Tiga Faktor Ini jadi Pendorong Pertumbuhan Bisnis BTN di 2019

Penurunan suku bunga acuan BI jadi salah satu pendorong pertumbuhan bisnis BTN di 2019.

oleh Liputan6.com diperbarui 03 Sep 2019, 19:52 WIB
Diterbitkan 03 Sep 2019, 19:52 WIB
20160722-ATM Bank BTN- Tax Amnesty-Jakarta- Angga Yuniar
Nasabah melakukan transaksi di ATM Bank BTN, Jakarta, Jumat (22/7). Bank BTN siap menampung dana repatriasi dari kebijakan penghapusan pajak (tax amnesty) yang mulai diberlakukan pemerintah. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Tabungan Negara atau BTN (Persero) optimistis dapat mencapai target bisnisnya di sisa empat bulan terakhir di 2019. Setidaknya ada tiga faktor yang menjadi katalis positif bagi bisnis Perseroan ke depan.

Pelaksana Tugas Direktur Utama Bank BTN, Oni Febriarto Raharjo mengatakan salah satu faktor pertama yakni adanya penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia hingga 2 kali menjadi 5,50 persen dan penurunan Giro Wajib Minimum (GWM) Rupiah untuk Bank Umum Konvensional dan Bank Umum Syariah atau Unit Usaha Syariah sebesar 50 bps (0,5 persen).

Sehingga masing-masing menjadi 6,0 persen dan 4,5 persen dengan GWM Rerata masing-masing tetap sebesar 3,0 persen sejak awal Juli lalu.

“Kebijakan memberikan angin segar bagi perbankan di tengah mengetatnya likuiditas yang masih terjadi pada awal semester kedua tahun ini,” kata Oni di Jakarta, Selasa (3/9).

Faktor kedua, lanjut Oni, adalah usainya Pemilu Presiden dan berlanjutnya kepemimpinan Presiden Joko Widodo untuk lima tahun ke depan yang dapat mengkonfirmasi program Nawa Cita akan dipertahankan. Diantaranya Program Sejuta Rumah yang menjadi amanah Bank BTN untuk berkontribusi secara aktif.

“Bank BTN akan tetap menjadi integrator program sejuta rumah, baik sisi supply maupun demand dengan berperan aktif dalam mendidik pengembang baru dan menyalurkan kredit pendukung sektor properti dari hulu hingga hilir,” tegas Oni.

 

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Pembiayaan Perumahan

rumah lelang BTN
Dari sekian bank yang menawarkan rumah lelang sitaannya, bank BTN terbilang yang paling aktif dan banyak diincar para pencari rumah.

Berdasarkan catatan per Juli 2019, Bank BTN telah menyalurkan pembiayaan perumahan untuk Program Sejuta Rumah sebanyak 503.974 unit dengan nilai kredit sebesar Rp 43,64 triliun. Dengan rincian untuk KPR sebanyak 135.893 unit dan dukungan kredit konstruksi belum KPR 368.081 unit.

Khusus untuk segmen subsidi, Bank BTN telah menyalurkan pembiayaan perumahan sebanyak 111.823 unit dalam bentuk KPR dan sebanyak 251.550 unit. “Dengan pencapaian ini Bank BTN telah mencapai 63 persen dari target total tahun ini yang dipatok sebanyak 800.000 unit baik untuk pembiayaan perumahan subsidi maupun non subsidi,” kata Oni.

Di samping itu katalis positif bagi bisnis Perseroan ke depan ditandai dengan penambahan kuota Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP). Di mana BTN sendiri mendapat limpahan kuota sebanyak sekitar 2.467 unit.

Optimisme kredit perseroan akan tumbuh lebih baik diperkuat dengan potensi pencairan KPR Subsidi pada semester II, yang diperkirakan akan mencapai 28.000 unit. Sementara untuk KPR Non Subsidi, potensi bisa terealisasi sekitar 16.000 unit.

“Kami mengapresiasi langkah Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang memberikan kepercayaan kepada Bank BTN menggunakan kuota FLPP untuk mempercepat pencapaian Program Sejuta Rumah,” kata Oni.

Untuk menjemput target 2019, Bank BTN juga telah memperbaiki performa bisnisnya khususnya dalam pencapaian kredit dan Dana Pihak Ketiga. Berdasarkan catatan Perseroan, per Juli 2019 kredit dan pembiayaan bank berkode BBTN ini tumbuh 18,03 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Adapun per Juli 2019, BTN telah menyalurkan kredit sebesar Rp 251,98 triliun lebih tinggi dibandingkan Juli 2018 sebesar Rp 213,50 triliun. Sementara itu, di tengah ketatnya likuiditas, Bank BTN berhasil memperbanyak pundi-pundi DPK. Per Juli 2019, DPK yang terkumpul mencapai Rp 225,91 triliun atau tumbuh 19,95 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp 188,33 triliun.

“Penambahan DPK diraih karena optimalisasi DPK ritel melalui Program 3-4-5 yang merupakan strategi kami untuk menekan biaya bunga, dan melakukan rekomposisi nasabah deposan ritel, alhasil value of account deposan ritel tumbuh Rp 1,5 triliun,” kata Oni.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya