Liputan6.com, Jakarta Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini M. Soemarno menerima delegasi Pemerintah Laos di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Rabu (28/8/2019).
Kunjungan ini sebagai tindaklanjut dari pertemuan Menteri Rini dengan Perdana Menteri (PM) Republik Demokratik Rakyat Laos Thongloun Sisoulith dan penandatanganan nota kesepahaman kerja sama antara sejumlah BUMN Indonesia dengan Phonsavanh Group di Vientiane, Laos pada 25 Juni 2019 lalu.
Advertisement
Baca Juga
Kunjungan ini juga hasil tindaklanjut dari pertemuan Perdana Menteri Laos dengan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo di Indonesia pada 2017 lalu. Salah satu topik utama pertemuan tersebut yakni membahas mengenai potensi kerjasama kedua negara di bidang bisnis, perdagangan dan investasi.
“Kami sepakat untuk meningkatkan hubungan kerja sama bisnis antara Indonesia dan Laos. Kemarin, kami ke sana melihat potensi kerjasama yang bisa ditingkatkan. Empat proyek akan menjadi fokus kita bersama-sama. Saya pikir kerja sama ini sangat bagus dan harus segera direalisasikan. Saya berharap Indonesia dan Laos akan jadi rekan kerja dalam perdagangan di dunia Internasional,” ujar Menteri Rini di kantornya, Rabu (28/8/2019).
Kerja sama bisnis yang tengah dijajaki BUMN yakni pada bidang pertambangan. PT Pupuk Indonesia (Persero) bersama PT Timah Tbk melakukan kerja sama dengan Petrotrade, entitas dari Phonsavanh Group. PT Timah Tbk dengan Petrotrade menjajaki kerja sama eksplorasi area pertambangan prospektif hingga proses pengolahan.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Demi Temukan Bahan Baku Pupuk
Eksplorasi dari pertambangan yang akan dilakukan tersebut salah satunya bertujuan untuk menemukan sumber baru bahan baku pupuk NPK yaitu KCl (Kalium Klorida). Untuk hal itu, PT Pupuk Indonesia siap andil sebagai offtaker yang akan menyerap bahan baku pupuk tersebut. Adapun PT Bukit Asam Tbk yang tengah penjajakan kerjasama jual beli batubara dengan Petrotrade.
Penjajakan bisnis yang dilakukan ini sejalan dengan rencana PT Pupuk Indonesia (Persero) untuk pengembangan pupuk NPK melalui proyek NPK 2,4 juta ton.
Selama ini, jenis bahan baku KCl memang masih harus diimpor karena tidak dapat diperoleh di Indonesia, bahan baku KCl dari Pupuk Indonesia Grup banyak didatangkan dari negara Eropa Timur, salah satunya Belarusia. Dengan potensi tambang KCl di Laos yang sangat besar, maka harga dan biaya distribusinya akan jauh lebih efisien.
Sejak dilakukannya MoU pada Juni lalu, sejumlah BUMN sepakat untuk melakukan kerja sama, antara lain PT Timah yang akan menggarap potensi tambang di Laos dan di bidang pertanian PT Perkebunan Nusantara bersama PT Pupuk Indonesia juga akan menjalin kerjasama dengan Phaiboun Trading Import and Export.
Advertisement
Sektor Transportasi
Dalam hal transportasi, PT Inka juga akan menjalin kerja sama pembangunan Kereta Indonesia (IDRC) sepanjang 195 kilometer dari Laos hingga kawasan pelabuhan Vietnam. Selain itu, PT Bukit Asam dan Petrotrade juga akan melakukan kerja sama terkait dengan perdagangan Batubara.
Delegasi Pemerintah Laos yang diwakilkan Menteri untuk Kantor Perdana Menteri Laos Alounkeo Kittikhoun dan Wakil Menteri Pekerjaan Umum dan Transportasi Laos Viengsavath Siphandone telah mengunjungi sejumlah pabrik dan site milik BUMN, antara lain PT Petrokimia Gresik di Gresik, PTPN di Mojokerto, PT INKA (Persero) di Madiun, PT Timah di Pangkal Pinang, dan PT Bukit Asam di Lampung.
Menteri untuk Kantor Perdana Menteri Laos Alounkeo Kittikhoun mengatakan kunjungan delegasi ini atas arahan dari pemerintah Laos untuk menarik investasi dari Negara lain, termasuk Indonesia. Menurutnya, pabrik-pabrik BUMN sudah menggunakan teknologi tinggi. Untuk itu, dia yakin empat proyek yang akan dikerjakan memiliki kualitas yang sangat baik.
“Kita juga berkunjung pabrik kereta api. Kami belajar banyak dari proses produksi lokomotif dan kami akui Indonesia sudah menggunakan teknologi tinggi di setiap pabrik yang kami kunjungi. Maka kami ingin mengajak Indonesia kerjasama Business to Business terkait dengan empat proyek di Laos,” kata Kittikhoun.