Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution menggelar rapat koordinasi mengenai Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batang. Rapat tersebut dihadiri oleh Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM).
Sekretaris Ditjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Munir Ahmad mengatakan, sejauh ini pembangunan PLTU Batang sudah mencapai 83 persen. Pihaknya terus berupaya agar pengerjaannya bisa rampung sesuai target pada 2020.
Advertisement
Baca Juga
"Pembahasan rapat hanya untuk meyakinkan saja bahwa target berjalan sesuai rencana. Sekarang sudah 83 persen sudah semua pokoknya mesin udah masuk 83 persen itu bukan yang kecil-kecil saja," ujarnya di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Kamis (26/9).
Munir melanjutkan, pembangunan PLTU tersebut akan mampu menyuplai listrik untuk pulau Jawa dan sekitarnya. Selain itu, proyek tersebut juga dalam rangka mewujudkan target pemerintah mencapai target 35.000 megawatt (MW).
"Saya kira tinggal pekerjaan-pekerjaan kecil tadi fotonya dikasih lihat. Tinggal pekerjaan kecil saja. Masalah saya kira, sudah sesuai target lah," paparnya.
Sebelumnya, proyek PLTU Batang 2x1.000 MW memerlukan dana sebesar USD 4,2 miliar. Operator PLTU tersebut adalah PT Bhimasena Power Indonesia (BPI), yaitu perusahaan patungan yang didirikan oleh tiga perusahaan: Electric Power Development Co., Ltd (J-Power), PT Adaro Power, dan Itochu Corporation (Itochu). Adaro Power memili porsi 34 persen dalam proyek tersebut.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
PLTU Batang Bakal Beroperasi pada 2020
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) 2 x 1.000 Mega Watt (MW) di Ujungnegoro, Kabupaten Batang, Jawa Tengah ditargetkan selesai pada Mei 2020.
"Sampai saat ini progress pembangunan sudah mencapai 32 persen. Mudah-mudahan target operasional pada Mei 2020 mendatang bisa tercapai," ucap Sekda Jawa Tengah, Sri Puryono usai peresmian struktur pemasangan kerangka Baja Boiler PLTU 2 x 1.000 MW di Ujungnegoro Kabupaten Batang Selasa, (12/12/2017).
Proyek PLTU 2 x 1.000 MW merupakan proyek nasional untuk ketersediaan energi listrik Jawa dan Bali. Mega proyek ini, kata dia, harus dapat berjalan lancar walaupun dengan berbagai dinamika, namun juga harus fokus pada pemberdayaan masyarakat dan pelestaraian lingkungan sekitarnya. Â
"Proyek tersebut harus terus berjalan untuk ketersediaan listrik Jawa Bali, namun juga harus fokus pada pemberdayaan masyarakat dan pelestarian lingkungan," ia menambahkan.
Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten Batang, kata Sri mendukung pembangunan tersebut sesuai dengan tahapan.
"Kalau 2020 tidak bisa operasional Jawa dan Bali akan defisit listrik, itu bahaya. Untuk itu saya minta semua pihak pembangunan PLTU Kabupaten Batang tetap berjalan dan harus sesuai dengan tahapan–tahapannya tapi aspirasi masyarakat Batang harus di perhatikan," jelas dia.
Adapun untuk aspirasi masyarakat menurut Sri sudah berjalan dan dilakukan oleh PT Bhimasena Power Indonesia (BPI) pelaksana proyek PLTU tersebut. Kendati demikian, juga harus membangun komunikasi yang baik demi kemaslahatan masyarakat.
"Masyarakat di sekitar PLTU perkembangannya luar biasa dan sudah mulai bangkit dan hidup di samping mendapat ganti untung dari PLTU dan jalan tol, karena Batang harus maju, bangkit dan lebih sejahtera dari tahun–tahun sebelumnya," ujar dia.
Advertisement