Liputan6.com, Jakarta - Jakarta masih rawan kebakaran. Bukan hanya di kawasan padat penduduk, ratusan gedung bertingkat di Jakarta juga tak memenuhi standar keselamatan kebakaran.
Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Keselamatan (Gulkarmat) Jakarta mencatat dari 1.228 gedung bertingkat ada 694 yang rawan kebakaran.
Advertisement
Baca Juga
"Jadi untuk gedung tinggi 8 lantai ke atas di DKI Jakarta itu ada jumlahnya ada 1.228 gedung, yang memenuhi syarat ada sekitar 867 gedung, tidak memenuhi syarat 361 gedung," kata Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Gulkarmat Jakarta Satriadi Gunawan di Balai Kota Jakarta, Selasa (21/1/2025).
Advertisement
Lalu, untuk gedung menengah-rendah dengan 8 lantai ke bawah, sebanyak 333 juga didapati belum memenuhi syarat keselamatan kebakaran. Sehingga, total gedung bertingkat di Jakarta yang belum memenuhi syarat ada 694.
"Gedung menengah-rendah 8 lantai ke bawah, jumlahnya ada 1.381 gedung, memenuhi syarat 1.048 gedung, tidak memenuhi syarat ada 333 gedung," ucap Satriadi.
Satriadi menyampaikan, setiap gedung yang tak memenuhi syarat keselamatan kebakaran diberikan kesempatan untuk berbenah selama setahun.
Nantinya, petugas damkar akan kembali memeriksa kondisi gedung-gedung secara periodik. Gedung yang telah memenuhi syarat bakal diberikan sertifikat kebakaran tahunannya.
"Jadi setiap tahun kami periksa gedung-gedung tersebut terkait dengan proteksi kebakarannya," kata Satriadi.
Salah satu gedung yang tak memenuhi syarat keselamatan kebakaran adalah Glodok Plaza yang dilalap api pada Rabu (15/1/2025) malam.
Gulkarmat Jakarta pernah memberikan peringatan kepada pengelola Gedung Glodok Plaza, Mangga Besar, Jakarta Barat pada 2023. Peringatan diberikan, lantaran Glodok Plaza tak memenuhi syarat keselamatan kebakaran gedung.
Hasilnya, sejak 2023 lalu Glodok Plaza tidak direkomendasikan sertifikat keselamatan kebakaran gedungnya serta tidak memiliki Sertifikat Keselamatan Kebakaran (SKK).
Meski begitu, pengelola Glodok Plaza tidak dijatuhkan sanksi karena diberikan waktu untuk perbaikan selama setahun sampai 2024. Sayangnya, kebakaran melanda Glodok Plaza di awal 2025 sebelum pengawasan tahunan terhadap gedung-gedung dilakukan Pemprov Jakarta.
"(Glodok Plaza) satu tahun kita berikan waktu (perbaikan) karena kalau misalkan kita langsung eksekusi (sanksi) kan menyangkut masalah tenaga kerja. Tiba-tiba kalau kita tutup, kan dampaknya luar biasa," kata dia.
Satriadi menjelaskan, ada empat hal yang dicek oleh pihaknya terkait dengan syarat keselamatan kebakaran gedung di Jakarta. Pertama, tersedianya akses masuk petugas pemadam kebakaran ke gedung.
"Itu jangan sampai ada, apa namanya tuh kayak gapura yang menghalangi," ucap Satriadi.
Kedua, tersedianya prasarana proteksi kebakaran aktif yang masih berfungsi, semisal, Alat Pemadam Api Ringan (APAR) hingga sprinkler berfungsi dengan baik.
"Ketiga, Management Keselamatan Kebakaran Gedung (MKKG). Jadi, siapa berbuat apa dalam hal itu harus struktur. Nah terakhir, tersedianya dua tangga penyelamatan untuk evakuasi," jelas Satriadi.
Dia menyebut, empat hal ini dipenuhi Glodok Plaza. Namun, empat hal ini bakal diperiksa untuk mengetahui apakah berfungsi dengan baik atau tidak.
