Liputan6.com, Jakarta - Penggunaan transportasi umum menjadi pilihan bagi kebanyakan pendatang terutama di Jabodetabek. Salah satunya Kereta Rel Listrik (KRL). Namun dalam perkembangannya, Pengamat Transportasi, Djoko Setijowarno menilai tarif KRL perlu disesuaikan, atau dinaikkan.
Djoko mengatakan bahwa subsidi untuk KRL ini mengambil porsi yang besar. Sehingga perlu untuk dilakukan penyesuaian agar subsidi dapat merata untuk moda transportasi yang lain.
"Beberapa tahun yang lalu ada studi dari Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api, itu ada survey bagaimana pemerintah itu pengen mengurangi besarnya subsidi. Subsidi dari KRL itu cukup besar, kalau nggak salah dari Rp 2 triliun, sekitar Rp 1,6 itu diberikan untuk ke KRL. Nah ini kan harus dikurangi," ujar Djoko dalam diskusi virtual, Sabtu (13/6/2020).
Advertisement
Namun demikian, Djoko mengakui bahwa jika dilakukan kenaikan tarif KRl, maka kecenderungan masyarakat untuk menggunakan kendaraan pribadi lebih besar.
Menurut survey yang dipaparkannya, pada hari Sabtu rata-rata pengguna KRL hanya 5 persen penglajo dan 3 persen penglajo di hari Minggu.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Tak Diberikan Subdisi
Sisanya hanya bepergian untuk jalan-jalan di akhir pekan. Untuk itu, Djoko menyarankan agar perjalanan KRL pada akhir pekan tidak diberikan subsidi.
"Kami mengusulkan memang akhir pekan itu tidak dapat diberikan subsidi, jadi tanpa subsidi," kata dia.
"Sehingga untuk mengurangi beban negara dalam memberi subsidi, biar dialihkan pada angkutan umum yang lainnya," sambung Djoko.
Hal ini, kata Djoko, sudah dibicarakan dan diusulkan sekitar 3 tahun yang lalu, namun pihak Istana masih enggan merealisasikannya karena suatu pertimbangan.
"Tapi kan sekarang sudah pilpres, ya nggak apa-apa diusulkan lagi," tandas dia.
Â
Advertisement