Liputan6.com, Jakarta - Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Musdhalifah Machmud membeberkan sejumlah kendala terkait pengembangan industri kelapa sawit di Indonesia. Salah satunya rendahnya tingkat pendidikan di Indonesia.
"Pendidikan di kalangan petani sawit 64 persen itu masih SD (Sekolah Dasar) ke bawah. Sehingga untuk melakukan komunikasi yang baik, tata kelola regulasi yang baik perlu effort lebih besar lagi," ujar dia dalam webinar Masa Depan Sawit Indonesia di Pasar Uni Eropa Pasca Covid-19, Kamis (17/12/2020).
Baca Juga
Selain itu, produktivitas komoditi kelapa sawit di Indonesia juga dianggap masih rendah. Dia mencatat, tingkat produktivitas saat ini hanya mencapai rata-rata 3,6 ton per hektare dalam satu tahun. "Padahal, potensi yang ada mencapai 6 sampai 8 ton dalam satu hektare per tahun," terangnya.
Advertisement
Tantangan lainnya ialah black campaign atau kampanye hitam terhadap CPO dan turunannya asal Indonesia. "Khususnya terkait deforestasi, kerusakan lingkungan, biodiversity lost atau rusaknya keanekaragaman hayati akibat pengembangan lahan kelapa sawit," paparnya.
Juga adanya hambatan akses pasar di beberapa negara tujuan ekspor. Hal ini tak lepas dari kian meningkatnya permintaan akan produk CPO dan turunannya dari kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
"Seperti tarif bea masuk yang dikenakan terlampau tinggi, kebijakan anti dumping, dan food safety. Sehingga menjadi tantangan tersendiri," ucap Musdhalifah mengakhiri.
Reporter: Sulaeman
Sumber: Merdeka.com
Saksikan video pilihan berikut ini:
Kolombia Tawari Indonesia Alih Fungsi Lahan Ganja jadi Sawit
Sebelumnya, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kemenko Perekonomian RI, Musdhalifah Machmud menyebut jika industri kelapa sawit kini mulai dilirik oleh berbagai negara.
Hal ini tak lepas dari kian meningkatnya konsumsi masyarakat global atas produk minyak kelapa sawit mentah (CPO) dan turunannya.
"Kita lihat banyak negara mulai mengembangkan dan memperluas kelapa sawitnya, terutama setelah meningkatnya permintaan global akan CPO," ujar dia dalam webinar Masa Depan Sawit Indonesia di Pasar Uni Eropa Pasca Covid-19, Kamis (17/12).
Bahkan, menurut Musdhalifah, negara Kolombia kian agresif untuk mengajak pelaku industri sawit di tanah air agar melakukan investasi di negaranya.
"Seperti beberapa kali mengajak investor dari Indonesia untuk mengembangkan kelapa sawit disana," terangnya.
Tak hanya itu, negara yang terletak di Amerika Latin tersebut juga telah melakukan alih fungsi lahan ganja ke sawit.
"Sebagian lahan yang tadinya ditanami ganja di Kolombia itu mereka mengalihkan untuk mendorong ke perkebunan kelapa sawit," imbuh dia.
Musdhalifah menambahkan, saat ini demam industri kelapa sawit juga mulai melanda Benua Afrika saat. "Seperti di Ghana yag mulai mengembangkan kelapa sawit," jelas dia.
Sementara di Asia Tenggara, Thailand terus gencar untuk meningkatkan produksi industri sawit. "Saat ini Thailand sudah 5 persen kontribusinya terhadap global ya," tukasnya.
Advertisement