"Misalkan gini, saya periksa hari ini dia berfungsi, sebulan kemudian, itu tidak berfungsi. Nah itu seharusnya tanggung jawab pemilik dan pengelola. Nah nanti lah proses penyelidikan itu yang harus dilihat salahnya di mana," kata dia.
Satriadi menuturkan, Dinas Gulkarmat Jakarta hampir setiap tahun melakukan pemeriksaan gedung-gedung. Gedung-gedung yang memenuhi syarat, bakal dikeluarkan sertifikat keselamatan kebakarannya.
Â
Aliran Listrik Jadi Penyebab Kebakaran di Wilayah Padat Penduduk
Satriadi mengatakan di wilayah padat penduduk, kebakaran terjadi lantaran arus pendek listrik. Arus pendek listrik tercatat menjadi penyebab terbanyak kebakaran di Jakarta sepanjang tahun 2024 mencapai 69 persen dari total 787 kejadian kebakaran.
Satriadi mengingatkan masyarakat untuk lebih waspada terhadap penggunaan alat listrik. "Jangan mudah tergiur harga murah, namun tak sesuai standar," tegasnya.
Satriadi menjelaskan, alat listrik seperti stop kontak atau colokan yang tidak berstandar biasanya longgar dan mudah menyebabkan korsleting. Selain itu, penggunaan listrik yang menumpuk pada satu terminal listrik, instalasi listrik yang tidak sesuai standar, dan penggunaan kabel yang tidak sesuai kapasitas hantar arus juga menjadi penyebab utama korsleting.
Lebih lanjut, Satriadi juga mengingatkan masyarakat untuk memperhatikan penggunaan sekring dan Miniature Circuit Breaker (MCB). Mengganjal MCB yang sering turun karena tidak sesuai kapasitas beban, serta menyambung sekring putus dengan kawat, merupakan tindakan yang sangat berbahaya dan dapat menyebabkan korsleting.
"Kebakaran bukan bencana, tapi risiko. Banyak faktor yang bisa memicu kebakaran, seperti kelalaian dalam penggunaan kompor gas, lilin, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk selalu waspada dan berhati-hati dalam penggunaan listrik," jelasnya.
Advertisement
Warga di Kawasan Padat Penduduk Diusulkan Jadi Relawan Pemadam Kebakaran
Ketua DPRD DKI Jakarta Khoirudin mendorong warga agar semakin banyak warga Jakarta yang tergerak menjadi relawan pemadam kebakaran atau Redkar. Khususnya, kata dia warga yang tinggal di pemukiman padat.
"Relawan pemadam kebakaran bisa mencegah kebakaran meluas karena ada penanganan cepat," kata Khoirudin.
Menurut Khoirudin, relawan bakal mendapatkan pelatihan dari Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) Jakarta. Nantinya, ilmu yang diperoleh dari Gulkarmat bisa ditularkan relawan kepada warga lain di lingkungannya.
"Harapan saya dengan adanya relawan pemadam kebakaran menjadi pintu masuk untuk pendidikan ke masyarakat," ucap Khoirudin.
Khoirudin mengatakan, untuk menunjang kinerja Redkar diperlukan adanya alat pemadam api ringan (APAR) hingga hidran. Idealnya tiap rukun tetangga (RT) mempunyai APAR.
Lebih lanjut, untuk solusi jangka panjang, Khoirudin ingin pemerintah melakukan perbaikan tata ruang agar lebih aman dari kebakaran. Selain itu, dia menilai perlu dilakukan pengecekan rutin terhadap instalasi listrik guna mencegah terjadinya korsleting yang dapat memicu kebakaran.
"Nanti kita benahi penataannya. Rumah layak huni juga perlu, paling tidak landscape-nya sudah diatur untuk mengantisipasi kebakaran agar bisa ditangani dengan cepat," kata dia.
Khoirudin mengajak masyarakat untuk dapat berperan aktif dalam melakukan pencegahan kebakaran di lingkungan masing-masing. Dia juga mengimbau masyarakat agar menggunakan instalasi dan perangkat listrik yang sesuai standar.
"Tentu nanti kita akan coba selesaikan secara struktural, secara integral, tidak kasuistik, dan jangan sampai terulang kembali di tempat yang lain," ujar Khoirudin.