Rupiah Menguat ke 14.565 per Dolar AS, di Tengah Pandemi yang Belum Membaik

Sentimen akan aset berisiko diperkirakan bisa membantu penguatan rupiah hari ini di tengah kondisi pandemi yang belum membaik.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 04 Agu 2020, 10:30 WIB
Diterbitkan 04 Agu 2020, 10:30 WIB
FOTO: Bank Indonesia Yakin Rupiah Terus Menguat
Teller menghitung mata uang Rupiah di Jakarta, Kamis (16/7/2020). Rupiah secara point to point pada triwulan II 2020 mengalami apresiasi 14,42 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada pembukaan perdagangan Selasa ini. Investor kembali mengoleksi aset-Aset berisiko. 

Mengutip Bloomberg, Selasa (4/8/2020), rupiah dibuka di angka 14.565 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.630 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.565 per dolar AS hingga 14.672 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah masih melemah 5,82 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referesi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.697 per dolar AS. Menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.713 per dolar AS.

Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa pagi menguat dipicu perbaikan data ekonomi sejumlah negara.

Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan, pagi ini sentimen aset berisiko terlihat membaik.

"Data-data indeks aktivitas manufaktur beberapa negara yang disurvei Markit seperti Jepang, China, Jerman, Perancis, Italia, Spanyol, Inggris, Zona Euro, AS, termasuk Indonesia, dirilis lebih bagus dari prediksi yang mengindikasikan pemulihan," ujar Ariston dikutip dari Antara.

Menurut Ariston, sentimen tersebut mungkin bisa membantu penguatan rupiah hari ini di tengah kondisi pandemi yang belum membaik.

Ariston memperkirakan rupiah berpotensi bergerak di kisaran 14.550 per dolar AS hingga 14.700 per dolar AS.

Saksikan video pilihan berikut ini:

BI Sebut Nilai Tukar Rupiah dan Inflasi Masih Terkendali

FOTO: Bank Indonesia Yakin Rupiah Terus Menguat
Tumpukan mata uang Rupiah, Jakarta, Kamis (16/7/2020). Bank Indonesia mencatat nilai tukar Rupiah tetap terkendali sesuai dengan fundamental. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, seiring dengan kondisi perekonomian Indonesia khususnya sebagai dampak penyebaran COVID-19, Bank Indonesia menyampaikan perkembangan indikator stabilitas nilai Rupiah secara periodik. Indikator dimaksud adalah nilai tukar dan inflasi yang masih terkendali.

Pada akhir hari Kamis, 23 Juli 2020, Rupiah ditutup pada level Rp 14.550 per dolar AS. Kemudian Yield SBN (Surat Berharga Negara) 10 tahun turun ke level 6,86 persen. DXY[1] tercatat melemah ke level 94,69serta yield UST (US Treasury) Note[2] 10 tahun turun ke level 0,577 persen.

Sementara pada pagi hari tadi, Jumat (24/7/2020), Rupiah dibuka pada level Rp 14.500 per dolar AS. Kemudian Yield SBN 10 tahun turun di 6,83 persen.

Adapun aliran Modal Asing pada minggu ke-4 Juli 2020, BI mencatat Premi CDS (Credit Default Swaps)[3] Indonesia 5 tahun turun ke 112,9 bps per 23 Juli 2020 dari 124,7 bps per 17 Juli 2020.

“Berdasarkan data transaksi 20-23 Juli 2020, non residen di pasar keuangan domestik beli neto Rp 5,17 triliun, dengan beli neto di pasar SBN sebesar Rp 5,40 triliun dan jual neto di pasar saham sebesar Rp 0,23 triliun,” papar Kepala Departemen Komunikasi BI, Onny Widjanarko dalam keterangan resmi.

“Berdasarkan data setelmen selama 2020 (ytd), non residen di pasar keuangan domestik jual neto Rp 143,77 triliun,” sambung dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya