Liputan6.com, Jakarta - Peneliti Insitute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira mengungkapkan ada hal yang lebih penting yang dinanti investor dbanding adanya pertemuan antara Ketum Gerindra Prabowo Subianto dengan Presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi). Hal penting tersebut adalah kepastian nama-nama penghuni baru kabinet Jokowi-Maruf dalam pemerintahannya ke depan.
"Yang lebih penting lagi sebenarnya bukan persoalan Prabowo dan Jokowi ketemu di kereta dan makan di Sate Senayan. Struktur kabinet partai-partai yang terlibat khususnya tim ekonomi ini yang lebih berpengaruh," kata dia saat dihubungi Merdeka.com, Minggu (14/7/2019).
Advertisement
Baca Juga
Dia mengungkapkan saat ini banyak pihak yang menunggu kepastian reshuffle kabinet yang akan dilakukan oleh Mantan Gubernur DKI tersebut. Terlebih saat ini banyak sekali kabar-kabar burung yang beredar mengenai nama calon-calon menteri yang akan direkrut Jokowi dalam periode kedua pemerintahannya.
"Jadi semua menunggu pengumuman Jokowi reshuffle siapa nama-nama yang masuk," ujarnya.
Dia melanjutkan, pelantikan kabinet dilakukan sekitar bulan Oktober atau November tahun ini. Namun pengumuman komposisi kabinet baru akan lebih baik jika dilakukan lebih cepat sebab dapat menjadi kepastian bagi para investor.
"Kalau reshuffle-nya lebih cepat lebih bagus karena ada kejelasan terkait nanti juga kebijakan-kebijakan teknis 5 tahun ke depannya. Jadi ada gambaran bagi investor sektor apa yang mendapatkan prioritas, misalnya apakah infrastrukturnya akan lebih dikurangi, ditahan atau malah akan terus ekspansif infrastruktur, itu yang menjadi concern dari investor," ujarnya.
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Perang Dagang
Kendati demikian, dia juga mengingatkan faktor eksternal masih memegang peranan penting juga terhadap pandangan para investor terhadap kondisi pasar domestik. Seperti diketahui saat ini tengah terjadi perundingan perang dagang antara Amerika Serikat dengan China yang hasilnya tengah dinanti banyak pihak.
"Tapi yang lebih penting lagi adalah pasar juga masih menunggu sinyal dari penurunan suku bunga The Fed nantinya apakah juga direspon dengan penurunan suku bunga dari Bank Indonesia," ujarnya.
Dari dalam negeri selain suku bunga, juga yang menjadi sorotan adalah kondisi neraca perdagangan bulan Juni yang akan segera diumumkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
"Masih banyak yang ditunggu oleh para investor apakah akan terjadi defisit yang melebar karena ini kan puncak lebaran, impor biasanya naik khususnya impor konsumsi, adanya liburan memotong kinerja ekspor juga gitu. Jadi ini juga akan ditunggu apakah akan terjadi adanya defisit atau surplusnya berlanjut. Nah ini yang menjadi sentimen pekan depan," ungkapnya.
Â
Advertisement
Stabilitas Ekonomi
Namun secara keseluruhan, dia optimis pekan depan stabilitas ekonomi RI akan terjaga kuat mulai dari rupiah yang menguat hingga IHSG yang juga akan mulai kembali menguat setelah sempat ditutup dalam kondisi anjlok.
"Rupiah juga kemungkinan akan menguat jadi bisa di bawah 14.000, sementara IHSG yang sebelumnya ditutup turun juga bisa berbalik arah karena ada sentimen positif dari politik yang lebih kondusif," tutupnya.
Reporter: Yayu Agustini Rahayu
Sumber: Merdeka.com