Liputan6.com, Jakarta - Hasil laut Indonesia sangat berpeluang besar memenuhi kebutuhan domestik dan juga internasional. Untuk itu, pemerintah menargetkan peningkatan ekspor perikanan USD 1,5 miliar pada 2024.
Deputi bidang Produksi dan Pemasaran Kementerian Koperasi dan UKM Victoria Simanungkalit menyebut, sektor perikanan Indonesia memiliki peluang pasar domestik dan ekspor yang besar. Hal ini dilihat dari capaian produksi perikanan tangkap khususnya Tuna.
"Penangkapan Tuna pada 2017 sebesar 6,5 juta ton dengan estimasi stok sebesar 12,5 juta ton dan target peningkatan ekspor dari USD 700 juta di tahun 2018 menjadi USD 1,5 miliar di tahun 2024," ujar dia dalam webinar bertajuk Solusi Pembiayaan dan Pemasaran Perikanan di Tengah Pandemi, Selasa (6/10/2020).
Advertisement
Sementara untuk perikanan budidaya atau udang, pemerintah menargetkan peningkatan nilai ekspor sebesar USD 3 miliar pada tahun 2020 dari USD 1,2 miliar di tahun 2018 lalu.
Victoria mengatakan, sektor kelautan dan perikanan merupakan salah satu komoditi prioritas dalam pengembangan koperasi dan UMKM. Lantaran Indonesia merupakan salah satu negara dengan populasi nelayan dan pembudidaya ikan terbesar di dunia. Dimana 96 persen diantaranya merupakan pelaku usaha berkala mikro.
"Menurut data dari Kementerian Kelautan dan Perikanan, total jumlah nelayan mencapai lebih dari 2,3 juta jiwa. Sedangkan pembudidaya ikan hampir 4 juta orang. Di mana 96 persen lah Indonesia masuk kategori kecil dan tradisional," paparnya.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Ekspor Perikanan
Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo, optimistis ekspor produk perikanan asal Indonesia bakal tetap berjalan. Sebab, dalam kondisi virus corona, kebutuhan protein ikan yang tetap diburu konsumen.
Menteri Edhy melaporkan ekspor perikanan kuartal I 2020 meningkat 9,82 persen dibandingkan periode yang sama pada 2019. Volume ekspor Januari–Maret 2020 mencapai 295,13 ribu ton. Meningkat 10,96 persen dibanding periode yang sama tahun 2019. Nilai ekspor kumulatif hasil perikanan pada triwulan pertama 2020 mencapai USD 1,24 miliar.
"Kebutuhan dunia tetap berjalan, terutama untuk pasar retail," kata Menteri Edhy di Jakarta, pada Jumat 17 April 2020.
Peluang ini perlu dimanfaatkan Indonesia untuk meningkatkan ekspor ke berbagai negara. Sebab, ada sejumlah produsen produk ikan yang saat ini menetapkan kebijakan lockdown dalam menangani penyebaran virus corona. Meski begitu, Menteri Edhy menyebut memang terjadi penurunan permintaan produk ikan untuk hotel dan restoran.
Sebagai informasi, Amerika Serikat menempati urutan pertama dari lima negara tujuan utama ekspor selama Januari–Maret 2020. Nilai ekspor ke negeri Paman Sam itu mencapai USD 508,67 juta atau 40,97 persen. Di peringkat kedua, Tiongkok dengan nilai USD 173,22 juta atau 13,95 persen.
Ketiga ada negara-negara di ASEAN dengan nilai USD162,29 juta atau 13,07 persen. Keempat, Jepang dengan nilai USD 143,82 juta atau 11,59 persen. Kelima Eropa dengan nilai USD 82,05 juta atau 6,61 persen.
Reporter: Sulaeman
Sumber: Merdeka.Com
Advertisement