Dunia Tak Ramah Sejak 2018, Indonesia Mampu Bertahan

BI meluncurkan buku laporan perekonomian Indonesia sepanjang 2018. Peluncuran tersebut merupakan tradisi BI setiap tahun.

oleh Liputan6.com diperbarui 27 Mar 2019, 11:45 WIB
Diterbitkan 27 Mar 2019, 11:45 WIB
BI Prediksi Ekonomi RI Tumbuh 5,4 Persen di 2019
Pemandangan gedung bertingkat di kawasan Bundaran HI, Jakarta, Kamis (14/3). Kondisi ekonomi Indonesia dinilai relatif baik dari negara-negara besar lain di Asean. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) meluncurkan buku laporan perekonomian Indonesia sepanjang 2018. Peluncuran tersebut merupakan tradisi BI setiap tahun.

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo mengungkapkan, buku tersebut berisi laporan menyeluruh kondisi perekonomian Indonesia serta dinamika global yang mempengaruhinya.

"Memuat secara menyeluruh, dinamika global maupun domestik, dan respons yang ditempuh BI. Juga memuat prospek dan tantangan ke depan, arah kebijakan BI, dan koordinasi kami dengan OJK dan LPS," kata dia dalam acara peluncuran, di Gedung BI, Jakarta, Rabu (27/3/2019).

Dia mengungkapkan, pada 2018 bukan merupakan tahun yang baik untuk Indonesia. Perekonomian domestik banyak terpengaruh oleh dinamiko global yang penuh ketidakpastian.

"Sejak tahun 2018 dunia tidak ramah, termasuk ke Indonesia, bahkan semakin menjadi-jadi sejak saya jadi Gubernur BI," ujar dia.

Beberapa ketidakramahan tersebut di antaranya adalah The Federal Reserve atau bank sentral Amerika Serikat (AS) yang sangat agresif mengerek suku bunga acuannya, perang dagang antara AS dan China, ekonomi global yang melambat, turunnya harga komoditas serta ketidakpastian keluarnya Inggris dari Eropa (Brexit).

Hal tersebut di atas membuat negara-negara berkembang atau emerging market termasuk Indonesia, mengalami kesulitan. Banyak dana asing yang kabur keluar sehingga memukul nilai tukar mata uang di negara emerging market tak terkecuali rupiah.

Kendati demikian, Indonesia ternyata cukup tangguh menghadapi semua gejolak ekonomi tersebut.

"Kita patut bersyukur, harus bersyukur bahwa kinerja ekonomi Indonesia pada tahun 2018 cukup baik. Stabilitas bisa kita pulihkan, inflasi terkendali, nilai tukar dapat dikendalikan, stabil, bahkan menguat. Stabilitas ekonomi terjaga, mengendalikan defisit transaksi berjalan, stabilitas ketahanan pangan," ujarnya.

Selain itu, pertumbuhan ekonomi pada 2018 juga berada pada rentang yang cukup baik. "Pertumbuhan ekonomi bisa dijaga momentumnya terus meningkat, 5,13 persen di tengah negara lain alami resesi, ini capaian cukup baik. Meski ekspor msh sulit didorong tapi sumber  dalam negeri konsumsi dan investasi bida ditingkatkan," ujar dia.

 

Reporter: Yayu Agustini Rahayu

Sumber: Merdeka.com

BI Perkirakan Nilai Tukar Rupiah Lebih Jinak pada 2019

Nilai Tukar Rupiah Menguat Atas Dolar
Teller menunjukkan uang dolar dan rupiah di penukaran uang di Jakarta, Junat (23/11). Nilai tukar dolar AS terpantau terus melemah terhadap rupiah hingga ke level Rp 14.504. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) memperkirakan volatilitas nilai tukar rupiahterhadap dolar AS pada 2019 tak setinggi 2018. Ini lebih dikarenakan sentimen utama, yaitu The Fed mulai melunak.

Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Nanang Hendarsah menjelaskan, pasalnya, pada Rabu malam waktu setempat 20 Maret 2019, The Fed mempertahankan suku bunga acuan pada 2,25 - 2,5 persen atau median 2,375 persen.

Penetapan suku bunga itu menguatkan ekspetasi pelaku pasar untuk kebijakan yang lebih melunak (dovish). The Fed juga mengubah sinyalemen untuk arah kebijakan suku bunga dalam jangka menengah, yang menyiratkan jumlah kenaikan suku bunga acuan yang lebih rendah dalam dua tahun ke depan.

"Seperti hasil FOMC di tanggal 21 Maret, memberi sinyal semakin jelas bahwa mereka tidak akan menaikkan suku bunga, setidaknya untuk tahun 2019 ini. Artinya, satu faktor global itu sudah jelas akan memberikan dukungan terhadap stabilitas rupiah," ujar Nanang di Yogyakarta, Minggu 24 Maret 2019.

Meski demikian, Nanang menegaskan, Bank Indonesia tidak akan mengendorkan antisipasinya terhadap berbagai potensi gejolak ekonomi global yang mempengaruhi pergerakan rupiah.

Bank Indonesia, saat ini masih mewaspadai dinamika ekonomi global yang bisa memberikan efek rambatan terhadap negara berkembang seperti dari perlambatan pertumbuhan ekonomi di negara maju, yakni Amerika Serikat, China, Jerman, dan Prancis.

"Memang ada faktor lain yang muncul yaitu situasi ekonomi global yang belakangan semakin melemah atau merosot. Tapi berdasarkan beberapa referensi itu akan bangkit di akhir tahun 2019," ujarnya.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya