Liputan6.com, Jakarta Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara masih menganggap bahwa gejolak perang dagang atau trade war antara Amerika Serikat (AS) dan China hanya akan bersifat sementara alias temporer.
Dia mengatakan, perang dagang merupakan sebuah agenda politik Negeri Paman Sam. Menurutnya, hal tersebut memang merupakan instrumen yang digelontorkan Presiden AS Donald Trump sebatai motif politik jelang menghadapi masa Pilpres di 2020.
"Jadi menurut saya ini bukan fenomena permanen bagi ekonomi global. Tapi bahwa kemudian ini masih akan ada di 2020 karena Pilpres Amerika baru November 2020, kita harusnya jangan jadi pesimis menganggap ini adalah tren yang permanen," ujar dia di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Selasa (23/7/2019).
Advertisement
Baca Juga
Justru, ia menekankan, Indonesia seharusnya bisa memanfaatkan situasi saat investasi asing yang ke China beralih ke negara lain. Selain itu, negara juga semestinya menangkap diversifikasi dari investasi Tiongkok ke luar China.
"Saat ini memang berhasil menarik investasi masuk sebagai diversifikasi tersebut adalah Vietnam dan Thailand. Tapi Indonesia juga harus bisa menangkap itu," tegas dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Tak Bertahan Lama
Mirza lantas menyimpulkan, perang dagang bukan merupakan suatu tren yang akan bertahan lama. Oleh karenanya, ia mengajak pelaku usaha agar mau berpandangan positif ke depan.
"Saya tidak melihat bahwa trade war adalah suatu tren yang permanen. Bagi saya ini adalah tren yang temporer. Jangan ini membuat kita jadi pesimis," imbuh dia.
Sebab, ia yakin, efek trade war juga tidak akan berpengaruh kepada negara lain, seperti rumor akan adanya perang dagang antara Jepang vs Korea Selatan. "Jepang-Korea (Selatan) juga temporer. Kalau Amerika-China reda, semuanya juga nanti reda," tukasnya.
Advertisement
BI Paparkan Resiko Perang Dagang yang Tak Kunjung Usai
Bank Indonesia (BI) melihat perekonomian global masih dalam kondisi yang sama seperti sebelumnya, yaitu mengalami perlambatan. Hal itu disebabkan oleh berbagai faktor salah satunya ketegangan perang dagang yang tak kunjung menunjukkan tanda akan berakhir.
Gubernur BI, Perry Warjiyo menyebutkan ketegangan hubungan dagang yang berlanjut terus menekan volume perdagangan dunia dan memperlambat pertumbuhan ekonomi global.
"Perekonomian AS diprakirakan tumbuh melambat akibat ekspor yang menurun sebagai dampak ketegangan hubungan dagang, stimulus fiskal yang terbatas, serta keyakinan pelaku ekonomi yang belum kuat," kata dia, di kantornya, Kamis (18/7/2019).
"Pertumbuhan ekonomi kawasan Eropa juga melambat dipengaruhi penurunan kinerja ekspor dan permasalahan struktural terkait aging population, yang kemudian berpengaruh pada permintaan domestik," tambah dia.