Bank Dunia Minta Akses Perdagangan Justru Ditambah saat Pandemi

Bank Dunia mengamati rantai pasok makanan di negara berkembang khususnya di Afrika menjadi isu yang harus didalami.

oleh Athika Rahma diperbarui 19 Apr 2020, 11:00 WIB
Diterbitkan 19 Apr 2020, 11:00 WIB
20161025-Bea-Cukai-Kembangkan-ISRM-untuk-Pangkas-Dwelling-Time-Jakarta-IA
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta.(Liputan6.com/Immaniel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta Presiden Bank Dunia David Malpass menyatakan, negara-negara di seluruh dunia perlu mempertahankan akses perdagangan atau bahkan meningkatkannya di tengah pandemi Corona.

Hal itu bertujuan agar roda ekonomi di masing-masing negara tetap berjalan, terutama dalam rantai pasok bahan-bahan makanan.

"Negara-negara diharapkan untuk mengizinkan penambahan perdagangan agar efek pandemi terhadap ekonomi negara lebih ringan," kata Malpass dalam konferensi pers virtual, sebagaimana ditulis Minggu (19/4/2020).

Lebih lanjut, dirinya juga berharap agar negara-negara tidak meningkatkan proteksi perdagangan terlalu ketat. Adapun saat ini, Bank Dunia mengamati rantai pasok makanan di negara berkembang khususnya di Afrika menjadi isu yang harus didalami.

Di sisi lain, tenaga kerja juga berkurang karena pabrik dan perusahaan tidak beroperasi sementara. Orang-orang, lanjut Malpass, bahkan kesulitan hanya untuk membeli makanan.

"Jadi, kita memang sedang mengalami masalah yang berlipat ganda, baik dari sisi permintaan maupun penawaran," kata Malpass.

Sementara itu, Bank Dunia sendiri memiliki program darurat untuk 100 negara yang rencananya akan diluncurkan akhir April mendatang. Program yang dikhususkan untuk membantu negara melawan pandemi Corona ini telah berjalan di 64 negara.

Adapun nilai yang disiapkan mencapai USD 160 miliar untuk 15 bulan ke depan, mencakup perlindungan ekonomi, sosial dan kesehatan. "Merespon Covid-19, Bank Dunia fokus untuk mengambil tindakan yang cepat dan meluas," kata Malpass.

 

Bank Dunia Minta Kreditur Ringankan Cicilan Utang di Tengah Pandemi

Ilustrasi Bank Dunia
Ilustrasi Bank Dunia (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Bank Dunia mendorong kreditur komersial memberi keringanan utang kepada negara miskin di tengah pandemi Corona. Hal ini dikarenakan negara-negara ini mengalami masa yang berat dalam menangani pandemi ini.

Presiden Bank Dunia David Malpass menyatakan, negara-negara ini akan menjadi prioritas Bank Dunia agar sistem ekonomi mereka bisa bertahan.

"Negara-negara yang termasuk dalam IDA (International Development Association) juga didorong untuk bisa mendapat kredit dengan persyaratan yang sama seperti kreditur komersial," kata Malpass dalam konferensi pers virtual, sebagaimana ditulis Minggu (18/4/2020).

Lebih lanjut, sebelumnya Malpass bersama Kristalina Georgieva, Managing Director International Monetary Fund (IMF) telah berdiskusi secara virtual dan menyepakati keputusan untuk meringankan utang negara miskin, bersama dengan negara-negara G20 dan Paris Club.

Dengan diputuskannya penangguhan utang bagi negara miskin oleh Menteri Keuangan negara G20, maka diharapkan negara miskin dapat fokus meningkatkan jaring pengaman sosial kesehatan mereka sehingga pandemi dapat dikendalikan.

"Saya dan Kristalina sangat senang mengetahui program ini berjalan dengan baik," tutur Malpass.

Bank Dunia sendiri telah mempersiapkan program untuk 100 negara paling terdampak pandemi Corona, dengan prioritas negara di benua Afrika.

Laman Reuters menyebut, Africa masih membutuhkan dana untuk menangani pandemi Corona sebesar USD 44 miliar.

"Kami membantu negara-negara terdampak dengan beberapa cara. Program bagi 100 negara nantinya akan lebih banyak disalurkan ke negara di Afrika," kata Malpass.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya