Kembali Tertekan, Rupiah Tembus 16.550 per Dolar AS

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 15.975 per dolar AS hingga 16.575 per dolar AS.

oleh Septian Deny diperbarui 23 Mar 2020, 10:41 WIB
Diterbitkan 23 Mar 2020, 10:41 WIB
Hari Ini, Rupiah Ditutup Menguat
Pegawai menunjukkan mata uang rupiah di penukaran uang di Jakarta, Rabu (4/3/2020). Rupiah ditutup menguat 170 poin atau 1,19 persen menjadi Rp14.113 per dolar AS dibandingkan posisi hari sebelumnya Rp14.283 per dolar AS. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali tertekan pada perdagangan awal pekan ini. Rupiah melemah dan menembus level 16.550 per dolar AS.

Mengutip Bloomberg, Senin (20/3/2020), rupiah dibuka di angka 15.975 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang berada di angka 15.960 per dolar AS. Pada pukul 10.30 WIB, rupiah terus tertekan sentuh 16.550 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 15.975 per dolar AS hingga 16.575 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 19,36 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) rupiah dipatok di angka 16.608 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan patokan sebelumnya yang ada di angka 16.273 per dolar AS.

"Rupiah kemungkinan bisa tertekan lagi hari ini mengikuti sentimen negatif yang membayangi pergerakan aset berisiko pagi ini seperti indeks saham futures AS, indeks saham Australia, Nikkei (Jepang) dan Kospi (Korea Selatan) yang bergerak negatif serta sebagian mata uang Asia yang melemah terhadap dolar AS," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures dikutip dari Antara, Senin (23/3/2020).

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Prediksi Rupiah Hari Ini

Nilai Tukar Rupiah
Petugas menghitung mata uang rupiah di gerai penukaran mata uang asing PT Ayu Masagung, Jakarta, Kamis (19/3/2020). Nilai tukar Rupiah pada Kamis (19/3) sore ini bergerak melemah menjadi 15.912 per dolar Amerika Serikat, menyentuh level terlemah sejak krisis 1998. (merdeka.com/Imam Buhori)

Menurut Ariston, kekhawatiran terhadap peningkatan penyebaran wabah COVID-19 ditambah dengan stimulus pemerintah AS senilai 1,3-2 triliun dolar AS yang belum mencapai kata sepakat dengan senat AS, menjadi penyebab sentimen negatif tersebut.

WHO sendiri masih terus melaporkan peningkatan kasus penularan wabah COVID-19 di dunia dengan lebih dari 294 ribu positif.

Sementara itu, pasar masih menunggu kabar kesepakatan stimulus pemerintah AS malam ini.

Bila sepakat, lanjut Ariston, bisa membantu memberikan sentimen positif ke pasar keuangan karena stimulus yang besar.

"Pergerakan USD-IDR hari ini masih berpotensi untuk naik mendekati level tertinggi Juni 1998 di Rp 16.850 dengan potensi support di kisaran Rp 15.900," ujar Ariston.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya