AS Tertarik Beli Wilayah Denmark, Berapa Harganya?

Presiden Donald Trump mendadak melirik Greenland.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 21 Agu 2019, 20:00 WIB
Diterbitkan 21 Agu 2019, 20:00 WIB
Presiden AS Donald Trump ingin membeli Greenland.
Presiden AS Donald Trump ingin membeli Greenland. Dok: Twitter @realDonaldTrump

Liputan6.com, Nuuk - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali menuai sensasi dengan rencana membeli wilayah Greenland yang punya lokasi strategis. Sang presiden dikabarkan mulai bertanya-tanya mengenai kemungkinan membeli wilayah Kerajaan Denmark itu.

Trump juga sempat memposting foto editan yang menampilkan gedung Trump di wilayah perkampungan Greenland. "Saya berjanji tidak akan melakukan ini ke Greenland," canda Trump.

Sebetulnya, berapa yang harus dibayar AS jika serius membeli Greenland?

Dilansir Business Insider, bila dilihat dari segi aktivitas perekonomian saja, Greenland pada 2016 mencatat memiliki GDP sebesar USD 2,7 miliar atau Rp 38,5 triliun (USD 1 = Rp 14.259).

Sebelum Trump, Presiden Harry Truman sempat menawarkan USD 100 juta dalam bentuk emas ke Denmark untuk  membeli Greenland. Jumlah tawaran Truman itu kini setara USD 1,3 miliar (Rp 18,5 triliun) dan lebih kecil dari GDP Greenland kini.

Sektor ekonomi Greenland berasal dari perikanan, air, es, energi terbarukan, dan pariwisata yang terdiri atas geowisata atau wisata seni. Ada pula sumber daya alam berharga seperti mineral. Meski demikian, pemerintah Greenland menegaskan negaranya tak dijual.

"Greenland tidak dijual, tetapi Greenland terbuka untuk perdagangan dan kooperasi dengan negara-negara lain, termasuk AS," ujar Perdana Menteri Kim Kielsen.

Greenland adalah wilayah Kerajaan Denmark, tetapi mereka memiliki pemerintahan sendiri. Ibu kota Greenland bernama Nuuk. Populasi Greenland hanya sekitar 56 ribu orang dengan mayoritas dari etnis Enuit. Greenland juga terkenal punya suhu sangat dingin meski namanya "green."

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Ingin Bantu Denmark?

Donald Trump dalam safari politiknya di Biloxi, negara bagian Mississippi, pada November 2018 (AFP/Jim Watson)
Donald Trump dalam safari politiknya di Biloxi, negara bagian Mississippi, pada November 2018 (AFP/Jim Watson)

Kabar pembelian Greenland akhirnya berujung dengan pengakuan Trump pada Minggu 18 Agustus 2019 lalu, bahwa pemerintahannya sedang mencari cara untuk dapat membeli Greenland.

Dilansir dari Fox News, Senin, 19 Agustus 2019, Trump juga menanggapi rumor dengan wartawan di luar Marine One, yang mengatakan bahwa Denmark kehilangan banyak uang dengan menahan Greenland di bawah kendalinya.

Presiden AS itu juga menyebutkan bahwa ia menganggap pembelian Greenland itu adalah sebuah kesepakatan real estat yang besar. Greendland itu sangat merugikan Denmark, akibat kehilangan hampir USD 700 juta per tahun karenanya.

"Greenland akan bermanfaat untuk Amerika serikat, kami sekutu besar Denmark, tapi kami membantu Denmark dan melindungi negara itu," ujar Trump.

Trump juga dikabarkan kemungkinan akan mengunjungi Greenland dalam waktu dekat, tapi bukan jadi prioritas utama AS.

"Saya berpikir untuk pergi ke sana (Denmark), namun belum tentu juga. Yang pasti saya akan ke Polandia dan mungkin mengunjungi Denmark, bukan untuk alasan ini (pembelian Greenland), kita bisa lihat nanti," sebut Trump.

Greenland Memiliki Banyak Sumber daya yang Berharga

Greenland, Denmark (Wikimedia Commons)
Greenland, Denmark (Wikimedia Commons)

Pemerintahan Denmark melihat kabar tersebut sebagai tawaran investasi di negaranya, namun mereka menyebutkan bahwa Greenland tidak dijual.

Kepala penasihat dari gedung putih Larry Kudlow juga mengonfirmasi bahwa isu tersebut sedang dipertimbangkan.

"Ini sangat menarik, dan berkembang. Kami masih melihat keadaan, belum tahu pastinya," sebut Larry.

Sebelumnya memang The wall Street Journal memberitakan bahwa Trump berniat membeli Greenland dan berusaha untuk memanfaatkan sumber daya yang melimpah serta untuk kepentingan geopolitik AS.

Larry menambahkan, "Greenland adalah tempat yang strategis, dan mereka memiliki banyak mineral yang berharga."

"Saya tidak mau langsung memberikan asumsi. Saya hanya mengatakan bahwa sang presiden yang memahami beberapa hal mengenai pembelian real estat, ingin mencoba melihat-lihat." Ujar Larry.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya