Kerugian Akibat Virus Corona Lebih Besar Dibanding Perang Dagang

Jika pandemi Corona masih akan tetap berlanjut, pertumbuhan ekonomi global hanya mampu tumbuh 1 persen sampai 1,5 persen.

oleh Liputan6.com diperbarui 17 Mar 2020, 12:40 WIB
Diterbitkan 17 Mar 2020, 12:40 WIB
Mengintip Ruang Isolasi Pasien Virus Corona di RSUP Persahabatan
Tim medis saat menangani pasien dalam pengawasan (PDP) virus corona atau COVID-19 di ruang isolasi Gedung Pinere, RSUP Persahabatan, Jakarta Timur, Rabu (4/3/2020). RSUP Persahabatan menangani 31 pasien dalam pemantauan dan pengawasan dari potensi terpapar virus corona. (merdeka.com/Iqbal Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INdef) Tauhid Ahmad, menyebutkan bahwa kerugian ekonomi global akibat pandemi Virus Corona tak ternilai. Bahkan lebih besar jika dibandingkan dengan dampak perang dagang Amerika Serikat dengan China.

"Iya persis, jauh lebih parah dan besar kerugian ekonomi global (virus Corona), dibandingkan perang dagang Amerika dengan China," kata Tauhid saat dihubungi Merdeka.com, Jakarta, Selasa (17/3/2020).

Saat perang dagang terjadi, di berbagai negara di dunia termasuk Indonesia masih mempunyai opsi untuk melakukan kerja sama ekonomi internasional baik dengan kubu Amerika Serikat maupun China. Sehingga perang dagang dianggap hanya menyumbang sekitar 1 persen terhadap kerugian ekonomi global.

Tauhid menilai bahwa tanpa diduga ternyata virus Corona justru membawa dampak yang jauh lebih parah bagi kondisi ekonomi global. Karena penyebaran virus asal China ini sangat cepat hingga antar benua, sehingga menggangu kegiatan ekonomi diberbagai negara.

 


Pertumbuhan Ekonomi 2020

Perjuangan Petugas Medis Korea Selatan Perangi Virus Corona
Petugas medis menyesuaikan kacamatanya saat akan menyemprotkan cairan disinfektan sebagai tindakan pencegahan virus corona (COVID-19) di Seoul, Korea Selatan, Jumat (21/2/2020). Jumlah pasien virus corona di Korea Selatan naik 293 kasus dari pengumuman sebelumnya. (AP Photo/Ahn Young-joon)

Hal ini menurutnya sejalan dengan publikasi riset terbaru oleh McKinsey and Company, yang memprediksi pertumbuhan ekonomi global apda tahun 2020 akan menurun hingga 3 persen. "Dengan catatan negara besar seperti China, Amerika maupun Eropa cepat terbebas dari pandemi virus Corona," imbunya.

Bahkan ia menyebut jika pandemi virus corona masih akan tetap berlanjut, pertumbuhan ekonomi global hanya mampu tumbuh diangka 1 sampai 1,5 persen.

Untuk itu dirinya meminta pemerintah Indonesia lebih meningkatkan koordinasi dengan pemerintah daerah maupun instansi terkait, agar dapat meminimalisir kerugian ekonomi nasional akibat wabah virus asal negeri tirai bambu tersebut.

Reporter: Sulaeman

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya