Muak dengan Kelakuan Politikus, Miliarder Taiwan Ini Batal Jadi Capres

Gou berkata urung menjadi capres atas perenungan pribadi, tanpa intervensi pihak mana pun.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 18 Sep 2019, 21:00 WIB
Diterbitkan 18 Sep 2019, 21:00 WIB
Foxconn
Terry Gou, Founder dan Chairman Foxconn. (Bloomberg)

Liputan6.com, Taipei - Miliarder Terry Gou asal Taiwan masuk ke daftar miliarder yang mengurungkan niat untuk jadi capres. Gou mengaku tak tahan dengan kelakuan politikus yang mengejar ambisi lewat kebencian.

"Setelah saya ikut bagian di kampanye, semua yang saya lihat adalah para politikus memantik kebencian, konfrontasi, dan popularisme," demikian pernyatan Gou seperti dikutip Business Insider.

Pernyataan Gou pada Senin malam, 16 September 2019, membuat terkejut kancah politik dan media massa. Pekan lalu, ia diketahui baru saja hengkang dari Partai Kuomintang yang pro-China sehingga menambah spekulasi bahwa Gou serius ingin menjadi Presiden Taiwan.

Sang miliarder diprediksi akan maju lewat jalur independen karena kalah di pemilihan capres Partai Kuomintang. Walikota Kaohsiung, Han Kuo-yu, terpilih menjadi capres partai tersebut.

Gou berkata urung menjadi capres atas perenungan pribadi, tanpa intervensi pihak mana pun. Ia berjanji tetap akan menyuarakan gagasannya demi kepentingan publik dan negara.

Miliarder Terry Gou merupakan bos dari perusahaan elektronik Foxconn, serta orang terkaya di Taiwan. Menurut Forbes kekayaannya kini mencapai USD 6,6 miliar atau Rp 92,9 triliun (USD 1 = Rp 14.079).

Pilpres Taiwan akan diadakan pada 11 Januari 2020. Calon petahana Tsai Ing-wen dari Partai Progresif Demokrat akan melawan Han Kuo-yu.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Miliarder Starbucks Juga Batal Jadi Capres

Howard Schultz
(Foto: business insider)

Miliarder Howard Schultz sekaligus mantan CEO Starbucks menulis surat terbuka bahwa ia membatalkan rencana menjadi calon presiden Amerika Serikat (AS). Keputusan diambil setelah melihat kondisi politik AS yang saat ini kurang menguntungkan capres independen seperti dirinya.

Alasannya, kehadiran capres independen seperti Schultz mengancam bisa memecah dukungan di kalangan partai oposisi. Bila demikian, maka presiden petahana Donald Trump malah bisa kembali terpilih dan Schultz ingin mencegah itu. 

independen karena hal itu ditakutkan berujung pada pemilihan kembali presiden petahana yang membawa bahaya yang tak bisa," ujar Schultz dalam situs resminya howardschultz.com.

Masalah kesehatan juga menjadi alasan sang miliarder mengurungkan rencana sebagai capres. Sejak Juni lalu, ia mengaku menderita sakit di punggung dan harus dioperasi.

Latar belakang Schultz sebagai CEO sukses di Starbucks menjadi modalnya untuk maju sebagai capres. Secara keuangan pun ia sudah aman karena punya kekayaan US 4,6 miliar atau Rp 64,7 triliun (USD 1 = Rp 14.070).

Uang Kampanye Akan Disumbangkan

[Bintang] CEO Kedai Kopi, Howard Schultz, Tumbuh di Pemukiman Orang Miskin
CEO Kedai Kopi, Howard Schultz, Tumbuh di Pemukiman Orang Miskin | via: youtube.com

Uang yang ia siapkan demi menjadi capres pun akan ia sumbangkan ke berbagai pihak, seperti yayasan. Schtulz pun berjanji akan terus berjuang demi masyarakat, meski tak lewat jalur pemerintahan.

"Uang yang saya siapkan untuk kampanye presiden akan saya investasikan ke masyarakat, berbagai organisasi, dan gagasan yang memproomsikan kejujuran, adab, yang menghasilkan hasil di perpolitikan kita," ujar Schultz.

Schultz mengumumkan niatnya sebagai capres pada Januari lalu. Ia mengaku tak senang melihat elit politik di Washington, D.C., yang lebih memilih kepentingan partai ketimbang menyelesaikan masalah.

Ia adalah satu dari empat miliarder yang sempat dikabarkan menjadi capres pada pilpres AS 2020. Tiga lainnya adalah Tom Steyer, Jamie Dimon, dan Michael Bloomberg. Steyer sudah resmi berkampanye, sementara Bloomberg dan Dimon resmi mengumumkan tak akan menjadi capres.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya