Liputan6.com, Jakarta - Lemahnya sumber daya pertanian sebabkan tingkat kesejahteraan petani relatif rendah. Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Umum Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (PERHEPI), Hermanto Siregar.
Ia juga menjelaskan, untuk memperbaiki keadaan tersebut, perlu adanya transformasi pertanian. Sebab, saat ini tenaga kerja pertanian diserap oleh industri, terutama milenial.
"Tenaga kerja sektor pertanian yang turun itu diserap oleh sektor industri," ungkap Hermanto dalam Seminar Nasional Ekonomi Pertanian, Pertanian Masa Depan di Jakarta, Selasa (18/02/12).
Advertisement
Baca Juga
Permasalahan lainnya adalah terkait produktivitas petani. Dimana sebagian besar berasal dari usia tua dan memiliki latar belakang pendidikan yang rendah.
"Produktivitasnya relatif rendah tidak memiliki keterampilan lainnya yang memadai. Seperti untuk pengolahan hasil pertanian hingga menjadi produk yang dapat memberikan nilai tambah," terangnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Gerakan 3 Kali Ekspor Pertanian Ciptakan Jutaan Lapangan Kerja
Upaya Kementerian Pertanian (Kementan) dalam menguatkan aktivitas produksi (on farm) maupun aktivitas pasca produksi (off farm) terus dilakukan dengan berbagai cara. Diantaranya dengan mendorong pengusaha dan eksportir agar melipatgandakan lalu lintas ekspor pertanian menjadi tiga kali lipat.
Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan, Kuntoro Boga Andri mengatakan bahwa upaya tersebut merupakan langkah strategis dan program jangka panjang dalam meningkatkan sisi produksi hingga mencapai 7 persen per tahun.
Upaya ini sekaligus merealisasikan arahan Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo dalam mendorong roda ekonomi nasional.
"Gerakan ini merupakan bagian dari program jangka panjang yang diyakini memiliki dampak besar pada roda ekonomi nasional. Sebab, nantinya akan ada jutaan orang yang terlibat di sektor pertanian," ujar Kuntoro dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (7/2/2020).
Selain itu, lanjut Kuntoro, gerakan tiga kali ekspor atau yang disebut Geratieks akan mempercepat jalanya laju ekspor komoditas pertanian menuju ekosistem pertanian yang modern.
Sebagai informasi, Geratieks adalah gerakan peningkatan ekspor pertanian yang digagas Mentan Syahrul untuk menyatukan kekuatan seluruh pemegang kepentingan pembangunan pertanian dari hulu sampai hilir. Gerakan ini diharapkan mampu meningkatkan ekspor komoditas pertanian dengan cara yang tidak biasa.
"Apalagi didalamnya sudah menggunakan dan memanfaatkan teknologi, inovasi, IT, digitalisasi, riset, jejaring dan kerja sama yang kuat dengan semua pihak," katanya.Â
Advertisement
Ekspor Pertanian
Sementara itu, berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor pertanian Indonesia pada Desember 2019 saja, telah mengalami peningkatan sebesar 24,35 persen. Atau jika diangkakan kedalam bentuk dolar, nilainya mencapai USD 370 juta.
Pada bagian ini, sektor perkebunan menjadi komoditas ekspor yang cukup tinggi dan menjadi andalan ekspor Indonesia, disamping beberapa komoditas horti dan peternakan bernilai tinggi seiring meningkatnya konsumsi dan perubahan gaya hidup masyarakat global.
Beberapa komoditas yang terus menunjukkan peningkatan bebera waktu ini antara lain kelapa sawit, kakao, karet dan kopi. Selanjutnya ada juga komoditas pertenakan, khususnya perunggasan dan sarang burung walet. Untuk produk hortikultura seperti sayur dan buah jugabterus meningkat. Secara umum, kontribusi sektor pertanian dalam eksport non-migasmengalami peningkatan signifikan.
Pada 2018, kontribusi eksport sektor pertanian mencapai 2,11 persen dari total eksport non-migas senilai kurang lebih 500 triliun. Namun pada tahun 2019, angka ini meningkat menjadi 2,34 persen atau setara dengan 550 triliun.
Jika Gratieks dapat berkontribusi penuh pada 2024, maka potensi ekspor Indonesia diperkirakan mencapai Rp. 1,800 triliun. Angka ini sama dengan atau equal 7,5 persen kontribusi sektor pertanian terhadap total eksport non-migas.
"Jika dilihat dari perkembangannya sampai hari ini kami optimistis bukan hanya memenuhi kebutuhan masyrakat Indonesia, tetapi memenuhi kebutuhan pangan Dunia. Terlebih Kementan terus berupaya menjadikan pertanian Indonesia maju, mandiri dan modern," tegasnya.Â