Waspada, Indonesia Bakal Kena Imbas Resesi Singapura

Ekonomi Singapura secara resmi mengalami resesi teknis.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 16 Jul 2020, 08:00 WIB
Diterbitkan 16 Jul 2020, 08:00 WIB
Resesi Singapura
Resesi Singapura

Liputan6.com, Jakarta - Ekonomi Singapura secara resmi mengalami resesi teknis. Pada kuartal ke-2 tahun 2020, ekonomi negara tetangga Indonesia tersebut minus hingga 41,2 persen akibat terhantam pandemi Covid-19.

Pada Januari hingga Maret, PDB Singapura terkontraksi 3,3 persen dibanding kuartal sebelumnya. Dibandingkan tahun sebelumnya, PDB Singapura anjlok 12,6 persen pada kuartal ke-2. Angka itu juga lebih parah dari proyeksi analis sebesar 10,5 persen.

Staf Khusus Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Umar Juoro menyebutkan bahwa Indonesia akan terimbas atas resesi Singapura ini. Pasalnya, Singapura merupakan salah satu mitra dagang dan investor utama di Indonesia.

“Pengaruhnya terhadap Indonesia tentu besar karena Singapura adalah salah satu rekan dagang dan investor utama di Indonesia. Singapura juga ketat mempersyaratkan kerjasama dg negara lain yang menerapkan standar tertentu dalam penanganan Covid,” bebernya kepada Liputan6.com, Kamis (16/7/2020).

Sementara itu, puncak corona virus disease 2019 atau Covid-19 di Indonesia diprediksi terjadi pada Agustus atau September 2020. Umar menilai, jika puncak pandemi terjadi pada kurun waktu tersebut, maka kemungkinan Indonesia mengalami resesi menjadi semakin besar.

“Jika puncak pandemi pada September, maka kemungkinan Indonesia mengalami resesi menjadi semakin besar karena kegiatan ekonomi terutama konsumsi dan investasi sangat terganggu,” kata dia.

Namun demikian, Umar menyebutkan bahwa kemungkinan resesi di Indonesia lebih dangkal. Sebab, berbeda Singapura yang bergantung besar pada ekonomi dunia, ekonomi Indonesia didominasi dari ekonomi domestik.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Meski di Ambang Resesi, Ekonomi Indonesia Tak Seburuk Singapura

THUMBNAIL RESESI
THUMBNAIL RESESI

Pemerintah Singapura resmi mengumumkan bahwa ekonomi negaranya mengalami resesi teknis. Pada kuartal ke-2 tahun 2020, ekonomi negara tetangga Indonesia tersebut minus hingga 41,2 persen akibat terhantam pandemi Covid-19.

Menanggapi hal tersebut, ekonom sekaligus Direktur Riset Core Indonesia Piter Abdullah mengatakan, Indonesia juga berada di ambang resesi.

Namun, ia menilai kontraksi ekonomi Indonesia tidak akan seburuk Singapura, karena Indonesia tidak bergantung pada ekspor seperti Singapura.

“Kita kan tidak bergantung kepada ekspor, jadi di tengah wabah sekarang ini kontraksi ekonomi tidak akan seburuk Singapura. Kuartal II kita perkirakan antara minus 4-5 persen, kuartal III minus 2-3 persen,” kata Piter kepada Liputan6.com, Rabu (15/7/2020).

Menurut dia, kontraksi ekonomi atau resesi selama wabah sebenarnya merupakan kewajaran, yang terjadi hampir di semua negara. Terutama negara-negara yang sangat bergantung kepada ekspor seperti Singapura, karena perlambatan ekonomi dunia langsung berdampak ke perekonomian mereka.

Ia juga tak memungkiri, kalau Indonesia diperkirakan tidak terelakkan mengalami resesi pada tahun 2020 ini. Kontraksi ekonomi akan terjadi pada kuartal II dan III yang telah disebutkannya.

Bahkan ia memperkirakan kontraksi ekonomi bisa berlanjut ke kuartal IV (empat). Selama wabah masih berlangsung kontraksi ekonomi sulit dielakkan. 

Struktur Ekonomi Indonesia

Target Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2018
Pemandangan deretan gedung-gedung pencakar langit di Jakarta, Jumat (29/9). Pemerintah melalui Menteri Keuangan Sri Mulyani meyakinkan target pertumbuhan ekonomi tahun 2018 sebesar 5,4 persen tetap realistis. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Namun, kata Piter, struktur ekonomi Indonesia tidak seperti Singapura. Karena Indonesia tidak bergantung kepada ekspor, melainkan perekonomian Indonesia lebih bergantung kepada konsumsi rumah tangga.

“Sementara selama wabah ini konsumsi, walaupun mengalami penurunan tetapi tidak terlalu besar. karena konsumsi khususnya barang primer masih tetap ada. Sehingga perekonomian walaupun terkontraksi tidak akan sangat dalam seperti Singapura,” ujarnya.

Kendati begitu, ketika ditanya lebih lanjut dampaknya kepada Indonesia dari resesi Singapura, secara Indonesia banyak melakukan ekspor-impor dengan Singapura, ia menjawab tidak terlalu berdampak. Melainkan dampak utamanya karena resesi ekonomi global.

“Sekarang ini semua negara di ambang resesi, utamanya karena wabah. Kita juga di ambang resesi akibat jatuhnya konsumsi dan investasi, juga akibat resesi ekonomi global. Jadi bukan hanya karena Singapura resesi,” pungkasnya.    

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya