Delegasi China Batal Kunjungi Petani AS, Gara-gara Donald Trump?

Pembatalan ini terjadi setelah perwakilan AS dan China membicarakan perdagangan di Washington DC.

oleh Athika Rahma diperbarui 23 Sep 2019, 14:28 WIB
Diterbitkan 23 Sep 2019, 14:28 WIB
Presiden China Tiba di Hong Kong
Presiden Cina Xi Jinping seusai berbicara kepada awak media di Bandara Internasional Hong Kong, Kamis (29/6). Selama sepekan terakhir, Kepolisian Hong Kong sudah melakukan berbagai antisipasi terkait kunjungan Presiden Xi Jinping. (AP Photo/Kin Cheung)

Liputan6.com, Jakarta - Perwakilan dagang China yang dijadwalkan berkunjung ke pertanian di Amerika Serikat (AS) dikabarkan membatalkan rencana mengunjungi lokasi pertanian di Montana, Amerika Serikat (AS). Delegasi China diketahui kembali ke negara asal lebih awal dari agenda yang seharusnya.

Mengutip laman Reuters, Senin (23/09/2019), pembatalan ini terjadi setelah perwakilan AS dan China menggelar pembicaraan perdagangan di Washington DC.

Presiden AS, Donald Trump mengaku ingin menyelesaikan perang dagang dengan negara-negara di Asia, bukan melakukan perjanjian dengan China untuk membeli produk pertanian AS saja.

"Kedutaan Besar China menginformasikan kepada Biro Pertanian Montana bahwa delegasi China pulang lebih awal sehingga kunjungan pada hari Senin (23/09) turut dibatalkan," ujar Nicole Rolf, direktur urusan nasional Biro Pertanian Montana.

Sementara, Kedutaan Besar China sendiri belum berkomentar mengenai hal ini.

Sebelumnya, kedatangan China tersebut diyakini sebagai cara China membentuk itikad baik dengan para petani AS.

Kunjungan delegasi China yang dipimpin Wakil Menteri Pertanian dan Urusan Pedesaan Han Jun telah merencanakan kunjungan ke lahan pertanian Bozeman, Montana, Omaha dan Nebraska.

Kamis kemarin, seharusnya delegasi ini berkunjung ke Montana dan Nebraska. Namun belum jelas, apakah kunjungan ke lahan pertanian yang lainnya akan batal atau tidak.

Nasib Perang Dagang Ada di Tangan Trump

Presiden Amerka Serikat (AS) Donald Trump siap meluncurkan sanksi paling berat terhadap Iran, Senn, 5 November 2018  (AFP).
Presiden Amerka Serikat (AS) Donald Trump siap meluncurkan sanksi paling berat terhadap Iran, Senn, 5 November 2018 (AFP).

Penasihat pemerintah China, Wang Huiyao, menyatakan bahwa perang dagang yang tidak berujung dapat segera berakhir jika Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump memberi keputusan.

China dikatakan telah melakukan berbagai usaha untuk menekan dampak perang dagang, bahkan menghentikannya. termasuk mengeluarkan undang-undang investasi asing baru pada Maret lalu.

"Undang-undang yang baru melarang transfer teknologi secara paksa dari bisnis yang berinvestasi di China untuk meningkatkan perlindungan kekayaan intelektual," ujar Wang dikutip dari CNBC, Senin (09/09/2019).

Dengan begitu, kedudukan perusahaan luar negeri akan sama dengan kedudukan perusahaan domestik. Meski terkesan tidak realistis, namun China benar-benar melakukan itu, demi mengurangi dampak negatif perang dagang untuk para pelaku bisnis.

Respons Trump Terhadap UU Investasi Asing Anyar

Presiden Amerika Serikat Donald Trump (kanan), bersama istrinya Melania Trump (kiri) sesaat sebelum turun dari pesawat kepresidenan Air Force One (AFP/Saul Loeb)
Presiden Amerika Serikat Donald Trump (kanan), bersama istrinya Melania Trump (kiri) sesaat sebelum turun dari pesawat kepresidenan Air Force One (AFP/Saul Loeb)

Tapi, para analis menilai usaha China ini masih belum cukup untuk membuat AS mereda. Malah, Trump sempat marah sebelum UU ini disahkan oleh China.

"Tindakan itu justru melanggar kesepakatan dari negosiasi sebelumnya," kata Trump. Akhirnya, AS malah menaikkan tarif impor barang-barang China.

Geram, China membalas perlakuan AS dengan memberlakukan tarif impor tambahan juga. Melihat situasi ini, para analis pesimis kesepakatan perang dagang bakal dicapai sebelum pemilihan presiden AS di 2020 mendatang.

Namun tetap saja, China masih sangat membuka peluang untuk mengakhiri perang dagang dengan diskusi bersama AS.

"China membuka ekonominya bukan untuk AS, namun untuk China sendiri," ujar Wang.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya