Rizal Ramli: Andai Saya Jadi Presiden, Krisis Covid-19 Beres dalam Setahun

Rizal Ramli, menjanjikan bisa mengatasi persoalan krisis akibat pandemi Covid-19 dalam kurun waktu satu tahun jika dirinya berada di posisi presiden

oleh Liputan6.com diperbarui 21 Agu 2020, 16:45 WIB
Diterbitkan 21 Agu 2020, 16:45 WIB
Rizal Ramli
Ekonom senior Rizal Ramli menyampaikan kritikan kepada Capres Nomor Urut 01 mengenai pidatonya kemarin di Tebet, Jakarta, Senin (25/2). Rizal menyebut pidato Jokowi kurang jujur karena tak mengakui kegagalan pemerintahannya. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Ekonom Senior, Rizal Ramli, menjanjikan bisa mengatasi persoalan krisis akibat pandemi Covid-19 dalam kurun waktu satu tahun jika dirinya berada di posisi Presiden. Bahkan, dirinya rela dihukum, jika persoalan krisis tidak bisa teratasi di bawah kendali kepemimpinannya.

"Satu tahun saya pimpin Indonesia beres kita keluar dari krisis. Gini aja deh. Ada enggak yang berani kasih jaminan kalau satu tahun enggak beres dihukum, saya berani," kata dia dalam sebuah diskusi di Jakarta, Jumat (21/8/2020).

Rizal Ramli yakin, dalam waktu singkat bisa mengatasi persoalan krisis dan kembali memulihkan ekonomi Indonesia. Apalagi, dirinya sempat memiliki kinerja bagus pada saat menjabat sebagai menteri di zaman kepemimpinan Gusdur.

"Dulu zama Gusdur saya masuk kan minus 3 persen 21 bulan kita naikin 4,5 persen. Gaji pegawai negeri naiknya 2 kali. Ekspor kita naikin dua kali. Lapangan pekerjaan kita ciptakan 5 juta 1 tahun," kata dia.

Dia menyampaikan, dua tahun kepemimpinan Gusdur berhasil menciptakan 10 juta lapangan pekerjaan dan menjadikan tertinggi pertama. Namun era Jokowi hanya mampu 600 ribu per tahun saja.

"Kita pimpin Indonesia, kita benahin Indonesia dan InsyaAllah akan terjadi. Kalau enggak hukum Rizal Ramli hukum tembak aja sekalian," kata dia.

Dwi Aditya Putra

Merdeka.com

** Saksikan "Berani Berubah" di Liputan6 Pagi SCTV setiap Senin pukul 05.30 WIB, mulai 10 Agustus 2020

Rizal Ramli Kritisi Utang Pemerintah

Ekspresi Rizal Ramli Saat Penuhi Panggilan KPK
Mantan Menko Ekuin sekaligus Ketua KKSK periode 2000-2001, Rizal Ramli tersenyum saat tiba memenuhi panggilan penyidik di Gedung KPK, Jakarta, Jumat(11/07/2019). Rizal Ramli diperiksa sebagai saksi terkait dugaan korupsi penerbitan SKL Bantuan Likuiditas Bank Indonesia ( BLBI). (merdeka.com/Dwi Na

Ekonom Senior, Rizal Ramli, kembali mengkritisi utang pemerintah. Dia menilai, beban utang yang ditopang pemerintah Indonesia saat ini akan berdampak signifikan pada kemerosotan ekonomi.

Seperti diketahui, berdasarkan data Februari 2020 Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia mencapai USD 407,5 miliar atau sekitar Rp 6.316 triliun dengan asumsi kurs 15.500 per dolar AS.

Utang itu terdiri dari sektor publik (pemerintah dan bank sentral) sebesar USD 203,3 miliar dan ULN sektor swasta (termasuk BUMN) sebesar USD 204,2 miliar.

"Jadi banyak yang enggak paham soal utang berdampak pada ekonomi semakin mereosot," jelas Rizal Ramli dalam sebuah diskusi di Jakarta, Jumat (21/8/2020).

Dia mengatakan, apalagi setiap pemerintah mengeluarkan Surat Utang Negara (SUN) maka 30 persen dana di lembaga keuangan atau orang-orang kaya secara otomatis akan pindah buat beli SUN, karena dijamin 100 persen oleh negara.

"Jadi enggak aneh setiap pemrintah terbitkan SUN bank lembaga keuangan orang kaya berbondong-bondong beli SUN tapi akibatnya pertambahan kredit di masyarakat anjlok. Itu yang jelaskan kenapa pada 2013 pertumbuuhan kredit hanya 6 persen biasanya kalau ekonomi normal tumbuh 6 persen itu tumbuh kredit minimal 14-18 persen," jelas Rizal Ramli.

Sampai dengan semester 1 2020, pertumbuhan kredit tercatat hanya mencapai 3,8 persen saja. Itu terjadi karena semakin pemerintah beli surat utang, maka uang larinya akan ke bond.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya