Bos Bulog Ancam Mundur Jika Jaminan Sosial Diambil Alih Mensos

Dirut Perum Bulog mengaku siap mundur dari jabatanya jika program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) daimbil alih Mensos

oleh Bawono Yadika diperbarui 02 Jul 2019, 14:30 WIB
Diterbitkan 02 Jul 2019, 14:30 WIB
Buwas Bahas Anggaran dan Kinerja Bulog Bersama DPR
Dirut Perum Bulog Budi Waseso memberi penjelasan kepada Komisi IV DPR saat rapat kerja di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta (20/6/2019). Rapat membahas RKA Kementerian dan Lembaga Tahun 2020, evaluasi pelaksanaan anggaran triwulan I dan kinerja Bulog selama tahun 2018. (Liputan6.com/JohanTallo)

Liputan6.com, Jakarta Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso mengatakan siap undur diri dari jabatanya jika Menteri Sosial (Mensos) Agus Gumiwang Kartasasmita bisa mengambil alih 100 persen program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT).

Menurut Buwas, saapan Budi Waseso, keberadaan BPNT membuat penyerapan beras oleh Bulog tidak menjadi optimal. Oleh karenanya, Buwas mengaku siap melepas jabatannya.

"Fungsi penstabilan ini siapa sih? Kalau Mensos bisa ambil alih seribu persen BPNT saya hands up dari Bulog, saya undur diri. Nggak usah gaji saya, kan jadi ringan negara ini," tuturnya di Jakarta, Senin (1/7/2019).

Buwas mengatakan, sekarang ini kerapkali Perum Bulog dijadikan alat semata. Maka dari itu, pihaknya siap jika memang harus beralih atau bergerak ke arah komersial.

"Sekarang ini masalahnya Bulog mau dibesarkan apa dikecilkan? Karena kita didukung dengan anggaran. Jadi penerapan ini bukan hanya tugas Bulog, ini tugas negara," kata dia.

"Ancaman buat Perum Bulog kalau ini tidak ada kepastian ada 2,5 juta ton beras yang terancam busuk. Kalau tidak supply BPNT ya sudah gapapa," tambahnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Cegah Busuk, Pemerintah Cari Cara Beras di Gudang Bulog Segera Disalurkan

Pasokan Melimpah dan Stok Gudang Penuh, Operasi Pasar Tidak Perlu
Bulog tak perlu melakukan operasi pasar beras. Karena jika stok beras di pasar berlebih, akan beresiko bagi petani.

Pemerintah Jokowi-JK tengah mencari jalan keluar agar stok beras di gudang Bulog sebanyak 2,3 juta ton dapat disalurkan. Sebab, apabila terus-terusan ditahan di gudang Bulog, kualitas beras akan rusak.

Menteri Sosial Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, pihaknya akan melibatkan Perum Bulog dalam urusan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) yang selama ini tengah dijalankan oleh lingkup kementeriannya. Dengan demikian stok beras yang berada di gudang Bulog dapat tersalurkan dengan cepat.

"Kita cari jalan keluar supaya beras di gudang Bulog itu bisa tersalurkan. Komitmen kita," katanya saat ditemui di Kementerian Perekonomian, Jakarta, Jumat (28/6/2019).

Agus menambahkan pihaknya juga membuka peluang apabila nantinya Bulog mau bekerja sama dengan BPNT untuk penyaluran bantuan sosial. Pihaknya juga memberikan kesempatan bagi Perum Bulog untuk menjadi supplier.

"Iya, secara kualitas dan Bulog sanggup untuk itu. Nanti diutamakan untuk disalurkan dalam BPNT. Tentu dengan kualitas yang memang sudah siap. Sekarang bulog sudah siap kualitasnya bagus," katanya.

Terancam Busuk

Bulog Sumsel Hanya Serap 31 Persen Beras Petani Lokal
Stok beras di gudang Perum Bulog Divre Sumsel Babel (Liputan6.com / Nefri Inge)

Sebelumnya, Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso (Buwas) menyebut bahwa stok beras di gudang Bulog sebanyak 2,3 juta ton terancam busuk jika tidak segera disalurkan. Jumlah tersebut masih akan bertambah, sebab hingga saat ini pihaknya masih melakukan penyerapan beras dari petani, rata-rata per hari mencapai 10.000 ton

"Hari ini stok beras di Bulog 2,3 juta ton. Jadi kita tidak perlu impor, bahkan saya mau ekspor. Siapa yang mau beli, saya kasih. Kalau ada yang mau beli 1 juta ton dan saya punya, saya lepas, dari pada busuk di gudang," ujar Buwas disela menghadiri panen padi hasil kerja sama Bulog, Universitas Sebelas Maret (UNS), Ikatan I dan Bank BNI di lahan milik UNS Solo, Jumat (21/6/2019).

Berdasarkan perhitungannya, sampai bulan Juli hingga Agustus stok bisa mencapai 3 juta ton jika tidak ada penyaluran. Gudang Bulog yang kapasitasnya 2,6 juta ton se Indonesia saat ini sudah ada 2,3 juta ton. Sehingga masih tersisa ruang untuk 63 ribu ton lagi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya