Perumnas dan BTN Sinergi Berikan Produk Bunga KPR 4,5 Persen

Perum Perumnas bersama dengan PT Bank Tabungan Negara (Pereero) Tbk bersinergi permudah pembelian rumah dan apartemen nonsubsidi.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 24 Jul 2019, 20:24 WIB
Diterbitkan 24 Jul 2019, 20:24 WIB
20160722-ATM Bank BTN- Tax Amnesty-Jakarta- Angga Yuniar
Nasabah melakukan transaksi di ATM Bank BTN, Jakarta, Jumat (22/7). Bank BTN siap menampung dana repatriasi dari kebijakan penghapusan pajak (tax amnesty) yang mulai diberlakukan pemerintah. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Perum Perumnas bersama dengan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk atau BTN bersinergi dalam mempermudah masyarakat dalam pembelian rumah dan apartemen nonsubsidi.

Program sinergi kedua perusahaan tersebut bernama '45HIAP' ini merupakan program pemberian subsidi bunga KPR/KPA sebesar 4,5 persen fix 1 tahun. Ketentuan ini berlaku bagi konsumen yang melakukan pembelian produk berupa rumah atau apartemen dan melakukan akad kredit pada rentang waktu 18 Juli sampai dengam 30 September 2019.

"Adapun proyek Perumnas yang ikut dalam program ini tersebar di 19 kabupaten/kota di seluruh Indonesia seperti Jabodetabek, Bogor, Semarang, Cilegon, Lampung, Cianjur, Solo dan lain sebagainya dengan jumlah total sekitar 12 ribu unit tersedia, terangnya," kata Direktur Pemasaran Perum Perumnas Anna Kunti Pratiwi dalam keterangannya, Rabu (24/7/2019).

Sementara itu, Direktur Consumer Banking PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Oni Febriarto Rahardjo mengatakan Selain mendapatkan bunga KPR/KPA yang relative murah, BTN juga akan menambahkan beberapa fasilitas seperti  bebas biaya provisi, bebas biaya administrasi, dan proses yang cepat.

"Perumnas dan BTN sudah layaknya saudara di industri properti ini, sehingga kami siap selalu untuk men-support setiap program Perumnas, apalagi dalam menyambut HUT Perumnas ke 45 ini," terangnya.

Hingga 31 Maret 2019 Bank BTN masih mencatat kenaikan penyaluran kredit sebesar 19,57 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dari Rp 202,5 triliun menjadi Rp 242,13 triliun.

Pertumbuhan kredit tersebut bersumber dari lini sektor perumahan dan non-perumahan. Di sektor perumahan, kredit tercatat tumbuh 19,11 persen yoy dari Rp 184,46 triliun pada akhir Maret 2018 menjadi Rp 219,72 triliun di akhir Maret 2019.

Sementara itu, permintaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Subsidi yang masih tinggi menjadi pendorong kuat kenaikan total kredit di segmen ini. Catatan keuangan Bank BTN merekam KPR Subsidi naik 28,87 persen yoy dari Rp79,14 triliun per 31 Maret 2018 menjadi Rp101,99 triliun di periode yang sama tahun ini.

Per triwulan I-2019, KPR Non-Subsidi pun naik sebesar 14,37 persen yoy menjadi Rp79,83 triliun. Dengan capaian tersebut, KPR emiten bersandi saham BBTN ini tumbuh sekitar 22,07 persen yoy menjadi Rp181,83 triliun pada 31 Maret 2019. Rapor hijau tersebut sukses menempatkan Bank BTN sebagai pemimpin pasar di segmen KPR dengan pangsa sebesar 39,35 persen per Desember 2018.

   

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Kepercayaan Investor Tinggi, Obligasi BTN Kelebihan Permintaan

Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara Tbk. (BTN) Maryono
Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara Tbk. (BTN) Maryono (Liputan6.com/Angga Yuniar)

PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) melaporkan, obligasi Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) III tahap II yang telah ditawarkan pada pertengahan Juni lalu meraih minat besar dari para investor dengan nilai penawaran yang masuk sebesar Rp 4,11 triliun.

