinan di daerah.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya