Liputan6.com, Jakarta PT Pertamina EP Cepu (PEPC), anak usaha PT Pertamina (Persero), berhasil mendapat pendanaan senilai USD1,85 miliar dari konsorsium 12 bank untuk membiayai Proyek Jambaran-Tiung Biru (JTB).
Vice President Corporate Communication Pertamina, Fajriyah Usman mengatakan, kesepakatan pendanaan ini merupakan salah satu yang terbesar di lingkungan anak perusahaan hulu Pertamina.
Dalam transaksi ini, selain MUFG Bank bank komersial di bawah kelompok usaha Mitsubishi UFJ Financial Group, Inc, yang menjadi penasihat keuangan, facility agent, dan lead arranger, terdapat sindikasi yang melibatkan 12 bank, yang tiga di antaranya adalah bank BUMN BRI, Mandiri, dan BNI.
Advertisement
Baca Juga
Fajriyah menambahkan, kesepakatan bisnis itu memiliki struktur pembiayaan hybrid yang unik, yaitu menggabungkan pembiayaan konvensional dan, untuk pertama kalinya, pembiayaan syariah di bawah skema trustee borrowing (pinjaman wali amanat). Tiap bagian (tranche), konvensional dan syariah, memberikan fasilitas pembiayaan proyek dengan dua tenor, yaitu 10 dan 15 tahun.
“Kepercayaan sindikasi 12 bank terhadap Pertamina EP Cepu dalam pengelolaan Proyek JTB menunjukkan kredibilitas PEPC di mata lembaga keuangan internasional. Hal itu dapat menjadi contoh bagi skema pembiayaan proyek lain yang dikelola anak usaha Pertamina,” ujar Fajriyah dalam keterangannya, Sabtu (3/8/2018).
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Progres Proyek
Sementara itu, Direktur Utama PEPC, Jamsaton Nababan mengungkapkan, hingga Semester 1-2019, kemajuan pembangunan proyek Pengembangan Lapangan Gas Unitisasi JTB menunjukkan kinerja yang positif dari aspek konstruksi ataupun pengeboran.
Sebagai informasi, PEPC ditugasi untuk mengawasi pengembangan dan operasi proyek yang telah ditetapkan oleh Pemerintah sebagai Proyek Strategis Nasional, sekaligus termasuk dalam kategori Proyek Prioritas ini.
“Kemajuan konstruksi Gas Processing Facilities (GPF) telah melampaui target di angka 25 persen atau lebih cepat 1 persen dari target 24 persen ,” ujar Jamsaton.
Proyek pengembangan dan pemrosesan gas JTB, lanjut Jamsaton, terdiri dari pengembangan cadangan gas terbukti serta pembangunan dan pengoperasian fasilitas pemrosesan gas dan jaringan pipa di Jawa Timur.
Proyek dengan kapasitas produksi penjualan gas sebesar 192 MMSCFD dan cadangan gas sebesar 2,5 triliun kaki kubik (TCF) ini ditargetkan beroperasi pada 2021.
Proyek JTB akan berperan dalam menegakkan kedaulatan energi nasional, sebab gas yang dihasilkan akan dialirkan melalui pipa transmisi Gresik-Semarang, yang dikelola PT Pertamina Gas (Pertagas), anak perusahaan Pertamina lainnya, untuk menjadi andalan dalam memenuhi permintaan di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Gas akan dipasok ke Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) Tambak Lorok di Jawa Tengah dan PLTGU Jawa-3 di Jawa Timur dan ditargetkan akan membangkitkan listrik sebesar 779 MW, sebagai bagian dari mega proyek pembangkit listrik 35 GW.
“Teknologi yang digunakan dalam Proyek JTB, dirancang guna mendapatkan keandalan operasi dan aspek ramah lingkungan untuk berproduksi selama 25 tahun,” tandasnya.
Advertisement