Liputan6.com, Jakarta - Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Febrio Nathan Kacaribu menyebut penyerapan tenaga kerja di tahun ini tidak akan besar. Apalagi ekonomi Indonesia terkontraksi cukup mendalam dan diperkirakan tumbuh di minus 1,7 persen sampai dengan 0,6 persen.
Dia mengatakan, selama lima tahun terakhir pertumbuhan ekonomi tumbuh berada di kisaran 5 persen. Capaian tersebut setidaknya berhasil menciptakan paling tidak 3 juta lebih lapangan kerja baru. Namun, akibat pandemi Covid-19, serapan tenaga kerja tidak akan bisa maksimal seperti tren sebelumnya.
Baca Juga
"Biasanya ini setiap tahun pertumbuhan ekonomi 5 persen menyerap 3 juta lebih tenaga kerja. Berarti itu tidak terjadi tahun ini itu yang membuat kehidupan masyarakat jadi susah bahkan orang miskin pun akan bertambah," kata dia dalam diskusi FMB, di Jakarta, Selasa (6/10/2020).
Advertisement
Dia menambahkan, untuk mencegah kontraksi pertumbuhan ekonomi lebih dalam pemerintah terus mendorong penyerapan dari program pemulihan ekonomi nasional (PEN). Semaksimal mungkin, program ini realisasinya akan dikebut sampai akhir tahun.
Seperti diketahui, realisasi anggaran PEN hingga per 2 Oktober 2020 telah mencapai Rp 316 triliiun atau 45,5 persen dari pagu anggaran yang disiapkan sebesar Rp 695,2 triliun. Di mana, serapan terbesar untuk belanja perlindungan sosial.
Â
Reporter: Dwi Aditya Putra
Sumber: Merdeka.com
Ekonomi Masih Melambat, Pemerintah Pastikan Indonesia Masuk Jurang Resesi
Sebelumnya, Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Febrio Nathan Kacaribu buka-bukan mengenai kondisi perlambatan ekonomi yang terjadi akibat pandemi Covid-19. Perlambatan ekonomi, menurutnya sudah terjadi pada kuartal I-2020, di mana saat itu pertumbuhan ekonomi RI hanya tumbuh 2,97 persen.
"Tentang perlambatan perekonomian kita itu memang sebenarnya kalau kita lihat dari kuartal I pun sudah mulai terjadi," kata dia dalam diskusi FMB, di Jakarta, Selasa (6/10).
ÂPadahal, pertumbuhan ekonomi dalam lima tahun terakhir berada di kisaran rata-rata 5 persen setiap tahunnya. Namun akibat pandemi Covid-19, seluruh ekonomi dunia termasuk Indonesia mengalami kontraksi cukup dalam.
Dia menyebut ketika perekonomian bergerak di bawah tren, yang sebenarnya sudah mulai terjadi di kuartal pertama, maka Indonesia sudah masuk masa resesi. Namun pemerintah belum yakin. Karena masih menunggu kuartal II dan III berikutnya.
"Namun terbukti kuartal II semakin buruk dalam sekali, kuartal ketiga juga masih di bawah tren nah ini sekarang kita sudah yakin bahwa ini adalah yang kita sebut perlambatan atau beberapa teman menyebutnya resesi," kata dia.
Kendati begitu, hal ini bukan merupakan sesuatu persoalan besar terjadi di Indonesia. Sebab, tahun ini hampir tidak ada perekonomian di dunia yang tidak terkontraksi perekonomiannya. Bahkan pertumbuhan ekonominya tidak negatif itu hampir tidak ada, mayoritas negara-negara di seluruh dunia itu pertumbuhan ekonomi justru negatif.
"Indonesia kalau kita lihat nanti ke dengan apa yang sudah terjadi di kuartal kedua lalu perbaikan di kuartal ketiga harapannya terus nanti menguat di kuartal keempat proyeksi kita untuk 2020 ini kan tidak akan sedalam dibandingkan perekonomian perekonomian yang lain," kata dia.
Seperti diketahui, pemerintah membatasi atau memproyeksikan ekonomi di tahun ini berada dikisaran minus 1,7 persen sampai dengan minus 0,6 persen. Proyeksi tersebut juga tidak berbeda jauh dengan apa yang diramalkan oleh lembaga-lembaga keuangan dunia.
"Dan harus kita lakukan supaya basis kita untuk tumbuh di 2021 itu cukup. Jangan sampai kita terlalu jauh terkoreksinya di 2020 sehingga 2021 kita tidak bisa pulih lebih cepat," tandas dia.
Advertisement