Perolehan tersebut lebih tinggi dari target indikatif yang diproyeksi akan meraup pendanaan sebesar Rp 3,14 triliun. Tiga seri obligasi PUB III Bank BTN pada tahap kedua ini semua meraih kelebihan permintaan.

"Meskipun kondisi pasar modal masih bergejolak selepas Pemilu Presiden dan kondisi ekonomi global terdampak perang dagang, namun minat dari para investor terhadap obligasi BTN cukup besar karena kinerja kami positif di mata investor," kata Direktur Utama BTN, Maryono lewat keterangan tertulisnya di Jakarta, Kamis (27/6/2019).

Untuk seri A, jumlah pokok yang ditawarkan adalah sebesar Rp 1,756 triliun dengan tingkat bunga tetap sebesar 7,75 persen per tahun. Seri A yang jatuh tempo 8 Juli 2020 tersebut mendapatkan kelebihan permintaan sebesar Rp 256,5 miliar dari proyeksi awal sebesar Rp 1,5 triliun.

Sementara Seri B juga tidak kalah peminatnya, dengan jumlah pokok yang ditawarkan mencapai Rp 1,168 triliun dengan tingkat bunga tetap sebesar 8,75 persen per tahun. Perolehan dari seri B yang jatuh tempo 28 Juni 2022 tersebut lebih banyak dibandingkan target awal yang dipatok yakni sebesar Rp 803 miliar.

Kelebihan permintaan signifikan juga diraih obligasi Seri C dengan tingkat bunga tetap sebesar 9 persen per tahun yang akan jatuh tempo 28 Juni 2024, berhasil meraih permintaan sebesar 1,219 miliar. Jumlah itu lebih tinggi dibandingkan yang tercantum di Informasi Tambahan Ringkas yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia pada 12 Juni lalu, yakni sebanyak Rp 835 miliar.

"Faktor yang membuat obligasi BTN cukup menarik adalah tingkat bunga yang ditawarkan, karena saat ini kecenderungan yield SUN bertenor 1 tahun, 3 tahun dan 5 tahun yang menjadi benchmark obligasi PUB III BTN tahap II ini melandai dalam kurun 1 bulan ini," jelas Maryono.

Pendanaan Jangka Panjang

Sinergi BUMN, BTN Akuisisi Anak Usaha PNM
Dirut PT BTN, Maryono memberi sambutan saat acara penandatanganan perjanjian pembelian saham bersyarat PNMIM dari PNM di Kementerian BUMN, Jakarta, Senin (22/4). Melalui penandatangan tersebut, Bank BTN membeli 33.000 lembar saham PNMIM senilai Rp114,3 miliar milik PNM. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Berdasarkan data dari IBPA, yield dari SUN dengan tenor 1 tahun sebesar 6,46 persen, sementara SUN dengan tenor 3 tahun sebesar 6,88 persen, dan tenor 5 tahun 7,066 persen. Padahal, pada 23 Mei lalu, yield dari SUN dengan tenor 1 tahun tersebut masih di atas 6,5 persen. Sementara yang bertenor 2 dan 3 tahun masing-masing 7,24 persen dan 7,65 persen.

Adapun penerbitan obligasi menjadi bagian dari strategi BTN untuk mengamankan pendanaan jangka panjang untuk penyaluran Kredit Pembiayaan Rumah (KPR) yang menjadi bisnis utama perseroan.

Sebagai informasi, Bank BTN telah merencanakan Obligasi Penawaran Umum Berkelanjutan III sejak Juli 2017 dengan nilai maksimal Rp 10 triliun. Adapun Obligasi PUB III BTN tahap I dicatatkan pada tanggal 14 Juli 2019 dengan nilai sebesar Rp 5 triliun.

Maryono menyampaikan, dengan tingkat bunga yang menarik, banyak Investor yang mengkoleksi obligasi PUB III tahap II. Adapun mayoritas investor yang menggenggam obligasi Bank BTN tersebut merupakan perbankan dan perusahaan asset management.

"Dana hasil penerbitan Obligasi PUB III Bank BTN tahap II ini akan digunakan untuk ekspansi kredit guna mengejar target pertumbuhan bisnis tahun ini," pungkas dia. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya