Liputan6.com, Jakarta Beberapa tahun mendatang akan menjadi tantangan bagi perbankan di seluruh dunia. Kemunduran ekonomi yang berasal dari krisis Covid-19 mendorong perbankan harus menghadapi kondisi tentang kualitas kredit dan langkah memperketat standar pinjaman untuk menahan kredit dengan kinerja tidak baik di sektor-sektor ekonomi yang terpukul keras.
Di sisi lain, suku bunga rendah dan negatif serta inversi kurva imbal hasil, sebagai bagian dari upaya bank sentral untuk mengatasi kejatuhan ekonomi, menghadang profitabilitas bank.
Bahkan sebelum coronavirus muncul, Deloitte meramalkan prospek industri perbankan tahun 2020 akan dipaksa untuk menetapkan prioritas sosial baru dan mengorbankan keuntungan jangka pendek untuk keberlanjutan jangka panjang.
Advertisement
"Skenario pertumbuhan rendah, khususnya, dapat mengakibatkan penurunan drastis dalam kapasitas perbankan, dengan bank yang lebih sedikit dari yang kita miliki saat ini dapat memulihkan biaya ekuitas mereka," menurut laporan yang dikeluarkan pada Desember 2019.
Krisis kesehatan hanya memperburuk situasi perbankan yang sudah bermasalah. "Aliran uang tunai para peminjam akan mendapat tekanan yang meningkat selama paruh kedua tahun 2020 karena penyebaran global dari virus corona secara material memperlambat aktivitas ekonomi," kata Olivier Panis, Kepala Lembaga Keuangan di Moody's Investors Service di Paris.
Panis menambahkan, kabar baiknya adalah bahwa terlepas dari eksposurnya, bank investasi global terbesar tetap memiliki tingkat aset likuid berkualitas tinggi yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan peminjam saat mereka mempercepat tingkat penarikan mereka.
Tidak ada yang terhindar ketika krisis sebesar ini terjadi. Tetapi bagi yang memperlihatkan fundamental kuat memiliki peluang lebih baik untuk melewati masa sulit ini, dalam keadaan yang sehat dan kompetitif.
Berikut deretan perbankan yang dinilai patut memegang prestasi sebagai Best Bank Awards Global Finance, yang dikeluarkan Global Finance Magazine. Perbankan ini dinilai sebagai lembaga keuangan yang paling baik menampilkan kualitasnya.
Editor Global Finance Magazine, menuturkan jika posisi ini berdasarkan masukan dari analis industri, eksekutif perusahaan dan pakar teknologi. Dengan menggunakan entri yang disediakan perbankan dan penyedia lainnya, serta penelitian independen berdasarkan serangkaian faktor objektif dan subyektif.
Penilaian juga didasarkan pada kinerja selama periode dari 1 Januari hingga 31 Desember 2019. Kemudan kriteria akhir meliputi ruang lingkup cakupan global, ukuran staf, layanan pelanggan, manajemen risiko, berbagai produk dan layanan, keterampilan eksekusi, dan penggunaan teknologi yang cerdas.
Pemenangnya adalah bank-bank yang dinilai paling baik melayani kebutuhan khusus korporasi ketika terlibat dalam bisnis global.
"Para pemenang tidak selalu yang terbesar, tetapi yang terbaik, mereka yang memiliki kualitas yang harus dicari perusahaan ketika memilih penyedia," mengutip penjelasan Editor Global Finance Magazine dalam situs resminya, Minggu (17/5/2020):
Berikut Deretan Bank Terbaik di Dunia pada 2020
- Amerika Utara:Â Â Â Â Â Â Â Â Bank of America
- Amerika Latin:Â Â Â Â Â Â Â Â Santander
- Eropa Barat:Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â CaixaBank
- Eropa Tengah dan Timur: Raiffeisen Bank International
- Asia Pasifik :Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â DBS
- Timur Tengah:Â Â Â Â Â Â Â Â Arab Bank
- Afrika:Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Standard Bank
Bank Mandiri Masuk Jajaran Bank Terbaik Dunia 2020
PT Bank Mandiri Tbk masuk dalam jajaran bank terbaik di dunia versi Global Finance World's Best Bank 2020
Bank mandiri berhasil mengalahkan beberapa bank dari Indonesia dan bersanding dengan para bank jawara di wilayah Asia Pasifik, seperti DBS Singapura, SMBC Jepang dan Commonwealth Bank dari Australia.
Dalam sebuah laporan yang dirilis baru-baru ini oleh Global Finance, direktur pelaksana di Moody's Financial Institutions Group di Hong Kong, Graeme Knowd mengatakan bahwa di tengah lingkungan eksternal yang penuh tantangan, bank-bank di Asia-Pasifik membukukan kinerja yang stabil, didukung oleh buffer modal yang besar, biaya kredit yang rendah, pendanaan sebagian besar oleh deposito daripada pasar modal, dan keinginan untuk bertemu tantangan digitalisasi melalui inovasi.Â
"Kami percaya bahwa setelah krisis, sebagian besar bank berperingkat tinggi di Asia akan kembali ke profitabilitas dan terus mendapat peringkat tinggi," katanya.
Melansir dari laman global finance magazine, Sabtu (16/5/2020), Bank Mandiri di Indonesia, yang 60 persennya dimiliki oleh pemerintah, mengesankan dengan kenaikan 10 persen dalam laba bersih dan aset konsolidasi pada tahun 2019 sementara rasio kredit bermasalah (NPL / kredit macet) bruto naik 40 bps (basis poin) menjadi 2,4 persen.
Bank Mandiri juga berhasil menerbitkan global MTN (medium term notes, surat utang jangka menengah) terbesar yang pernah dicapai oleh bank di Indonesia pada tahun lalu, yakni senilai USD 750 juta.
Selain itu, Bank Mandiri juga tengah mengejar percepatan program digitalisasi. Bank Mandiri juga mampu melakukan sinergi dengan anak perusahaan di berbagai bidang seperti perbankan syariah, multifinance, asuransi dan ceruk perbankan.
Advertisement