Liputan6.com, Jakarta Chief Executive Officer Facebook, Mark Zuckerberg yang merupakan orang terkaya kelima di dunia mengaku bahwa seharusnya tidak ada yang berhak memiliki uang begitu banyak.
Ini merupakan respons dia atas pernyataan calon presiden Amerika Serikat, Bernie Sanders, yang menilai jika miliarder seharusnya tidak boleh ada.
Tidak lama kemudian Bernie Sanders mengeluarkan proposal untuk menambahkan pajak bagi miliarder. "Hal tersebut untuk membidik akumulasi kekayaan, bukan hanya pendapatan," ungkap Bernie.
Advertisement
Dengan kekayaan sebesar lebih dari USD 69 miliar atau Rp 975 triliun (1 USD = Rp 14.133), membuat banyak orang menantikan komentarZuckerberg atas pernyataan Bernie Sanders tersebut.
Baca Juga
Tanpa disangka Mark memberikan tanggapan yang sama dengan Bernie Sanders.
"Tidak ada yang pantas mendapatkan uang sebanyak itu. Saya pikir jika Anda melakukan sesuatu yang baik, Anda mendapatkan imbalan, tetapi saya pikir beberapa kekayaan ada yang tidak masuk akal," jelas Mark Zuckerberg seperti melansir dari Bloomberg, Sabtu (5/10/2019)
Reporter: Chrismonica
Saksikan video di bawah ini:
Facebook Didenda Rp 70 Triliun Terkait Skandal Cambridge Analytica
Denda ini merupakan buntut dari skandal Cambridge Analytica yang terjadi tahun lalu. Informasi ini diketahui dari laporan The Wall Street Journal beberapa waktu lalu. Dikutip dari CNBC, denda yang dibebankan pada Facebook disebut-sebut merupakan jumlah denda terbesar yang dibebankan pemerintah AS pada perusahaan teknologi.
Jumlah denda tertinggi sebelumnya terjadi pada 2012. Ketika itu Google diminta membayar denda sebesar USD 22,5 juta atas pelanggaran privasi pengguna.
Laporan ini menyebutkan, apabila denda ini diberlakukan, jumlah itu setidaknya sekitar 9 persen dari pemasukan Facebook pada 2018.
Kendati demikian, pemberian denda ini menuai kritik dari sejumlah senator dan anggota Kongres.
Salah satu anggota Kongres menyebut bahwa denda ini hanya tamparan kecil bagi Facebook. Terlebih, denda itu hanya sebagian kecil dari pendapatan raksasa media sosial itu.
Terlepas dari denda yang diberikan, sejumlah pihak masih mempertanyakan jaminan Facebook terhadap privasi data penggunaannya di masa depan. Sebab, masalah semacam ini bukan pertama kali terjadi di perusahaan tersebut.
Advertisement