Presiden Bank Dunia: Pandemi Bikin 1 Miliar Anak di Negara Berkembang Tak Sekolah

Bank Dunia sendiri telah memberikan miliaran dollar untuk dukungannya terhadap Covid-19 ke negara-negara dalam upaya membantu mendorong pemulihan ekonomi.

oleh Liputan6.com diperbarui 15 Okt 2020, 18:00 WIB
Diterbitkan 15 Okt 2020, 18:00 WIB
Siswa Kenya Kembali Belajar Tatap Muka di Sekolah
Para siswa menghadiri kelas tatap muka di Sekolah Dasar Olympic di Kibera, salah satu daerah termiskin di ibu kota Nairobi, Kenya, Senin (12/10/2020). Kenya membuka kembali sebagian sekolah pada Senin 10 Oktober, setelah ditutup sejak Maret lalu akibat pandemi corona COVID-19 (AP Photo/Brian Ingang)

Liputan6.com, Jakarta Presiden Bank Dunia David Malpass menyatakan keprihatinan tentang konsekuensi yang harus dihadapi anak usia sekolah di negara berkembang akibat pandemi Covid-19. Ini terutama bila lonjakan kasus masih tinggi.

“Ada juga tantangan pendidikan di negara-negara kaya seperti AS saat sekolah beralih ke kelas virtual yang berpotensi menghalangi orang tua untuk kembali bekerja. Namun dia mengatakan kekhawatirannya lebih menonjol tentang negara lain,” ujar Malpass seperti mengutip CNBC, Kamis (15/10/2020).

Dikatakan, ada 1 miliar anak putus sekolah di negara berkembang menunggu untuk kondisi segera pulih. Sehingga jika terdapat gelombang kedua hal itu harus menjadi perhatian.

Malpass sendiri bukan orang pertama yang mengingatkan atau memberi alarm tentang dampak merugikan dari pandemi terhadap anak-anak.

Bulan lalu, Perserikatan Bangsa-Bangsa memperingatkan bahwa setidaknya ada 24 juta siswa di seluruh dunia putus sekolah akibat pandemi ini.

“Semakin lama anak-anak tidak bersekolah, semakin kecil kemungkinan mereka untuk kembali. Oleh karena itu kami mendesak pemerintah untuk memprioritaskan pembukaan kembali sekolah ketika pembatasan dicabut,” ujar Henrietta Fore, Direktur eksekutif Dana Anak-anak PBB.

Oleh karena itu perlunya mengendalikan pandemi melalui pengembangan terapi dan vaksin. Kerusakan akibat pandemi sudah semakin siginifikan, di mana bertambah 150 juta orang yang sekarang telah diproyeksi berada dalam kemiskinan ekstrim pada tahun depan.

 

 

 

Saksikan video di bawah ini:


Resesi

Ilustrasi Bank Dunia
Ilustrasi Bank Dunia (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Di sisi lain resesi yang dipicu pandemi telah mereda di negara-negara kaya. Selain China, banyak negara berkembang lebih buruk dari yang diperkirakan sebelumnya, sehingga proses pemulihan yang terjadi tidak setara.

Negara yang berpenduduk tinggi dan miskin seperti India, Ethiopia dan Nigerian secara khusus menghadai ‘tantangan yang berat’. Selain itu Zambia di mana pemerintahnya telah meminta penundaan pembayaran obligasi.

“Semua kerusakan akibat pandemi ini perlu ada solusi jangka panjang untuk membantu negara berkembang yang telah mundur dari pandemi,” ujar Malpass.

Bank Dunia sendiri telah memberikan miliaran dollar untuk dukungannya terhadap Covid-19 ke negara-negara dalam upaya membantu mendorong pemulihan ekonomi.

 

Reporter: Tasya Stevany

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya