Liputan6.com, Jakarta - PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) melalui Medco Energi Global PTE Ltd. (Medco Global) menyatakan, telah menyelesaikan akuisisi Ophir Energy plc, terhadap seluruh penawaran tunai yang direkomendasikan dengan nilai £408,4 juta.Â
Presiden Direktur Medco Energi, Hilmi Panigoro mengatakan, aset Ophir akan melengkapi portofolio Medco Energi yang ada. Gabungan bisnis ini menjadikan perseroan sebagai pelaku usaha minyak dan gas regional yang terkemuka di Asia Tenggara.Â
"Keberhasilan perusahaan menyelesaikan akuisisi Ophir, akan menjadikan MedcoEnergi sebagai perusahaan minyak dan gas terkemuka di Asia Tenggara,"kata Hilmi, di Jakarta, Rabu (22/5/2019).
Advertisement
Baca Juga
Hilmi menuturkan, akuisisi Ophir ini akan meningkatkan proforma produksi minyak dan gas bumi perseroan pada 2019 sebesar 29 persen yakni 110 Mboepd, dan gabungan cadangan 2P dan sumber daya 2C naik sebesar 86 persen menjadi 1.439 MMboe.
"Akuisisi ini memperkuat lagi strategi Perseroan yang memperluas kehadiran MedcoEnergi secara selektif," tutur dia.
Untuk diketahui, untuk 2P pada akhir 2018 MedcoEnergi 281,7 MMboe ditambah Ophir 70,1 MMboe sehingga menjadi 351,8 MMboe. Cadangan 2C akhir pada 2018: MedcoEnergi 490,6 MMboe ditambah Ophir 596,6 MMboe sehingga totalnya menjadi 1.087,2 MMboe
"Kami yakin hal ini akan menciptakan nilai bagi semua pemangku kepentingan kami," tandasnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Minati Blok Corridor, Medco Tunggu Lelang Terbuka
Sebelumnya, PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) menunggu lelang terbuka dari pemerintah, untuk ikut lelang sebagai pengelolaan Blok Corridor, setelah kontrak ConocoPhillips mengelola blok tersebut habis pada 2023‎.
Direktur Utama Medco Energi Internasional, Hilmi Panigoro mengatakan, ‎pihaknya sudah menyampaikan minat untuk mengelola Blok Corridor kepada pemerintah. Akan tetapi, untuk mengajukan proposal resmi masih menunggu tender terbuka.
"Kita ajukan proposal resmi hanya kalau tender dibuka. Kalau enggak dibuka ya kita enggak bisa. Kalau menyampaikan minat ya kita menyampaikan minat untuk berkompetisi," kata Hilmi, di Jakarta, Selasa, 2 April 2019.
Hilmi menuturkan, Blok Corridor diperioritaskan untuk operator yang saat ini‎, kemudian PT Pertamina (Persero). Jika keduanya tidak ada yang memenangkan baru akan ditenderkan secara terbuka, dalam kesempatan tersebut Medco akan mengikutinya.
"Saya sudah bilang itu pasti prioritas ke operator existing, setelah itu Pertamina. Kalau misalnya mereka berikan penawaran yang  pemerintah nggak terima lalu pemerintah tenderkan ya mungkin kita ikut," tutur dia.
Blok Corridor yang saat ini dikelola oleh Conoco Philips kontraknya akan berakhir 19 Desember 2023 nanti. Conoco Philips memiliki hak kelola 54 persen  dan menjadi operator. Sedangkan PT Pertamina memiliki hak kelola sebesar 10 persen dan Repsol Energy sebesar 36 persen.
Mengacu data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), selama semester I 2018 produksi gas siap jual (lifting) Blok Corridor mencapai 841 juta kaki kubik per hari (mmscfd), dari target 810 mmscfd. Namun, hingga akhir tahun produksi diprediksi hanya mencapai 798 mmscfd.
Â
Advertisement
Medco Siap Penuhi Target dari Produksi Migas Rimau
Sebelumnya, PT Medco E&P Indonesia (Medco E&P) berkomitmen memenuhi target produksi, setelah ditunjuk kembali menjadi kontraktor Wilayah Kerja (WK) Rimau di Sumatera Selatan selama 20 tahun, Kontrak tetrsebut berlaku efektif dari 2023 sampai 2043.
Direktur Utama Medco E&P Ronald Gunawan mengatakan,‎ Medco E&P akan terus berkomitmen untuk memenuhi target produksi yang ditetapkan pemerintah.
Perusahaan juga telah mampu menahan laju penurunan alamiah sumur-sumur di Wilayah Kerja Rimau melalui berbagai inovasi, dengan tetap mengutamakan keselamatan kerja dan lindung lingkungan.
“Medco E&P berterima kasih atas kepercayaan yang diberikan Pemerintah," kata Ronald, di Kantor Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), Jakarta, Kamis, 14 Februari 2019.
Penunjukan kembali Medco mengelola Blok Rimau oleh pemerintah, membuktikan perusahaan mampu mengelola wilayah kerja Rimau secara optimal sehingga dapat memberikan manfaat bagi Pemerintah.
"Juga industri dan masyarakat untuk pemenuhan energi domestik serta melalui program pemberdayaan masyarakat di sekitar wilayah operasi," ujar Ronald.
Â
Â
Berlaku 20 Tahun
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Djoko Siswanto mengatakan, kontrak bagi hasil WK Rimau ini akan berlaku untuk 20 tahun, efektif sejak 23 April 2023. Dalam mengelola blok migas tersebut, ‎Medco memiliki porsi sebesar 95 persen dan perusahaan Daerah Pertambangan dan Energi sebesar 5 persen.
‎"kontrak bagi hasil gross split wilayah kerja Rimau, dengan kontrak 20 tahun," tuturnya.
‎Djoko mengungkapkan, perkiraan nilai investasi dari pelaksanaan Komitmen Kerja Pasti (KKP) 5 tahun pertama sebesar USD 41,3 juta dan bonus tanda tangan sebesar USD4 juta. Partisipasi Interes yang dimiliki oleh PT Medco E&P Rimau termasuk Partisipasi Interes 5 persen yang akan ditawarkan kepada Badan Usaha Milik Daerah sehingga Partisipasi Interest BUMD menjadi 10 persen.
"Termasuk partisipasi interes yang dimiliki oleh Perusahaan Daerah Pertambangan dan Energi yang merupakan BUMD Sumatera Selatan dengan mengacu pada Permen ESDM No 37 Tahun 2016," tandasnya.
Â
Advertisement