Harga Minyak Stabil, Menanti Kepastian Pemulihan Ekonomi Dunia

Harga Minyak stabil pada penutupan perdagangan Kamis.

oleh Tira Santia diperbarui 25 Sep 2020, 08:30 WIB
Diterbitkan 25 Sep 2020, 08:30 WIB
Harga Minyak Jatuh Gara-gara Yunani
Harga minyak mentah acuan AS turun 7,7 persen menjadi US$ 52,53 per barel dipicu sentimen krisis penyelesaian utang Yunani.

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak stabil pada hari Kamis. Hal ini karena dampak bullish dari penurunan persediaan AS diimbangi oleh dolar yang lebih kuat dan gelombang baru kasus virus corona di Eropa yang menyebabkan beberapa negara memberlakukan kembali pembatasan perjalanan.

Dikutip dari CNBC, Jumat (25/9/2020), harga minyak mentah berjangka Brent naik 8 sen, atau 0,2 persen menjadi USD 41,85 per barel. Minyak mentah West Texas Intermediate ditutup 38 sen, atau 0,95 persen, lebih tinggi pada USD 40,31 per barel.

Kedua benchmark diperdagangkan lebih rendah di awal sesi.

Pada hari Rabu, harga minyak sedikit naik setelah data pemerintah menunjukkan persediaan minyak AS turun minggu lalu.

Stok minyak mentah turun 1,6 juta barel, bensin sebesar 4 juta barel, dan stok mencatat penurunan mengejutkan 3,4 juta barel.

Namun, permintaan bahan bakar di AS melemah karena pandemi membatasi perjalanan. Rata-rata empat minggu permintaan bensin adalah 8,5 juta barel per hari (bph) pekan lalu, data pemerintah menunjukkan, turun 9 persen dari tahun sebelumnya.

"Latar belakang ekonomi dan minyak saat ini sama sekali tidak menggembirakan dan ini membatasi upaya reli," kata Tamas Varga dari pialang minyak PVM.

Kekhawatiran atas permintaan dan prospek ekonomi akibat kebangkitan virus corona telah mendorong reli dolar karena investor beralih ke aset yang lebih aman, menambah tekanan pada harga minyak. Dolar yang lebih kuat membuat minyak kurang menarik bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain.

 

Pembatasan di Eropa

Ilustrasi Harga Minyak Naik
Ilustrasi Harga Minyak Naik (Liputan6.com/Sangaji)

Harga juga dibatasi oleh data yang menunjukkan penurunan aktivitas bisnis AS pada bulan September. Kebuntuan di Kongres AS atas lebih banyak stimulus fiskal, dan pejabat Federal Reserve AS menandai kekhawatiran tentang pemulihan yang terhenti.

Di Eropa, Inggris, Jerman, dan Prancis memberlakukan pembatasan baru untuk membendung penyebaran virus corona baru. Semua memengaruhi permintaan bahan bakar.

Di sisi penawaran, pasar tetap waspada terhadap dimulainya kembali ekspor dari Libya, meskipun tidak jelas seberapa cepat hal itu dapat meningkatkan volume.

Sebuah kapal tanker minyak sedang memuat kargo minyak mentah pada hari Kamis dari salah satu dari tiga terminal Libya yang baru-baru ini dibuka kembali, dengan lebih banyak pemuatan diperkirakan terjadi dalam beberapa hari mendatang.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya