Berpacu dengan Resesi, RI Harus Gerak Cepat Tangkap Peluang Investasi

Dibutuhkan energi yang besar untuk mengembalikan pertumbuhan ekonomi ke kisaran 5 persen.

oleh Liputan6.com diperbarui 05 Okt 2020, 18:00 WIB
Diterbitkan 05 Okt 2020, 18:00 WIB
Pengertian Resesi
Ilustrasi Grafik Resesi Ekonomi Credit: pexels.com/energepic.com

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Eksekutif Indef (Institute for Development of Economics and Finance) Tauhid Ahmad menilai, dibutuhkan energi yang besar untuk mengembalikan pertumbuhan ekonomi ke kisaran 5 persen. Jika vaksin COVID-19 belum ada dan belum didistribusikan secara merata, Tauhid menilai target pertumbuhan ekonomi sebesar 5 persen pada tahun depan terbilang berat.

Saat ini saja, kata dia, ekonomi belum menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Hal itu terlihat dari IHK (indeks harga konsumen) yang belakangan mengalami deflasi yang menandakan lemahnya permintaan.

Jika konsumsi masyarakat pada tahun depan masih lemah, maka sulit bagi Indonesia untuk mengakselerasi ekonomi tumbuh 5 persen. Maklum, selama ini konsumsi masyarakat menjadi penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomi. Di sisi lain, ekspor impor juga sulit diharapkan untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi karena kondisi ekonomi global yang masih suram.

"Investasi sebetulnya bisa dijadikan penopang pertumbuhan ekonomi," ungkap dia di Jakarta, Senin (5/10/2020).

Sebab, di tengah situasi seperti saat ini, banyak perusahaan yang memutuskan untuk tidak lagi menggantungkan sumber produksi di Tiongkok dan berencana merelokasi investasinya.

Masalahnya, dampak investasi, khususnya penanaman modal asing, ke pertumbuhan ekonomi tidak bisa langsung. Selain itu, investor saat ini juga tengah wait and see dan mencari negara yang paling aman untuk menjadi basis produksi manufaktur.

Itu sebabnya, pemerintah perlu mempercepat realisasi investasi mengingat berapapun besarannya sangat berdampak pada pergerakan ekonomi dalam negeri. Untuk itu pemerintah harus berani menjemput bola dengan memberikan berbagai insentif yang menarik serta berbagai fasilitas dan kemudahan bagi calon investor.

Menurut Tauhid, Pemerintah juga harus siap menyediakan insentif maupun fasilitas lainnya sesuai permintaan investor. Sehingga pemberian fasilitas maupun insentif berdasarkan kasus masing-masing alias case by case. Di samping itu pemerintah perlu melakukan pendekatan terhadap produsen-produsen global.

"Tanya apa yang mereka minta dan siapkan permintaan mereka," ungkap Tauhid.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Optimisme Sri Mulyani

Sri Mulyani Mencatat, Defisit APBN pada Januari 2019 Capai Rp 45,8 T
Menteri Keuangan Sri Mulyani saat konferensi pers APBN KiTa Edisi Feb 2019 di Jakarta, Rabu (20/2). Realisasi defisit APBN pada Januari lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu mencapai Rp37,7 triliun. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan optimismenya terhadap pertumbuhan ekonomi dalam negeri.

Dalam acara launching Pengembangan Potensi Santripreneur Berbasis UMKM (usaha mikro kecil dan menengah) Sawit sebagai Program Pemberdayaan Ekonomi Daerah secara virtual, Kamis (1/1/2020), Sri Mulyani mengutarakan keyakinannya terhadap ekonomi hingga akhir 2020.

"Kalau kita lihat pada kuartal kedua perekonomian mengalami kontraksi 5,3 persen. Kita sudah mulai menunjukkan pemulihan pada kuartal ketiga dan kita berharap pemulihan ini dapat kita jaga. Sehingga Indonesia bisa melewati zona kontraksi dan sekaligus melewati dan menangani COVID-19 itu sendiri," kata Sri Mulyani.

Kondisi pelemahan ekonomi ini membawa Indonesia diambang masa resesi. Ancaman ini tentu berdampak pada multi sektoral seperti melemahnya daya beli masyarakat hingga tingkat kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia.

Menanggapi kondisi ini, BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal) terus mendorong perbaikan iklim investasi di tengah Pandemi COVID-19. Investasi diharapkan mampu menyelamatkan Indonesia saat pertumbuhan ekonominya mengalami resesi.

"Di tengah perekonomian yang melambat ini investasi diharapkan akan jadi motor penggerak utama dan mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Oleh karena itu, BKPM akan terus bekerja keras dalam menarik investasi masuk ke Indonesia," kata Plt (Pelaksana Tugas) Deputi Bidang Perencanaan Penanaman Modal BKPM, Nurul Ichwan saat market sounding proyek Tol Gilimanuk-Mengwi dan Jembatan CH di Jawa.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya